45

3.5K 248 12
                                    

45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45

Kalila panik. Berbeda dengan Jiro yang santai sekali padahal baru saja dipergoki. Kedua tangan cowok itu bahkan masih melingkar di pinggang Kalila.

Kalila memalingkan tatapan canggungnya dari Kala, menatap Jiro yang terlihat tak peduli dengan keberadaan Kala.

"Kak!" bisik Kalila, panik. Jiro tak mau melepas pelukannya. "Enggak lihat apa ada Kala?"

"Dia barusan pergi, kok."

Kalila menoleh. Benar. Kala sudah tak terlihat. Namun, karena kebodohannya yang tak melihat tempat dan situasi, dia tak tahu lagi akan menyimpan wajahnya di mana ketika berhadapan dengan teman kelasnya itu. Lagipula, dia terlalu bodoh, mengapa malah mencium Jiro di rumah orang lain?

"Ngapain takut?" Jiro tersenyum kecil sembari mengeratkan pelukannya di pinggang Kalila. "Bukannya dia udah tahu kalau kita bukan saudara?"

"Masalahnya ... gue malu," bisik Kalila. "Nanti pasti canggung banget." Kalila menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Duh, gimana, niiih?" Jiro tertawa kecil, membuat Kalila menghentakkan pelan kakinya di lantai. "Jangan ketawa doang, Kak."

"Mungkin karena gue terlalu senang akhirnya ada yang tahu hubungan kita." Jiro memegang kedua pipi Kalila. "Walaupun yang tahu masih orang di luar keluarga besar, tapi setidaknya gue seneng, Kalila."

***

Hancur sudah.

Kala memegang dua rahasia besarnya.

Meskipun rahasia tentang dirinya yang bukan saudara kandung Trey akan Kala rahasiakan rapat-rapat dari semua orang, tetapi Kala juga telah mengetahui hubungan Kalila dengan Jiro. Kalila tidak bisa berbohong bahwa dia dan Jiro tidak memiliki hubungan apa-apa, toh, Kala telah melihat Kalila berciuman bibir dengan Jiro.

Semua orang telah tidur dan Kalila keluar dari rumah Anggini. Dia duduk di ayunan halaman depan rumah sahabatnya itu sambil merenungkan rentetan kejadian hari ini dan kemarin.

Jiro sudah tidur di kamar tamu. Trey masih di ruang tengah, dia sulit sekali diajak untuk ke kamar tamu karena mengamuk jika dibangunkan. Kala di sofa ruang tengah, dia juga sepertinya tak ingin bangun saat Kalila menyuruhnya untuk tidur di kamar tamu. Karena perasaan yang campur aduk, Kalila tak bisa menarik paksa cowok itu untuk ke kamar tamu agar bisa tidur dengan nyaman di atas tempat tidur. Anggini sudah kembali ke kamarnya dan tidur bersama Fritzi. Tadi Kalila juga sudah berbaring di tempat tidur Anggini, tetapi karena tak bisa tidur, Kalila beranjak ke tempat ini.

Dipegangnya tali ayunan dengan erat, lalu dia menghela napas panjang. Kenapa harus selalu Kala?

"Lo ngapain di sini? Enggak ngantuk apa?"

Kalila tidak tersentak. Jantungnya hanya seolah akan loncat dari tempatnya ketika mendengar suara Kala. Cowok itu menuruni tangga-tangga teras dan Kalila tak mau menoleh, tetapi ekor matanya masih bisa menangkap apa yang Kala lakukan. Kala berhenti di samping Kalila, lalu menaiki ayunan di sebelahnya.

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang