by sirhayani
part of zhkansas
50
Saat melihat bibir Jiro yang luka, Adam langsung teringat oleh seorang teman di kampusnya. Bibir bawah temannya terluka karena katanya digigit oleh sang pacar yang sedang marah. Adam yang sejak dulu mencurigai hubungan Jiro dan Kalila, tentu saja langsung memikirkan hal itu ketika melihat luka di bibir bagian bawah Jiro yang terlihat masih baru.
Meski segala perkataan Jiro tadi terdengar masuk akal, tetapi Adam tak juga langsung berhenti mencurigai Jiro. Meski Adam tak pernah hanya fokus pada bibir Kalila, tetapi entah kenapa Jiro sempat salah fokus pada bibir Kalila yang sedikit bengkak. Bagaimana mungkin Adam tidak semakin curiga pada hubungan mereka berdua?
Ketika dia menarik Kalila menuju kamarnya, Jiro menatapnya dengan pandangan tak suka. Bahkan adik pertamanya itu mengikuti mereka dari belakang. Adam melepaskan genggaman tangannya dari Kalila ketika mereka memasuki kamar Adam yang bau harum lavender. Dia melepas ranselnya, menaruhnya di atas tempat tidur. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur sembari membuka kaos kaki.
Kalila melangkah ke jendela yang terbuka lebar. Angin bertiup pelan memasuki kamar ini. Kalila sibuk dengan udara yang dia hirup sementara Jiro baru saja memasuki kamarnya dan duduk di sofa sambil mengambil remote televisi, memencet tombol on.
"Masa ngajakin Kalila doang? Nanti orang lain yang lihat jadi salah paham, loh," kata Jiro.
Kalila menoleh dan tak mengatakan apa-apa. Namun, Adam sadar dari ekspresi tak biasa Kalila sejak tadi, cewek itu jelas khawatir akan sesuatu.
Adam tak ingin mencurigai adik-adiknya memiliki hubungan istimewa, tetapi segala kecurigaan Adam semakin membesar. Sudah setengah tahun dia tak bisa memantau mereka berdua sehingga kekhawatiran bahwa kedua adiknya itu memiliki hubungan khusus, memanglah bisa terjadi.
"Salah paham gimana?" tanya Adam, menatap Kalila yang canggung. "Kalila kan adik gue. Apa yang harus disalahpahami di antara kami?"
"Kalila~" Panggilan dari Ibu pada Kalila yang terdengar sampai ke kamar Adam, membuat tiga remaja itu terdiam karena teralihkan oleh suara Ibu.
"Iya, Buuu!" seru Kalila sambil berlari ke luar kamar. Cewek itu menatap Adam dan Jiro bergantian. "Ibu manggil gue, doang. Gue pergi dulu kakak-kakak!"
Kalila melambaikan tangan dan setelah Kalila tak terlihat lagi, Jiro bangkit berdiri. Adam segera menutup pintu. Tak dia biarkan Jiro pergi darinya sebelum mendapatkan kejelasan.
Jiro menaikkan alis tinggi-tingi. "Kenapa?"
"Duduk." Adam menggerakkan kepalanya ke arah sofa. "Ada yang pengin gue bahas."
Tak banyak protes, adiknya itu kembali duduk di tempat semula. Adam melangkah hingga berhenti tak jauh di hadapan Jiro dengan posisi berdiri. Sejak dulu, Adam selalu menahan diri atas kecurigaannya pada Jiro. Namun, sekarang Adam tak bisa diam saja. Meskipun akan langsung terjawab jika dia bertanya pada Kalila langsung, mengingat Kalila tak bisa menyembunyikan rahasia lewat bahasa tubuhnya, tetapi Adam tak ingin Kalila menjadi canggung padanya dan tak bersikap seperti dulu lagi.
"Gue udah curiga ini dari lama. Apa lo punya hubungan istimewa sama Kalila?"
Jiro mengangkat alis. "Hubugan istimewa?"
"Gue yakin lo tahu maksud gue." Balasan Adam tak membuat Jiro membuka suara. Adiknya itu hanya berdecak dan memalingkan wajah sembari menyandarkan punggungnya yang sebelumnya dia duduk tegak di sofa. "Gue sayang sama Kalila. Sebagai adik gue. Seolah dia adik kandung gue. Trey juga sama. Dia mandang Kalila seolah Kalila itu saudara kandungnya. Tapi kenapa, di rumah ini, cuma lo satu-satunya keluarga yang lihat Kalila dengan cara yang beda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang dan Waktu
Teen FictionSELESAI ✔️ Dalam keluarga besar itu pun tahu bahwa Kalila hanyalah anak angkat yang ditemukan di depan rumah saat anak laki-laki terakhir sepasang suami istri terlahir ke dunia. Namun, Kalila justru yang paling disayang, baik oleh kedua orang tuanya...