12. Drunk

5.1K 304 3
                                    

Tidak mengusik hati saya.

Kalimat itu terus berulang di kepalanya sampai mau pecah. Rasa kesal dan kecewa jadi campur aduk, ingin sekali Audrey berlari ke depan dan melembar Saskia dengan bangku agar otaknya sedikit tercerahkan. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu pada Audrey yang notabenenya adalah istrinya sendiri? Apa mungkin Saskia memang tidak menganggap pernikahan mereka sebagai sesuatu yang serius? Ayolah, Audrey tidak benar-benar berhubungan dengan Jarvis, ia hanya ingin membuat Saskia cemburu, namun bukannya cemburu, malah Audrey yang kena mental.

Ia bahkan memutuskan untuk tidak berbicara dengan Saskia selama 3 hari kebelakang, rasanya dia masih kecewa dan belum terbiasa dengan sikap kasar seorang Saskia Larissa.

"Audrey!"

Audrey tersentak saat namanya dipanggil oleh Saskia dari depan. Wajah Saskia sudah berubah jutek entah sejak kapan, Audrey tidak memperhatikannya sama sekali.

"Kalau kamu ngantuk sebaiknya tidur di luar," kata Saskia dengan tegas padanya.

"Maaf, Bu." Kata Audrey, mencoba untuk fokus pada mata kuliah Saskia hari ini.

Saskia menerangkan materi tentang Akuntansi perusahaan dagang, ia menjelaskan bagaimana teori dan jurnal untuk mencatat setiap transaksi ke dalam jurnal. Saskia menggunakan konsep learning by doing. Jadi setiap mahasiswa harus menggunakan excel agar langsunh tergambar bagaimana konsep debet dan kredit. Selama proses mengajar berlangsung, Saskia juga selalu membiarkan mahasiswanya untuk menjawab setiap jurnal yang harus di catat antara debet atau kredit dan bagaimana nama akunnya.

Semua yang ada di kelas tentu saja merasa pusing, banyak dari mereka yang mengambil lintas jurusan atau tidak linear dengan jurusan ketika sekolah menengah, hingga mereka cukup kesulitan dalam menjawab. Apalagi Saskia adalah tipikal dosen yang selalu menanyakan alasan kenapa mahasiswa menjawab hal tersebut dan apa yang mendasari jawaban tersebut.

"Sekarang tanggal berapa?"

"Tanggal 3 Bu," jawab salah satu mahasiswi.

"Absen ketiga, hmm, Audrey Sheilla."

Audrey kembali merasakan jantungnya berdegup saat ia dipanggil oleh Saskia. "Pertanyaan terakhir dari saya, silakan kamu jawab transaksi penyesuaian poin B, apa jurnalnya."

Satu kelas menunggu jawabannya, termasuk Saskia. Ia memandang Audrey datar sambil sesekali membetulkan kacamatanya. "Jawab, Audrey," desak Saskia.

"Emm... Kas pada hutang, Bu."

"Memang, ini ada transaksi yang berhubungan dengan utang?"

"Eng—" Audrey melirik ke samping saat mendengar seseorang berbisik, rupanya dia Jema, Jema membuat sebuah catatan kecil sehingga Audrey bisa meralat jawabannya supaya lebih tepat. "Maaf maksud saya, beban pada biaya dibayar dimuka."

Memang benar jawaban Audrey, tapi Saskia malah menggeleng tidak suka. "Lain kali perhatikan setiap penjelasan saya supaya tidak sia-sia kalian duduk di sini selama 3 jam," kata Saskia sambil menutup sesi belajar hari ini kemudian meninggalkan kelas Audrey tanpa basa-basi lagi.

Akhirnya....

Mereka yang ada di dalam kelas reflek menghembuskan napas lega usai mata kuliah ini selesai.

"Kayaknya sensi banget tuh dosen sama lo," kata Mario yang diangguki oleh Jema.

"Kaya ada dendam pribadi gak sih sama nih anak?"

"Ngawur! Gue mana ada urusan sama Bu Saskia," bohongnya. Tentu saja dia ada urusan, urusan perasaan tentunya. "Btw kita latihan jam berapa, Jem?"

"Jam tiga sore di lapangan indoor, ya."

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang