baca part ini pelan-pelan aja yaaah.
"Kamu yakin gak mau pulang?"
Saskia masih menatap laptopnya dengan seksama. Kantung matanya sudah menghitam, rambutnya pun sudah acak-acakan. Saskia bahkan masih menggunakan pakaian kerjanya ketika sampai di sini.
"Saskia. Jangan terlalu forsir tenaga kamu," Jeanne menyentuh pundak Saskia agar wanita itu mengalihkan atensinya dari laptop.
"Kamu tidur saja," balasnya. Jeanne menggeleng, ditariknya laptop Saskia dari pangkuan wanita itu kemudian meletakkannya di sofa.
"Emang kamu gak cape? Pada akhirnya nanti kamu yang akan kalah. Mereka punya power dan pastinya bisa memutarbalikkan fakta."
Saskia menghela napas, ia memandang lelah ke arah Jeanne. "Aku harus usahain semuanya. Demi Audrey. Aku gak mau dia kecewa sama aku."
Demi Tuhan, Jeanne tidak pernah melihat Saskia selemah ini. Bahkan ketika Saskia kehilangan kesempatan untuk meraih mimpinya, wanita itu masih bisa tegar tak menunjukkan kesedihan yang berarti. Selain itu, Saskia juga pandai menutupi rasa takut, tatap matanya penuh ambisi dan siap menghadapi setiap masalah yang datang.
Namun sekarang lihatlah, Saskia termenung. Tatapannya kosong, ia tak bisa menyembunyikan perasaannya saat ini. Saskia begitu rapuh.
"Lebih baik kamu bicara sama Audrey."
Saskia menggeleng lemah. "Aku nggak berani."
"Lama-lama dia bakal salah paham sama kamu," Ucapan Jeanne memang benar adanyaya. Jika begini terus, lama-kelamaan Audrey pasti akan muak pada dirinya.
Saskia hanya menghela napas lelah.
"Lebih baik kamu tidur duluan."
"Saskia--"
"Biar ini jadi urusan aku," potong Saskia. Ia tak mengindahkan ucapan Jeanne.
Jeanne memilih untuk naik ke atas tempat tidurnya, "kamu masih aja keras kepala, ya."
Saskia hanya mengangkat bahu tak acuh. Ia memandang foto Audrey yang ada diponselnya, sungguh Saskia sangat merindukan istrinya. Namun ia memaksakan diri agar tidak egois, ia tak ingin Audrey terseret kasus yang tengah menimpanya.
selamat malam, Saskia. Saya tau kamu lagi kerja keras untuk nyari bukti ketidakterlibatan kamu, tapi sayangnya saya yakin semuanya nihil. Jangan bekerja terlalu keras, Saskia. Sebaiknya kamu istirahat, dan tunggu jemputan polisi.
Saskia membaca pesan yang dikirimkan oleh pria brengsek itu, sialan. Kepalanya mendadak berdenyut hebat, emosi tertahan tengah ia rasakan. Ingin sekali rasanya Saskia memukul pria itu dengan balok kayu, tapi ia tahu melakukan itu hanya akan membuat masalah yang ia hadapi semakin rumit.
***
Siang harinya, Saskia ada jadwal mengajar di kelas Audrey. Dia sangat menunggu kesempatan ini untuk bertemu sang pujaan hati, akan tetapi, bahkan sampai jadwalnya selesai pun Audrey tidak menunjukkan presensinya. Timbul kekhawatiran pada benak Saskia, namun Saskia tidak berani menanyakan keadaan Audrey kepada teman-temannya. Ia merasa sudah tidak pantas melakukan itu, Saskia merasa ini adalah titik terendah dalam hidupnya. Berat sekali menjalai ini semua tanpa kehadiran Audrey.
"Saskia."
Saskia mendadak kaku saat mendengar suara itu. Dia enggan menoleh tapi pria yang memanggilnya menarik tangan Saskia cukup lasar, diantara semua manusia yang penuh Saskia temui, tentu saja pria ini adalah manusia terburuk yang pernah Saskia kenal. Saskia sangsi, hidupnya tidak akan pernah tenang jika masih berada disekitar pria brengsek ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecture is My Wife
ChickLit18+++ Menceritakan tentang Saskia Larissa, seorang dosen Prodi Akuntansi yang dijodohkan secara tidak sengaja dengan Mahasiswinya sendiri, Audrey Sheilla. Perjodohan itu membawa Saskia menemukan dirinya yang 'baru' setelah perasaannya mati selama be...