51

3K 208 5
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

51

Bukan hanya sekadar perasaan lagi, tetapi faktanya Jiro dan Adam sedang perang dingin. Mereka tidak pernah bersikap saling tak menganggap kehadiran satu sama lain seperti sekarang ini. Padahal biasanya mereka masih saling bicara walau hanya sedikit kata. Namun setelah Kalila meninggalkan mereka berdua, mereka sudah menjadi dua orang yang seolah tak saling kenal.

Sudah pasti ada masalah dan sepertinya masalah tersebut berhubungan dengan dirinya. Setiap kali Kalila berada di dekat Jiro, sengaja maupun tidak sengaja, ada saja alasan Adam untuk menjauhkannya dari Jiro. Sikap Adam yang berusaha memberi jarak dari Jiro terlalu jelas, tetapi Kalila tak berani bertanya langsung pada Adam mengapa Adam melakukan hal itu.

Sejak Adam pulang, suasana rumah jadi tambah ramai. Kursi makan yang terlalu sering kosong di waktu makan bersama itu telah terisi tiga hari ini. Trey masih sama seperti biasanya, ada tidaknya Adam, terkadang dia mengganggu waktu makan Kalila.

Trey mengangkat sumpit, mengapit satu biji jagung di mangkuk sup milik Kalila, lalu memakannya. "Enak."

Kalila memutar bola mata. Namun, dia juga tidak marah saat Trey memasukkan potongan kecil daging bakar ke mulut Kalila. "Ini baru enak."

Adam tersenyum kecil setelah sebelumnya menatap Trey dan Kalila secara bergantian, lalu perhatiannya tertuju pada Kalila yamg sedang mencuri potongan daging di piring Trey. "Nanti temenin gue pergi, ya?"

Kalila menoleh pada kakak pertamanya itu dengan ragu. Masalahnya adalah hari ini dia ada janji kencan ke pantai dengan Jiro. Kalila tak berani menatap seseorang yang duduk berhadapan dengannya di meja makan karena seseorang itu, Jiro, menatapnya cukup lama tanpa mengalihkan perhatiannya ke yang lain.

Bukankah Jiro terlalu terang-terangan?

"Ke mana, Kak?" tanya Kalila pada Adam.

"Ke mana aja. Ke tempat kesukaan lo kalau perlu."

"Eum, kayaknya gue enggak bisa hari ini, Kak."

"Gue cuma beberapa hari di sini dan ini akhir pekan." Ekspresi Adam berubah sendu. Berbeda dengan Jiro yang tersenyum penuh kemenangan. Meskipun Kalila tidak melihat Jiro secara langsung, tetapi ujung pandangan Kalila masih menangkap pemandangan itu. "Apa lo udah ada janji dengan seseorang?"

Kalila mengerjap. Sebisa mungkin dia tidak bersikap mencurigakan. Nyatanya, nihil. Dia selalu tak bisa menyembunyikan rasa paniknya di hadapan Adam. Padahal dia cukup bersikap biasa saja.

Ketika Kalila akan membuka mulut, Bapak yang sejak tadi fokus dengan sarapannya langsung bersuara. "Hm. Hm. Kalian makan dulu. Ngobrolnya nanti."

"Maaf, Pak," kata Adam sembari tersenyum kecil pada Bapak sementara Kalila hanya bisa menyengir.

"Kalila mau ini?" Ibu menunjuk udang rebus di dekatnya. Kalila mengangguk, lalu Ibu mengambil udang yang beliau maksud dan menaruhnya ke piring Kalila.

***

Pergi bersama Jiro atau Adam? Belum lagi Trey yang langsung tantrum ketika cowok itu mengatakan ingin ikut bersama Adam dan Kalila, tetapi Adam menjawab bahwa dia hanya ingin pergi berdua dengan Kalila.

Kini, ketiga cowok dengan jarak umur satu tahun itu ada di ruang tengah dan duduk di sofa yang berbeda-beda. Sementara Kalila berdiri dan hanya bisa menepuk jidat karena sikap anak kecil Trey yang kumat.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang