39

4.5K 284 0
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

39

Meski malam nanti adalah malam pergantian tahun, tetapi Kalila tidak begitu senang. Mengapa waktu berlalu begitu cepat? Tidakkah waktu bisa berjalan lebih lambat agar Kalila bisa menikmati setiap detik momen yang tercipta di keluarga ini?

Kata pembawa berita di sebuah stasiun televisi yang berpatok pada prediksi cuaca oleh BMKG, malam ini tak akan hujan. Semua orang senang dengan berita tersebut, tak terkecuali keluarga besar Nenek karena semua anggota keluarga besar akan berkumpul di rumah Nenek dan memanfaatkan halaman belakang yang luas untuk acara barbeque. Beberapa keluarga bahkan sudah berkumpul di rumah, termasuk Emily. Kalila tak sengaja melihat wajah cewek itu dalam unggahan di media sosial salah satu sepupu perempuan Kalila.

Tak terasa sudah berbulan-bulan sejak keretakan hubungan pertemanan mereka karena keberadaan Arvin. Kalila juga sampai lupa bahwa dia pernah berpacaran dengan Arvin. Keberadaan cowok itu di kelas bahkan dilupakan oleh Kalila. Andai dia tak sengaja melihat cowok itu di kelas karena masih berada di ruangan yang sama, maka mungkin Kalila tak pernah melihat cowok itu di depannya langsung meski mereka satu kelas.

Berbeda dengan Arvin yang tak Kalila pedulikan, Emily justru terkadang menarik perhatian Kalila. Entah sejak kapan Emily tak lagi bersikap bossy pada siswi-siswi pendiam. Cewek itu yang malah jadi pendiam di kelas, seorang siswi pendiam yang tak punya teman. Ketika istirahat, Emily lebih sering di kelas, menaruh wajah di atas kedua lengan yang terlipat. Mungkin saja, ketika Kalila sudah di kantin, dia baru pergi mencari makan di kantin lain. Tak mungkin Emily menyiksa dirinya sendiri dengan tidak makan karena Kalila tahu betul bahwa Emily suka makan meskipun tubuhnya tak pernah masuk kategori gemuk.

Dulu Kalila tak pernah mempermasalahkan kesalahan yang dilakukan Emily padanya sekalipun Kalila dikatai sebagai anak pungut atau dikatai pendek, tetapi tidak dengan pengkhianatan. Jika saja Emily ingin jujur sedari awal bahwa dia menyukai Arvin, maka Kalila akan mendukung Emily sepenuhnya. Mereka tak perlu ada dalam pertengkaran hanya karena seorang cowok yang baru memasuki hidup mereka.

"Jadi, kamu berangkat sebentar lagi?" tanya Mama yang wajahnya terlihat di layar hologram. Kalila mengangguk kecil. Dia tengah duduk bersila di atas tempat tidurnya dan baru saja menceritakan rencana malam ini kepada Mama, yaitu berkunjung ke rumah Nenek angkatnya.

"Kalila enggak bisa ikut tahun baruan sama Mama, Papa, dan Khafi lagi." Kalila menghela napas menatap mamanya. Hanya ada Mama di sana. Khafi sedang sekolah dan Papa bekerja. Meskipun Mama juga bekerja di bidang teknologi, tetapi Mama kebetulan mengambil cuti.

"Engak apa. Lakuin apa pun sepuas kamu di sana sebelum kamu kembali ke sini."

Ah, Mama menariknya kembali pada kenyataan. "Mama...?"

"Iya, Nak?"

"Apa mungkin ... aku bisa tinggal di sini sampai umur tiga puluhan sebelum pulang ke sana?" Kalila lalu menggigit bibir. Mama tak langsung menjawab. Jeda itu membuat Kalila menemukan jawaban bahwa Mama ragu menjawab iya.

Lalu, sampai umur berapa dirinya bisa di masa ini? Dua puluhan? Atau lebih parahnya, sebentar lagi?

Papa pernah mengatakan bahwa jika Kalila terus berada di masa yang tak seharusnya, maka Kalila bisa meninggal dunia lebih cepat. Di tahun 2086, di mana tahun keberadaan keluarga kandung Kalila, Papa sedang berusaha menciptakan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Papa ingin Kalila hidup lebih lama dari prediksinya.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang