29

11.4K 599 25
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

29

Kalila tak pernah sesegar ini saat menjalani hari di sekolah. Jika bukan karena mendapatkan pelukan dari Jiro sepanjang malam, maka dia akan lemas sejak tahu sang Ketua Kelas tidak hadir dan setengah-setengah dalam menjalankan tugasnya sebagai Wakil Ketua Kelas.

Fritzi, si Ketua Kelas, siswi yang terkenal ambis dengan kacamata berbentuk kotak yang tak pernah lepas dari hidungnya itu—sepanjang Kalila melihatnya—sedang tidak hadir karena sakit. Biasanya anak itu akan tetap masuk meski demam, tetapi sepertinya kali ini sakitnya cukup parah. Kalila tidak tahu pasti sakit apa cewek itu karena mereka tak dekat. Belum lagi karena Fritzi adalah tipe orang yang sangat lah tertutup.

Seorang siswi yang sempat satu tempat duduk dengan Fritzi lebih memilih untuk duduk di belakang, menggantikan tempat Kalila dan menjadi teman sebangku Emily. Meski dia tahu Emily seperti apa, tapi siswi itu hanya mau duduk di bangku paling belakang dan tetap mengabaikan Emily dan tidur sepanjang waktu. Sementara Kalila berakhir duduk di bangku depan bersama Fritzi yang merupakan seorang Ketua Kelas yang irit bicara, kecuali jika itu berkaitan dengan hal-hal formal.

Sekarang cewek itu tidak hadir dan Kalila harus menggantikan tugas Fritzi. Sejak awal, posisi Wakil Ketua Kelas bukanlah keinginannya. Entah kenapa, orang-orang di kelas mencatumkan namanya sebagai kandidat Ketua Kelas. Perbedaan satu suara membuat Kalila sempat ditatap tajam oleh Fritzi karena hampir mengambil posisi yang Fritzi inginkan. Untunglah, kehidupan masih berjalan dengan imbang dan takdir tidak ingin ada percekcokan tak berarti di antara mereka.

"Anak barunya udah datang!" Seorang siswi yang baru saja mengintip di pintu, tiba-tiba berbalik dengan panik dan berlari ke bangkunya. "Dia bareng Pak Ilyas!"

Kalila bertopang dagu. Dia sudah mendengar desas-desus tentang anak baru yang dimaksud sejak sebelum bel pelajaran pertama berbunyi karena ada sepasang meja dan kursi baru di sudut paling belakang. Siswi-siswi di kelas juga sibuk membicarakan seorang siswa baru yang katanya berparas tampan itu.

Kelas langsung hening saat seorang pria paruh baya berwajah tegas muncul di ambang pintu. Kalila berdiri dan memberi aba-aba kepada yang lain untuk segera berdiri menyambut Pak Ilyas, lalu kembali duduk setelah itu. Pak Ilyas masih berdiri di belakang meja guru. Kepalan tangannya tersangga di meja sembari menoleh pada si anak baru yang murah senyum.

"Hari ini, kelas ini kedatangan siswa baru di kelas. Silakan perkenalkan diri kamu," kata Pak Ilyas.

"Saya Callahan. Panggil saja Kala." Siswa baru bernama Kala itu menatap kursi kosong di samping Kalila.

Kalila memegang bangku di sampingnya, khawatir Kala mengincarnya. "Di sini ada yang duduk. Namanya Fritzi. Ketua kelas kita. Lagi sakit."

Kala hanya tersenyum kecil. "Enggak akan gue ambil, kok. Tenang aja." Dia tolehkan wajahnya pada Pak Ilyas. "Pak, saya boleh langsung duduk?"

"Silakan." Pak Ilyas mengangguk-angguk, lalu Kala mulai berjalan melewati Kalila. Cowok itu sempat berhenti sebentar untuk melemparkan senyum sebelum kembali melanjutkan langkah menuju kursi kosong baru di belakang sana. Kalila hanya mengernyit heran.

Meski antara Kala dan Jiro secara visual sangatlah berbeda, tetapi rasanya ada kesamaan pada "vibe" mereka berdua.

***

Pak Ilyas yang mengisi pelajaran kedua akhirnya selesai juga. Baru saja beliau keluar dari kelas dan siswa-siswi kelas ini baru berbondong-bondong untuk keluar. Jika itu guru lain maka sebelum guru keluar mereka sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari ke kantin. Kalila mengangkat kedua tangannya, merenggangkannya karena dia merasa lelah. Selama ini, Fritzi selalu bekerja sendiri dan Kalila sebagai wakil hanya status yang tertempel di dinding kelas.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang