Yuki

39 5 1
                                    

"Oh, bukan, bukan. Dia ku interogasi dulu. Setelah dia bersikeras untuk tidak mau buka mulut, aku menembak kepalanya dan baru aku menembaki tubuhnya karena darah yang mengalir dari kepalanya terlalu sedikit. Indah bukan, lautan darah miliknya?" ujar suara seseorang dari belakang

.........

"Tsukumo Ryo!" seru Erin sambil berdiri di depan yang lain dan melindungi mereka bersama Orion

"Pergilah," ujar Yuki

"Eh?? Demo, bagaimana dengan Yuki-san?" tanya Mitsuki

"Masih ada jalan di depan. Kemungkinan Takamasa ada diujung sana. Kalian pergilah dan ringkus dia," ujar Yuki sambil mengambil sebuah pistol dari saku jas nya. "Dendam Momo, aku yang akan membalaskannya."

"..... Baiklah. Ini, untuk berjaga-jaga. Segera gunakan ini kalau terpojok jadi nanti tidak mati sia-sia" ujar Mitsuki sambil memberikan beberapa gas air mata pada Yuki

"Ini, bawalah ini. Yuki-san pintar dalam menggunakan katana, kan?" ujar Hikaru seraya memberikan katananya pada Yuki

"Ayo, bergerak!" pandu Orion

Mereka semua pun pergi meninggalkan Yuki sendirian disana.

"Ooh? Apakah kau sebegitu yakin bisa menghadapi aku sendirian?" ejek muka sipit. Yuki tanpa ragu dan tanpa peringatan mulai menembaki muka sipit dengan cepat. Mereka berdua saling adu tembak, tidak ada suara lain selain tembakan ditemoar mereka berdiri.

"Tch! Tidak ada satupun peluru yang menembus tubuhnya. Dia pasti memakai baju anti peluru. Aku harus mendekat untuk menyerangnya!" batin Yuki

"Ups, kau lengah, kuntilanak," ujar muka sipit seraya menembak Yuki dan berhasil mengenai perut dan dada kanannya

"Ugh..!" Yuki pun terjatuh karena lukanya

"Aww, sudah tumbang saja? Kau itu sangat tidak seru. Yaah, walau Momo lebih membosankan lagi sih~ Woops," muka sipit pun berhasil menghindar saat Yuki menhunuskan pedangnya. "Haha, trik murahan seperti ini tidak akan mem-" kata-kata muka sipit terpotong karena sudah ada mulut pistol yang menempel dibawah dagunya

"Matilah, dan pergi ke neraka." ujar Yuki seraya menembak mati muka sipit. Muka sipit pun tumbang tidak bernyawa karena tembakan itu. "Haah... haah... Ukh... Sepertinya... Tembakannya terlalu dalam..." ujar Yuki sambil memegangi lukanya. Ditengah-tengah kondisinya, dirinya melihat lagi ke arah mayat Momo yang tak jauh darinya.

Ditariknya kaki yang sudah mulai lemas dan berbaring disamping mayat Momo. Digenggamnya tangan seseorang yang pernah membantunya menghadapi masa-masa suram yang rumit. Dirinya tersenyum pahit mengenang semua kenangan itu,

"Ayo kita pergi bersama, Momo," ujar Yuki sambil perlahan menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya disamping partner nya itu (the real pasutri yang bahkan maut tak bisa memisahkan karena mati di hari yang sama, ea :v)

Disisi lain

Di luar markas, Takampret sudah berdiri sambil memegang sebuah alat pemicu bom di tangannya.

"Sepertinya Ryo sudah mati. Saatnya untuk meledakkan markas ini sebelum mereka berhasil keluar. Agak mubazir sih, karena ini markas terbaikku dan banyak senjata andalanku disana. Tapi tak apalah. Sehabis ini berjalan lancar, akan kuambil alih organisasi SAD sialan itu dan kubuat tempat yang lebih baik dari markas ini. Haah... Selamat tinggal, para boneka panggung," belum sempat Takamasa menekan tombolnya, ada sebuah peluru yang menmbak tangannya. Alat pemicu bom itu terjatuh dan terlempar jauh oleh tembakan yang berikutnya

We're NOT JUST an Idols [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang