Rentan

545 52 3
                                    

Rasanya percekcokan dalam rumah tangga bukan lah hal baru di dalam kehidupan. Seharmonis apapun pastilah ada satu celah renggang yang sering mengundang perang. Sebenarnya nayaka tidak akan terus diburu emosi jika azka bisa mengerti, tapi... Entahlah azka yang tidak mengerti dirinya atau dia yang tidak mengerti azka. Tapi satu minggu ini lelaki itu sering lembur bahkan tidak pulang, dan kala pulang pun hanya berganti pakaian lalu kembali ke kantor setelahnya. Apalagi beberapa hari lalu nayaka mendapati chat dari tetangganya yang mengajak dia dan azka makan bersama. Nayaka tau sekali si janda centil itu suka dengan azka. Alih-alih mengajaknya makan justru dia lebih ingin bertemu suaminya, duh kalau buat nayaka sih nanti dulu ya! Jadilah sehabis itu dia dan azka kembali beradu mulut.

Selama azka sibuk dengan pekerjaan nya yang tidak bisa ditinggalkan itu, nayaka tentu lah kesepian. Memangnya sesibuk apa sih? Memangnya tidak bisa di kerjakan besok lagi? Lagi-lagi nayaka kesal! Apalagi dua anaknya yang begitu berulah kadang buat dia sedikit pusing, dan lagi-lagi dia menyalahkan azka. Lagaknya seperti bujangan yang tidak punya tanggungan saja ya dia, kerja sampai pagi seolah gaji yang dihasilkan untuk dia habiskan sendiri. Duh kalau dijabarkan semua sih gak akan cukup sehari, kesalnya itu terus bertambah sampai muak sendiri. Buat mengomel pun rasanya nayaka sudah tidak tertarik, sudah lelah sebab apapun yang dia bicarakan hanya akan mengundang keruh yang lebih besar.

Sebenarnya pernah terbesit di pikirannya kalau azka mungkin sudah bosan, cintanya mungkin sudah perlahan pudar apalagi dirinya ini tipikal yang cemburuan dan hal kecil saja kadang sengaja dia besar-besarkan. Tapi jika mengingat itu, nayaka juga takut. Takut sewaktu-waktu azka lelah lebih dari lelahnya bahkan sampai berniat mengembalikannya pada ayah dan ibu. Meskipun dia kerap meminta azka untuk kembalikan dia pada orangtuanya saat azka sudah tidak mencintai nya lagi, tapi jika membayangkan itu nayaka tidak pernah sanggup, apalagi dia dan azka memiliki atha dan acel yang sebisa mungkin tidak boleh kehilangan sosok orangtua di hidupnya. Dia tau lah sejauh ini baik egoisnya maupun azka masih sering kali meledak-ledak, tapi sejauh itu keduanya juga tidak hanya diam dan membiarkan, mereka juga selalu usahakan memperbaiki apa yang harus di perbaiki. Nara dan azka pun tidak mungkin lah membiarkan apapun yang mereka miliki hancur begitu saja bagai tiada arti.

Sekarang Nayaka mengerti sesulit apa mempertahankan rumah tangga, bahkan ada kalanya dia merasa bangga pada dirinya sendiri sebab sebesar apapun masalah nya dengan azka, dia maupun azka tidak pernah memilih untuk berhenti. Sesekali dia kerap membandingkan nya dengan rumah tangga ibu dan ayah. Sebenarnya hampir sama, tapi yang berbeda adalah ayah dan ibu yang memilih berhenti dan hidup masing-masing layaknya orang asing. Meski begitu dia tau sekali ayah dan ibu sudah mencoba untuk rakit setiap puzzle dalam rumah tangganya. Dan mungkin satu atau dua puzzle itu hilang hinga tidak bisa memberikan kesempurnaan pada puzzle lainnya. Tapi meski begitu, jika yang merakit puzzle itu adalah dia dan azka. Walaupun harus lalui banyak rintangan dan halangan, dia yakin azka akan terus meyakinkan nya kalau puzzle yang hilang itu akan mereka temukan - pasti akan mereka temukan!

Begitu lah sisi nayaka, di sisi lain azka itu memang benar-benar tengah dilanda sibuk. Sibuk-sesibuk sibuknya melebihi orang sibuk. Tapi bukan berarti dia melupakan nayaka, justru empunya lah yang pertama kali dia pikirkan sebelum memikirkan atha dan acel. Azka pun kadang kesal, kala pulang nayaka itu selalu lah bicara menyudutkan meski dengan nada yang bisa dibilang pelan. Itu juga yang selalu membuat dia ikut tersulut. Dia tau nayaka kesepian, dia tau nayaka butuh perhatian tapi pekerjaannya juga tidak bisa dikesampingkan. Mungkin dalam hal itu memang dialah yang tidak bisa mengatur waktu, memang dialah yang tidak bisa mengerti mau nayaka tapi kalau bisa memohon, azka akan memohon pada nayaka untuk jangan dulu membuat keributan di saat dirinya sedang di bantai oleh banyak pekerjaan. Bukan apa apa, hanya saja kadang dia juga tidak bisa mengatur emosi hinga berakhir tengkar sepanjang hari. Toh dia bekerja juga untuk nayaka dan anak mereka bukan untuk dirinya sendiri.

Bestfriend to Lover? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang