24. its hurt, drey.

3.7K 280 28
                                    

Beberapa jam sebelum itu....

Audrey resah dan kesal karena Saskia tidak kunjung membalas pesannya, hal itu membuat dia jadi badmood dan tidak menikmati momen bersama teman-temannya. Ia memilih untuk berjalan-jalan sendiri mencari udara segar, untuk menenangkan pikirannya sambil mencari-cari barang yang unik.

Berhubung tempat mereka tinggal tidak jauh dari pusat perbelanjaan, jadi dia memutuskan untuk menghabis sisa uangnya dengan membeli barang-barang lucu dari mulai pakaian hingga gantungan kunci. Matanya sedikit melotot kaget tiap melihat gantungan kunci berbentuk kelamin pria, Audrey sampai sekarang masih bingung dengan maksud dari bentuk itu.

"Lah, Kak Jarvis?" Audrey lebih melotot kaget saat melihat Jarvis ternyata ada di sini juga. Kenapa dunia begitu sempit?! Sekarang Audrey tidak bisa menghindari pria itu ketika pria itu menatap juga ke arahnya. Audrey menghela napas, berusaha untuk bersikap normal setelah ia menggantung Jarvis terkait dengan pengungkapannya dulu.

"Audrey, hey. Nggak nyangka kita bakal ketemu di sini," kata Jarvis tersenyum. Pria itu selalu terlihat rapi dengan stelan kemeja dan celana bahan yang ia pakai. Benar-benar pesona pria matang secara mental dan finansial.

"Hehehe iya, Kak." Audrey terlihat kikuk di depan Jarvis.

"Lagi liburan?"

Audrey mengangguk singkat. Ia terlihat mengotak-atik ponselnya, menyuruh Mario untuk menelpon agar dia bisa menghindari Jarvis tapi sialnya ponsel sahabatnya itu tidak aktif.

"Iya, sama anak-anak," jawabnya. "Aku.. mau pergi dulu ya, Kak."

"Drey tunggu," kata Jarvis, menahan Audrey untuk pergi. Jarvis tahu jika Audrey hanya ingin menghindarinya. Gadis bersurai panjang itu menghela napas samar, ia berbalik arah lalu menunggu apa yang ingin Jarvis sampaikan. "Aku tau, aku udah nggak punya kesempatan buat dapetin kamu," ujarnya pelan, terlihat ada kesedihan dimatanya. Disatu sisi, Audrey merasa lega karena Jarvis paham bagaimana situasinya, tapi disisi lain Audrey juga merasa bersalah karena telah melukai hati pria baik ini. "Sebentar lagi aku mau balik ke LN, dan mungkin aku nggak akan pulang sampai wisuda nanti."

Audrey masih diam, menunggu Jarvis menyelesaikan ucapannya.

"Apa boleh, sebelum aku pergi, kita menghabiskan waktu berdua dulu? Only for today."

"Kak—"

"Please." Jarvis nampak memohon, hingga pada akhirnya Audrey mengangguk setuju.

Ia menyetujui keinginan Jarvis yang ingin menghabiskan waktu dengannya sekarang, untuk yang terakhir kali, tentu sebagai teman. Saskia tahu kalau Audrey pergi bersama temannya, kan? Jadi Audrey tidak perlu memperjelas dengan siapa Audrey pergi. Ia memutuskan untuk tidak memberitahu Saskia untuk yang satu ini.

Biarlah, Audrey tidak selingkuh. Dia pergi bersama temannya, iya.

"Mau makan dulu?" tanya Jarvis ketika Audrey masih nampak bengong di hadapannya. Audrey pun mengangguk, perutnya memang terasa kosong karena belum sempat makan.

Jarvis pun mengajak Audrey untuk pergi makan bersama, setelah itu mereka menghabiskan waktu dengan duduk ditepi pantai menunggu matahari benar-benar terbenam kembali pada
pelukan sang surya.

"Nggak kerasa udah tujuh tahun aku punya perasaan ini ke kamu," kata Jarvis, membuka percakapan diantara keduanya. Audrey menjadi pihak yang pasif kali ini, ia akan membiarkan Jarvis mengungkapkan seluruh perasaannya agar lega. "First impression kenal kamu tuh, kamu ternyata lucu anaknya, periang, aku bener-bener suka tiap kamu ketawa," Jarvis terkekeh pelan ketika membayangkan hari-hari yang sudah berlalu itu. "Lalu aku sadar kalau ternyata perasaanku bukan sebatas teman atau adik ke kakaknya, aku sayang kamu lebih daripada itu, Audrey."

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang