Tertolak?

3.7K 150 8
                                    

"Bagaimana para saksi SAH?"

"SAH!" - ucap semua tamu yang datang dalam pernikahan itu.

Seluruh mata tampak menyipit akibat tersenyum tanda semua ikut berbahagia, namun tidak dengan mata Nayaka Pramudya yang menatap pilu, menyadari bahwa sudah tak ada lagi harapan menyatukan sang ibu dengan sang ayah sekuat apapun ia berusaha. Rupanya seluruh harapan berbahagia bersama itu pupus kala sang ayah sudah memilih untuk membangun keluarga yang juga menjadi harapan bahagia bagi beliau. Kini yang tersisa hanyalah Nayaka dan ibu, hanya mereka berdua. Tentu tak lupa mendoakan yang terbaik untuk ayah tercinta.

Elusan hangat yang sedari dulu selalu menjadi penenang ia rasakan pada bahunya, sedikit membuatnya tersentak lantas menoleh dan tersenyum. Itu tangan Azka Mahendra, sahabat Nayaka yang diam diam menaruh rasa tanpa diketahui oleh empunya. Azka itu punya bahu yang kokoh untuknya bersandar, punya tangan yang hangat yang mampu membuatnya tenang, juga punya telinga yang siap untuk menjadi pendengar. Azka itu paling mengerti Nayaka, tau sekali meskipun Nayaka tak berucap apapun.

"Mau pulang sekarang nay?" - tanya Azka

Tanpa menjawab Nayaka berdiri lantas berjalan menuju altar, ia menatap sang ayah sembari tersenyum tipis menahan tangis. Nayaka memeluk sang ayah erat, "happy wedding ayah, maaf kalau selama hidup sama naya dan ibu ayah gak bahagia, tapi naya selalu berdoa supaya ayah selalu bahagia dimanapun dan dengan siapapun. Setelah ini bahagia ya yah, jangan khawatirin naya. Naya juga bakal bahagia, sama ibu tentunya" - ucap Nayaka lirih

"Nayaka anak ayah, selama kita sama sama ayah bahagia kok nak, mungkin memang jalannya harus seperti ini. Maaf karena kamu harus lalui ini, maaf karena harus mempunyai ibu dan ayah yang tidak sempurna dalam segala hal. Tapi ayah sayang Nayaka, ayah tau kamu paham dengan posisinya karena kamu sudah dewasa" - Nayaka mengangguk dalam pelukan itu

"... Naya jangan sedih, kapanpun kamu butuh ayah, ayah ada disini nak, selalu"

"Naya sayang ayah" - sang ayah melerai pelukan lantas mencium kedua pipi Nayaka sebagai penutup. Setelahnya Nayaka berjalan menjauh dari tempat yang bertabur bahagia itu.

. • .

Selama perjalanan Nayaka sama sekali tak bersuara, Azka tau sekali Nayaka tak baik baik saja meski beberapa kali ia berucap tidak papa. Azka bisa rasakan bagaimana sedihnya Nayaka meski selalu ia tutupi dengan senyumnya, Azka tau sekali bagaimana cerita kehidupan Nayaka, Nayaka yang selalu dikelilingi cinta dari sang ayah dan ibu namun takdir membawanya pada akhir yang seperti ini, Azka tak percaya keluarga yang harmonis itu justru kandas secara tiba tiba.

Saat itu, untuk pertama kalinya ia melihat Nayaka menangis meraung raung di pelukannya, Nayaka yang baru sekali pulang kuliah itu datang padanya dengan keadaan yang kacau, hingga akhirnya ia mengadu kalau ayah dan ibunya memutuskan untuk berpisah. Namun hari demi hari sedihnya itu pupus, ia bisa menjalani hari-hari nya seperti biasa meski dengan keadaan rumah yang tentu saja jauh berbeda. Nayaka selalu sendiri di rumah karena sang ibu sibuk kerja, kedua orang tua Nayaka itu orang berada, ibu nya pewaris tunggal yang saat ini mengelola perusahaan sang kakek. Kemudian sang ayah merupakan pemilik perusahaan ternama, hidup Nayaka itu sempurna, Azka lah saksinya. Namun kejadian itu membuat Nayaka banyak kehilangan cinta, cinta dari sang ayah yang kini sudah memiliki keluarga baru, dan cinta dari ibu yang setiap hari sibuk bergelut dengan pekerjaannya.

"Lu langsung pulang aja ya, gue capek banget ka tiba-tiba" - ucap Nayaka sebelum turun dari mobil Azka

"Kalo butuh apa apa kabarin ya nay, jangan lupa makan, jangan nangis juga" - jawab azka, Nayaka tersenyum sambil mengangkat jempolnya sebagai jawaban.

Bestfriend to Lover? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang