23. when holiday become holyshit

2.5K 188 8
                                    

Setelah menempuh perjalanan udara selama hampir 2 jam, kini mereka sudah disambut oleh supir pribadi dari keluarga Mario yang akan mengantar mereka ke villa tempat mereka akan menginap. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam karena kelelahan dan tidak sanggup untuk bicara banyak. Bahkan Najwa dan Audrey sudah tertidur pulas dengan menyandarkan kepala mereka dibahu Gea.

"Sarapan dulu yuk, laper gue," ucap Mario ketika mobil berhenti di depan sebuah restoran yang menjual makanan aneka seafood. Ketiga perempuan itu keluar dari mobil dengan lemas mengikuti Mario masuk ke dalam rumah makan.

Mereka langsung disambut dengan ramah oleh manajer restoran karena yang datang adalah anak pemilik resto itu sendiri. "Tempatnya udah disiapin, Mas?" tanya Mario kepada si manajer. Manajer itu mengangguk dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya, kemudian mengajak mereka masuk ke dalam sebuah VIP room yang terdapat kaca besar di sana hingga membuat mereka bisa melihat laut biru yang membentang luas dihadapan.

"Makanannya saya siapkan dulu ya, Mas Mario dan teman-teman bisa bersantai dulu sembari menunggu makanan. Jika ada yang dibutuhkan bisa langsung menghubungi saya."

"Makasih, Pak," kata Audrey ramah. Dia mendudukkan dirinya di atas sofa malas yang tersedia sambil memejamkan mata. Matanya benar-benar terasa berat karena Audrey kurang istirahat, tubuhnya juga pegal-pegal seperti habis kerja semalaman.

"Lemes amat gue liat, nih minum dulu," Mario menyerahkan segelas air kepada Audrey, saat meminumnya Audrey baru sadar jika minuman yang diberikan Mario mengandung alkohol. Dia langsung melotot kesal karena rasa pahit dimulutnya membuat Audrey tidak nyaman.

"Bangke lo!" hardiknya, yang hanya dibalas kekehan geli oleh Mario.

"Suami kamu udah dikabarin?" tanya Gea kepada Najwa yang sedang asik menatap hamparan laut di depannya.

"Udah," jawabnya pendek. "Jangan ngomongin dia, ya? Aku males bahasnya."

Gea manggut-manggut. Satu lagi hal yang belum Mario ketahui tentang hubungan sahabatnya yang lain. Dipikir-pikir, yang absurd hanya kelakuan Mario, sisanya hidup dia lurus. Suka perempuan cantik, tidak gay, dan orang tuanya cemara. Sederhana, tapi semua sahabat perempuannya tidak ada yang punya. Mereka bersahabat dengan background keluarga yang berbeda-beda.

Audrey awalnya cemara tapi jadi piatu beberapa waktu lalu, orang tua Gea bercerai sejak dia masih kecil, dan Najwa sendiri memiliki orang tua yang strict dan cukup tempramental. Mereka berada pada strata sosial yang sama, orang tua mereka memiliki pengaruhnya masing-masing, namun permasalahan-permasalahan itulah yang membuat kelimanya bisa bersahabat baik hingga sekarang. 

"Dion kenapa sih gak ikut?"

"Katanya sih dia lagi ikut Papanya study banding ke luar negeri." Gea menjawab sambil memakan cemilan yang tersedia.

Setengah jam mereka menunggu akhirnya makanan tersebut disajikan. Audrey berbinar melihat makanan yang dihidangkan, resto milik Mario terkenal dengan olahan seafood yang lezat dan menggugah selera, jadi tidak heran jika banyak turis, baik turis lokal maupun mancanegara yang mampir kemari untuk sekedar mencicipi cita rasa yang disajikan oleh para chef yang bekerja.

"Kenyang banget gue," kata Mario sambil menepuk-nepuk perutnya yang kekenyangan usai menyantap makanan yang disajikan. Perutnya yang sixpack mendadak jadi onepack setelah memindahkan makanan-makanan itu ke perutnya.

Begitupun Audrey, dia sudah kekenyangan tapi mulutnya terus mengunyah dessert yang disajikan. "Enak banget sih masakannya Om Vito, juara deh!" puji Audrey. Vito adalah chef di restoran ini yang kebetulan Audrey juga mengenalnya karena saking seringnya mereka berkunjung ke sini.

Mereka setuju dengan pujian Audrey, memang selalu enak.

Usai makan, supir kembali mengantar mereka ke villa milik keluarga Mario. Mario memang memiliki beberapa properti di Bali, bahkan dia memiliki ressort yang letaknya tak jauh dari tempat mereka menginap saat ini.

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang