34. "i just need time"

798 150 10
                                    

Audrey sakit?

Kabar itu terdengar langsung dari Gea setelah Saskia mencoba mencari tahu tentang keberadaan Audrey. Segera ia bergegas ke rumah sakit tempat Audrey dirawat, dan benar saja, istrinya sudah terbaring lemah di rumah sakit dengan tangan yang masih di infus. Audrey hanya ditemani oleh Najwa, gadis itu yang pertama menyadari kehadiran Saskia. Suasa mendadak canggung, Saskia dengan keberanian yang tak seberapa itu berdehem, mengalihkan perhatian Audrey yang tengah memainkan ponsel.

"Ngapain kamu ke sini?" ketus Audrey ketika melihat Saskia mendekat. Saskia menelan ludah sukar, ia tahu bahwa ini respon alamiah yang Audrey keluarkan atas kesalahan yang telah Saskia perbuat.

"Kamu sakit apa?" tanyanya, mengabaikan tatapan tajam yang Audrey layangkan untuknya. Saskia meletakkan buket bunga yang dia bawa dimeja begitu saja kemudian mendekat pada Audrey. Audrey malah memalingkan wajah, ia tidak ingin menatap Saskia sekarang. Batinnya tidak kuat. Ini terlalu sakit baginya.

"Pergi, Saskia," kata Audrey dengan suara lirih. Tenggorokannya tercekat saat mengatakan itu, bukan, Audrey tidak menginginkan kepergian Saskia. Tapi hati dan logikanya tengah berperang hebat, biar bagaimanapun Saskia telah menyakitinya. Logika Audrey mendorong dirinya untuk berlaku kejam, sama seperti yang dilakukan Saskia kepadanya.

"Aku--"

"Aku gak mau denger penjelasan apapun lagi dari kamu. Sekarang aku mohon, kamu pergi dari sini." Audrey berucap demikian tanpa memandang Saskia lagi. Najwa yang berada ditengah-tengah mereka hanya bisa diam tak berani ikut buka suara.

"Okay."

Saskia tak benar-benar pergi, dia menunggu Audrey di luar ruangan seraya merenungi kesalahan yang sangat fatal ini. Dia tidak tahu jika efeknya akan sebegini parah sampai membuat istrinya stress dan masuk rumah sakit.

Dasar Saskia bodoh, dia bisa menyelesaikan masalah besar, tapi selalu membuat kesalahn kecil yang berakibat fatal. Entah Audrey bisa memaafkannya atau tidak, nasib Saskia benar-benar diujung tanduk.

***

Pukul sembilan malam,

"Dia di mana?" tanya Audrey saat melirik jam yang menempel di dinding.

"Duduk di luar," jawab Najwa seraya menguap. Mata sahabatnya sudah memerah karena kantuk yang datang, hal itu pun membuat Audrey tidak enak hati karena harus merepotkan sahabatnya. Tapi dia sendiri kesulitan untuk bergerak, badannya masih terasa sakit dan sangat membutuhkan bantuan orang sehat saat ini.

"Lo udah ngantuk, ya? Mending pulang aja sana, gue gak pa-pa kok ditinggal."

Najwa menatap ragu ke arah Audrey. "Nggak ah, aku udah ngomong ke Gea kok."

"Harusnya ngomong sama suami lo, Najwaa. Bukan sama Gea."

Najwa hanya terkekeh kecil. "Dia juga udah aku kasih tau. aku bakal nginep malam ini."

Audrey menggeleng. "Lo pulang aja ya? Gue bener-bener gak tega kalau lo harus nungguin gue di sini. Lagian sekarang kan.. udah ada Saskia." 

Meskipun malas, Audrey tidak punya pilihan lain selain mengandalkan wanita itu daripada harus merepotkan sahabatnya. "Kamu yakin?"

Audrey mengangguk. "Kalau lo pulang, nanti suruh dia masuk aja," kata Audrey dengan pelan. Najwa pun akhirnya menyetujui keputusan Audrey, dia pulang setelah dijemput oleh suaminya.

Dan di sinilah sekarang, Saskia tak berani mendekat ke Audrey, apalagi tatapan gadis itu masih saja tajam memandangnya. "Ambilin minum."

Saskia buru-buru membukakan botol untuk Audrey, tapi kecerobohan itu membuat air di dalam botolnya jadi tumpah, untung saja yang tumpah hanya sedikit dan tidak terlalu membasahi bed Audrey.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang