Keesokan paginya, Saskia terbangun dipukul lima subuh seperti biasa. Dia merenggangkan tubuhnya sejenak sambil membuka gorden kamar agar hawa sejuk masuk ke kamarnya, kemudian tak lupa ia membereskan tempat tidurnya agar ketika dipakai tidur kembali sudah rapih. dengan wajah yang masih lumayan mengantuk Saskia beranjak ke kamar mandi untuk menbersihkan diri. Tidak butuh waktu lama, hanya dua puluh menit, Saskia sudah kembali keluar dengan pakaian yang lebih rapi dengan menggunakan celana kulot dan kemeja berwarna putih. Rambut yang masih basah ia lilit dengan handuk agar airnya tak menetes mengenai pakaian kerjanya.
Sepuluh menit berselang, Saskia sudah benar-benar siap pergi ke kampus. Riasan make up tipisnya menjadi ciri khas seorang Saskia Larissa tiap pergi ke kampus, sebab wajahnya sudah terpahat dengan indah hingga tak butuh alat penunjang lainnya, Saskia sudah terlihat cantik seperti biasa. Ia duduk di kursi makan menunggu mie instannya siap sambil melihat jadwal mengajar hari ini. Di ruang 04, kelasnya Audrey. Saskia berpikir kenapa di jam segini, Audrey belum keluar dari kamarnya. Padahal kelasnya pagi.
Dengan sedikit ragu, Saskia mengetuk pintu kamar Audrey, takut jika gadis itu itu belum
bangun. Benar saja, beberapa kali Saskia mengetuk pintunya, Audrey tidak kunjung menyahut. Tahu pintunya tidak terkunci, Saskia mantap untuk masuk ke dalam kamar Audrey. Di sana, Saskia melihat ada wadah berwarna merah berisi air di nakas, ia semakin mendekat dan bisa melihat keadaan Audrey yang menyedihkan. Bekas kompresannya semalam masih menenpel di keningnya, sesekali gadis itu menginggau memanggil Mamanya dengan lirih.Saskia menyentuh kening Audrey dengan punggung tangannya, panas sekali, pikir Saskia. "Audreyy?" panggilnya, Audrey hanya membuka mata perlahan lalu kembali terpejam. Panik, tentu saja. Sejak kapan Audrey demam? Bagaimana bisa? Suhu tubuhnya benar-benar tinggi!
"Drey, bangun! Kamu sudah minum obat, belum?"
Audrey menggeleng lemah.
Saskia bergegas ke kamarnya dan mengambil obat demam yang biasa ia minum untuk sekedar meredakan panas di tubuhnya, kemudian meminumkan obat tersebut pada Audrey. "Kamu enggak bisa bangun?"
"S-sakit..."
"Apanya yang sakit?"
Audrey mengetuk-ngetuk kakinya yang terasa kaku semalaman, Saskia menyibak selimut yang dikenakan Audrey yang seketika membuat netra Saskia melebar. "Astaga! Saya harus bawa kamu ke rumah sakit," Saskia mengambil ponselnya kemudian menghubungi satpam di komplek tempatnya tinggal sebab Saskia tak akan kuat jika harus menggendong Audrey dengan keadaan seperti ini.
"K-kamu marahin aku... hiks," Audrey terisak lagi. Matanya memang terpejam, namun mulutnya terus meracau hal yang membuat Saskia merasa bersalah pada gadis itu.
"Audrey, jangan banyak bicara dulu. Kita ke rumah sakit ya," ucapnya.
"Mari pak, tolong bantu saya bawa Audrey ke mobil."
Saskia mengarahkan seorang satpam yang datang untuk membopong Audrey ke dalam mobil, dan beranjak ke rumah sakit usai berterimakasih pada satpam tersebut. Di jalan, Saskia tak hentinya menghidupkan hazard untuk menberi kode pada orang-orang agar memberinya jalan, akan tetapi mereka tidak memberi Saskia ruang dan malah protes atas sikap arogansi Saskia di jalan.
Usai perjalanan yang penuh drama tersebut, akhirnya Saskia sampai juga di rumah sakit. Ia segera meminta pihak UGD untuk membantunya menggotong Audrey masuk ke ruangan. Di dalam, dokter segera melakukan pemeriksaan pada tubuh dan kaki Audrey yang kian membengkak sampai ke pangkal paha.
Saskia sungguh tidak tahu menahu dengan keadaan Audrey, dan kini dia menyalahkan dirinya sendiri karena lebih mementingkan makanan di kulkas ketimbang menanyakan bagaimana keadaan Audrey malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecture is My Wife
ChickLit18+++ Menceritakan tentang Saskia Larissa, seorang dosen Prodi Akuntansi yang dijodohkan secara tidak sengaja dengan Mahasiswinya sendiri, Audrey Sheilla. Perjodohan itu membawa Saskia menemukan dirinya yang 'baru' setelah perasaannya mati selama be...