Atsumu sungguh tersiksa dengan apa yang tengah dihadapinya.
Harus menahan segalanya sendirian, dilupakan, dan ditambah lagi dengan kedatangan wanita yang pernah membuatnya pergi dari hadapan Sakusa. Wanita itu lagi-lagi datang dan mengaku menjadi calon istri sang kekasih hati, entah Atsumu harus menghadapi apa lagi setelah ini.
Sungguh sampai kapan Atsumu sanggup menahan ini semua. Dia pernah berpikir ingin mengakhiri saja hidupnya, namun Suna terus datang dan meyakini bahwa penderitaan Atsumu akan berakhir sebentar lagi.
.
Lain lagi cerita Sakusa, setiap kali melihat Atsumu, tangannya selalu saja bergetar dadanya sakit dan kepalanya terasa pening, tapi entah mengapa kebiasaannya setiap hari adalah harus melihat wajah itu, entah itu setiap pagi sebelum berangkat bekerja atau setelah tiba dirumah.
Tapi bila saat Atsumu membalas tatapannya, Sakusa selalu saja memalingkan wajahnya, pergi menjauh atau semacamnya.
Sakusa sadar entah mengapa cahaya dari wajah itu semakin meredup setiap kali Sakusa melihatnya.
Ingin sekali rasanya bertanya, namun ada hak apa dirinya.
Setelah kejadian peluk memeluk malam itu, Sakusa sebisa mungkin menghindar.
Tapi sebisa mungkin harus melihatnya walau hanya sekali dalam sehari. Bukannya dia peduli hanya saja ingin tau, bahwa bocah itu baik-baik saja. Dan tidak mati sia-sia didalam mansion miliknya.
Seperti pagi ini Sakusa sedang menatap punggung Atsumu dibalik kaca besar tengah duduk membelakanginya ditaman kecil disamping hunian mewahnya, hanya diam, tidak ada yang dilakukannya hanya menatap bunga-bunga kecil yang tertutup embun pagi.
Atsumu memang selalu berada disana setiap pagi, Suna yang meminta agar Atsumu bisa merasakan udara segar dan merasakan mentari pagi. Namun pagi ini entah mengapa pikiran Atsumu kosong, Atsumu mulai kacau lagi.
Lagi dan lagi dada Sakusa sesak, air matanya jatuh tanpa sadar, mengapa pemandangan pagi ini sangat membuatnya sedih, mengapa punggung itu terlihat semakin sempit, mengapa orang itu semakin terlihat menyedihkan, apa hubungan dirinya dengan orang itu. Sungguh Sakusa sangat bertanya-tanya.
"Kiyoo ayo kita sarapan" Yachi mengejutkan dengan bergelayut manja di lengan Sakusa, dengan cepat Sakusa menghapus air matanya kasar
"Kau menangis Kiyoo?"
"Bukan urusanmu" Sakusa mendengus pergi lebih dulu menuju ruang makan
Yachi menatap keluar ternyata melihat Atsumu yang sedang duduk dikursi taman.
'Sebentar lagi Atsumu' Tersenyum licik Yachi pun menyusul Sakusa sambil menyilangkan kedua tangan didepan dadanya
Sedikit lagi rencananya menjadi nyonya Sakusa akan menjadi nyata.
."Kiyoo hari ini temani aku fitting baju ya"
Yachi sedikit membesarkan suaranya agar terdengar oleh Atsumu yang sedang berlalu menuruni tangga. Dan Atsumu hanya menutup matanya malas, terserah saja, Atsumu sudah lelah, apapun lakukan sesukan mereka.
"Aku sibuk"
Sakusa melanjutkan saja acara sarapan paginya.