25

9.3K 551 15
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

***

jiro: seriusan lo mau ke rumah gue?

me: ini udah di jalan

me: gue putar balik, nih?

jiro: jangan lah. terusin aja. gue penasaran masakan lo kayak gimana

Pipi Ashana terasa pegal karena sudah ke sekian kalinya dia tersenyum. Dia sudah di perjalanan menuju rumah Jiro. Alamat yang dikirimkan cowok itu tadi ternyata tak jauh dari rumahnya. Meski begitu, Ashana tetap memilih untuk memesan pengemudi mobil online daripada motor. Sengaja, supaya bekalnya tak terkena debu. Meski makanan di dalam sana tertutup rapat, tetapi dia harus menjaga tempat bekal yang ditutup oleh tas kain itu dengan baik-baik.

Momen langka ini terasa sangat berarti.

Entah bagaimana mereka jadi seperti dua orang yang berteman secara alami. Perlakuan Jiro terlalu santai dan tak canggung, bertolak belakang dengan Ashana. Ashana menyadari bahwa Jiro tahu dia pemalu sehingga selalu membuat Ashana nyaman di situasi apa pun.

Padahal tadinya Ashana mengirim pesan duluan kepada Jiro untuk menanyakan tugas kelompok baru yang dilakukan dengan teman semeja. Jiro membalas bahwa dia sakit. Jadi, Ashana yang tak tenang dengan tugas yang tertunda tidak memaksa untuk menyelesaikan hari ini karena masih bisa mereka kerjakan besok. Jadi, Ashana hanya menyuruh Jiro untuk istirahat dengan baik saja.

Namun, tiba-tiba Ashana berinistaif mendatangi cowo itu dan dengan bercanda ingin membawakan bekal, tetapi Jiro menganggapnya serius.

Ashana merasa gugup karena kata Jiro semua orang di rumah Jiro sedang pergi ke rumah neneknya. Padahal, mungkin saja Ashana bisa berkenalan langsung dengan adik perempuan cantik Jiro yang dia ketahui bernama Kalila.

Mungkin..., mereka bisa jadi teman. Harapan itu sepertinya sulit terealisasi. Ah, tidak. Justru dekat dengan Jiro adalah hal yang paling sulit. Apalagi berteman dengan adik Jiro yang merupakan adik kelasnya.

Ashana turun dari mobil, membawa dengan hati-hati bekal berisi makanan sehat. Setelah membayar pengemudi daring tersebut, dia membuka pagar atas arahan dari Jiro lewat sebuah pesan yang menyuruhnya untuk langsung masuk. Pintu utama Jiro sudah terbuka lebar. Ketika Ashana menginjakkan kaki di teras, dia melihat Jiro baru saja berjalan dari ruang tengah. Lambaian tangan singkat dari Jiro membuat Ashana semakin berdebar. Cewek itu membuka sandalnya, masuk dengan hati-hati sambil melirik refleks penjuru ruangan.

Jiro telah duduk di lantai dan tangannya mengetuk-etuk meja sembari menoleh pada Ashana yang berdiri dengan canggung. "Duduk di samping gue, Shan."

***

aku: bu, kalila pamit pulang duluan ke rumah karena ada urusan. jangan kasih tahu trey ya buuu. nanti dia nyusul, terus malah berisik di rumah

Kalila menatap jendela mobil. Tak terasa, driver online telah membawanya sampai di dalam kompleks perumahannya. Dia berhasil pergi dari rumah Nenek dan tanpa ketahuan Trey. Bahkan Kalila berlari ke luar perumahan untuk memesan mobil di sana. Kalila tak bisa tenang jika tidak segera menyelesaikan permasalahannya dengan Jiro hari ini juga, membuatnya nekat untuk kembali agar bisa berbicara dengan leluasa secara empat mata.

Mobil yang dia tumpangi berhenti tepat di pagar rumah yang sedikit terbuka. Kalila segera turun setelah mengatakan kepada pengemudi bahwa dia telah membayar lewat dompet digital. Langkahnya memelan ketika melihat pintu rumah yang terbuka lebar. Sandal yang dia yakini adalah sandal perempuan ada di teras rumah.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang