13

11K 871 63
                                    



haii, aku mau tanya, apa kalian tipe pembaca yang lihat cerita berdasarkan rame enggaknya?  

ngerasa sepi enggak kalau kalian baca cerita yang komennya belasan atau bahkan enggak sampai sepuluh?


selamat membaca 🖤


by sirhayani

part of zhkansas

13

Menjadi anak perempuan satu-satunya membuat Kalila tidak bebas pergi bersama teman-temannya di malam minggu. Ibu hanya akan mengizinkan jika Kalila pergi ke rumah Anggini, tetapi Anggini adalah tipikal cewek yang senang jalan-jalan sampai rela berbohong kepada kedua orang tuanya agar diizinkan untuk keluar rumah. Anggini sudah berkali-kali menyarankan Kalila untuk melakukan hal yang sama dan bahkan sudah berkali-kali membuat skenario agar mereka bisa bebas keluyuran malam, tetapi Kalila tidak berani untuk berbohong. Seumur hidup, dia tidak pernah menyembunyikan apa pun pada Ibu dan Bapak kecuali tentang liontin yang bisa menghubungkannya dengan keluarganya di masa depan.

Malam ini, Jiro keluar entah ke mana. Trey juga pergi dan pasti cowok itu sedang bersenang-senang dengan teman-temannya dalam tim basket inti sekolah. Adam sudah beberapa minggu ini tidak muncul di rumah karena sudah sibuk kuliah di kota lain. Suasana jadi sepi meskipun ada Bapak yang sedang menonton siaran bola favoritnya di ruang keluarga. Ada Ibu juga yang menemani Bapak di bawah. Kalila benar-benar bosan sampai membuatnya untuk pamit tidur pada Ibu dan Bapak.

Sayangnya, dia tidak bisa tidur dan berakhir menggulir-gulir layar ponselnya secara acak sambil telungkup memeluk bantal yang tidak dia gunakan untuk kepalanya. Dia juga tidak bisa berkomunikasi dengan Mama dan Papa karena Mama menemani Papa dalam peluncuran sebuah produk.

Kalila langsung terduduk ketika sebuah pesan masuk dari Arvin.

Arvin: Kalila, lo mau nggak jadi cewek gue?

Bagaimana dia tidak terkejut? Tiba-tiba cowok itu mengirimkannya pesan yang tak masuk di akalnya. "Pasti prank atau dipegang orang, tuh."

me: siapa ya?

Arvin: apa kontak gue nggak lo simpan?

me: lagian, tiba-tiba?

Arvin: haha...

Arvin: gue bingung mau basa-basi gimana. gue nggak punya muka buat ngomong langsung

me: pakai pembuka dulu kek!

Arvin: mau pakai pembuka atau enggak, ujungnya gue tetap nembak lo, kan?

Kalila menjatuhkan ponselnya saat menutupi seluruh wajahnya. "Astaga. Kok gue malu, sih?"

Tiba-tiba kamar ber-AC itu terasa panas. Kalila mengambil ponselnya lagi dan membaca pesan baru dari Arvin.

Arvin: tapi kalau lo sukanya gue tembak langsung, kita ketemuan besok saat istirahat, mau nggak?

me: ih! jangan!

Arvin: kenapa?

"Pakai nanya! Ya malu, lah!" seru Kalila, dengan semangat kedua ibu jarinya menekan-nekan layar ponsel.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang