Momo

28 1 0
                                    

Mereka berenam menyusuri jalan bawah tanah misterius itu. Namun, ditengah jalan mereka dihadang oleh dua orang yang sangat mereka kenal,

"Tamaki... Gaku...."

.........

"Maaf, tapi kami nggak bisa membiarkan kalian lewat," ujar Tamaki

"Maksud lo gimana woy!! Bukannya kamu tuh tangan kanannya Riku?!" seru Tatsu

"...... Jujur saja Tamaki. Yang disandera itu, dia, benar kan?" ujar Riku. Tamaki terdiam namun dia perlahan mengangguk yang mengartikan bahwa ucapan Riku itu benar,

"Chotto, Maksudnya gimana nih Riku?" tanya Miroku

"Orang lain yang dimaksud Torao sebagai sandera yang lain tidak lain adalah Aya, adik Tamaki yang hilang. Sedangkan Gaku, pasti karena si Takampret mengancam akan menyakiti TRIGGER. Cara yang sama seperti Torao karena kalau sanderanya itu Yaotome-san pasti dibiarin mokad aja sama dia," jelas Riku

-----

//Sousuke: Anak durhaka emang kau, Gak!! Giliran bapaknya kagak ditolongin dan dibiarin mokad!!

//Gaku: Ya biarin lah. Lumayan ntar aset perusahaan jadi punya gue. Informan SAD kan juga nggak cuman lu doang,

//Sousuke: Ku sumpahin jadi batu lo!

//Gaku: Gua nggak takut. Dosa lo lebih berat dari dosa gua!

-----

"Ooh, bisa gitu ya? Durhaka ama bapaknya dong," celetuk Nagi

"Tonikaku, kalian nggak boleh lewat. Ini demi kebaikan kita semua. Rencana mereka berdua sudah berjalan lancar. Bahkan kalian datang kesini pun sudah menjadi bagian dari rencana mereka. Kalian tanpa sadar sudah masuk ke dalam perangkap mereka," ujar Gaku

Semua shock dengan fakta yang disampaikan oleh Gaku dan kenyataan kalau mereka sudah masuk ke dalam perangkap,

"Apa maksudmu kami sudah masuk ke perangkap mereka?!?!" seru Miroku

"....... Tujuan dari Takamasa adalah membawa Riku kesini. Dia sudah mendapatkan Tenn dan Riku adalah target selanjutnya karena mereka berdua adalah kelemahan dari Boss Nanase. Dan mereka itu berencana untuk-- Akh-!!" Gaku merintih kesakitan sambil memegang lehernya

"Gomen, kami nggak bisa cerita banyak. Seluruh tempat ini diawasi dan si Takampret itu memasang chocker listrik ke leherku dan Gakkun. Salah bicara, kita bisa disetrum sampai pingsan atau bisa juga sampai kehilangan nyawa...." jelas Tamaki

"Hidoi... Sampai berbuat segitunya..." komentar Mikado

"..... Kalian tinggal membawaku ke hadapan si Takampret itu saja, kan?" tanya Riku

"Oi, Riku! Apa maksudmu?!?!! Kamu mau menyerah gitu aja ke mereka?!?!!" seru Kento tidak setuju

"Lebih baik begitu daripada lebih banyak korban yang berjatuhan. Toh, aku juga bisa memikirkan rencana cadangan di perjalanan nanti. Kalian lakukan aja sesuai yang sudah kita rencanakan tadi. Aku masih bisa telepati dengan Erin dan... aku dapat kabar buruk," ujar Riku

"Oh? Bad news? Kabar buruk apa sampai-sampai kamu terlihat sedih, Riku?" tanya Nagi

"....... Sudah ada yang... gugur..." ucapan Riku sontak membuat semua orang disitu terkejut dan keadaan menjadi hening.

Di sisi lain

Yuta dengan mudah membobol sebuah pintu di sana dan di dalam ada Sogo dan Onzai yang diikat,

"Akhirnya berhasil nemu 2 sekaligus dalam satu ruangan," ujar You

"Kalian berdua tidak apa-apa kan?? Ada bagian yang sakit??" ujar Rei seraya melepas ikatan Sogo dan Onzai

"Ah, daijoubu Rei-san, hanya sedikit memar karena kami sudah diikat lumayan lama," ujar Sogo. Rei pun segera menyembuhkan memar Sogo dan Onzai dengan kekuatannya,

"Sugoi ne, kadang aku lupa kalau Rei-san dan Rhyz-san itu bukan manusia," celetuk Sogo

"Iori, Kazuna, Goshi, Onzai, Sogo. Kurang Akane, Yuzuki, Tamaki, dan Momo-san," ujar Yuta

"Ayo kita lanjut cari yang lain. Semakin cepat berkumpul, semakin cepat kita bisa ringkus si Takampret itu," ujar Mitsuki

"Demo, nii-san, entah kenapa, aku punya firasat buruk tentang hal ini," celetuk Iori

"Tonikaku, kita fokus cari yang lain dulu. Kita juga belum punya petunjuk tentang keberadaan Keidan dan Shun. Mereka berdua bisa dibilang kartu As kita. Selama kita bisa menemukan mereka, keadaan akan bisa dibalik dengan mudah," ujar Rei

Mereka semua pun melanjutkan pencarian anggota yang lain dan berhasil menemukan Akane dan Yuzuki. Erin dan Orion berjaga di depan sedangkan Rei dan Rhyz berjaga di belakang karena entah kenapa, situasinya jauh berbeda dari saat mereka pertama kali masuk.

"Aku entah kenapa merasa tidak enak... Semoga Momo baik-baik saja," ujar Yuki khawatir

"?? Oh, minna, lihat, bukannya itu choker milik Shun??" ujar Rui sambil menunjuk ke arah sebuah choker hitam yang jatuh dilantai

"Oh! Akhirnya kita setidaknya dapet petunjuk tentang keberadaan di setan alas itu!" seru You

"Hmm.... Ada bekas terinjak dan tanda dilepas paksa. Nee, gimana menurut kalian, Rhyz-san, Rei-san?" tanya Iori

"Eh??? Rhyz-san dan Rei-san... hilang??" ujar Yuta terheran-heran

"Aneh... Aku nggak merasa ada hawa orang lain dan jebakan. Rhyz dan Rei juga bukan tipe yang ceroboh seperti itu..." ujar Erin seraya berpikir

"Kita maju saja dulu. Aku yakin mereka berdua pasti baik-baik saja. Erin, kau memimpin di depan. Aku akan berjaga di belakang," ujar Orion

"Siap Ou-sama~!!" jawab Erin

Mereka semua pun melanjutkan perjalanan mereka menyusuri jalan yang panjang. Semakin ke dalam, suasananya semakin lembab dan sunyi.

"Uugh... Bau darahnya sangat menusuk. Sepertinya masih lumayan segar," celetuk Erin

"Yabai, firasatku ada hal buruk di depan sana..." ujar Mitsuki

"Kita harus tetap maju. Kita belum menemukan Momo," ujar Yuki khawatir

"Are?? Bukannya itu jepit rambut milik Momo-san?? Tapi kok...." celetuk Sogo sambil menunjuk sebuah jepit rambut di lantai.

Namun, ada yang aneh dari jepit rambut itu. Jepit itu ada ditengah-tengah genangan darah disana. Mereka semua mengalihkan pandangan mereka dan melihat, sesosok yang sudah terbaring kaku tak berdaya di depan mereka.

Sumber darah berasal dari dirinya, dan terdapat beberapa luka tembakan di tubuhnya. Salah satunya.... di kepala.

"M-Momo...-san...??"

"MOMO!!!" seru Yuki menghampiri tubuh Momo yang sudah tidak bernyawa dan menangisinya. Dipeluknya tubuh Momo yang sudah agak kaku, tidak peduli walau bajunya ikut berlumuran darah

"Teganya... Ditembak beberapa kali lalu baru dibunuh..." ujar Mitsuki

"Oh, bukan, bukan. Dia ku interogasi dulu. Setelah dia bersikeras untuk tidak mau buka mulut, aku menembak kepalanya dan baru aku menembaki tubuhnya karena darah yang mengalir dari kepalanya terlalu sedikit. Indah bukan, lautan darah miliknya?" ujar suara seseorang dari belakang







Hehe. Agak menyiksa setelah sekian abad nggak update boleh lah yak, 😈

We're NOT JUST an Idols [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang