Part 44. Sick🔥

597 23 5
                                    

Happy Reading All!!!
Gimana kabar nya? Baik kan?
Kalau sudah baca, vote sama comment nya jangan lupa.

Luv yu!

"Benar, menggapai mu bagaikan menggapai bulan, indah namun, jauh."
~Lyra Raneysha Sahreza
.
.
.
🌻

Part 44. Sick.
Altair berjalan santai menuruni tangga seraya membawa buku matematika ditangan kirinya. Ia menyusuri koridor menuju kelas Lyra.

Altair berniat ingin membuka pintu kelas itu. Namun, terdengar suara Lyra dan seorang laki-laki tertawa membuat ia mengurungkan niatnya.

Altair berdiri di depan pintu dengan tangan kanan yang masuk kedalam saku celananya. Altair mendengarkan percakapan kedua sejoli itu dengan intens.

"Ra lo cantik." Terdengar seorang laki-laki mengatakan hal tersebut.

"Makasih, semua wanita emang cantik Van," jawaban Lyra dari dalam. Sudah bisa dipastikan laki-laki yang bersama dengan Lyra adalah Devan.

"Ra, gue sayang sama lo, lo juga sayang sama gue nggak?" tanya Devan.

Lyra terdiam, beberapa detik kemudian ia menjawab. "Gue juga sayang lo," ujar Lyra.

Altair malas mendengarkan hal tersebut, ia putuskan untuk pergi meninggalkan ruangan Lyra.

Wajah Devan berbinar kesenangan. "Bener lo, sayang gue?" tanya Devan menggebu.

"Iya, sesama sahabat saling sayang Van," jawab Lyra.

Senyum di wajah Devan sedikit demi sedikit memudar. "Sebagai sahabat ya?" tanya Devan memastikan.

Lyra menganggukkan jawaban dengan semangat. "Iya."

***

Lyra berjalan santai menuju perpustakaan. Tangan kanannya menenteng buku sains dengan tangan kirinya membawa bolpoint.

Lyra melototkan matanya saat melihat Altair duduk di kursi seraya memainkan ponselnya. Dengan gerakan secepat kilat Lyra berlari kemudian duduk disebelah Altair.

"Hai Al, lagi apa?" tanya Lyra dengan senyum manis.

Tidak ada jawaban dari Altair, tatapannya pun dingin. "Al," sapa Lyra lagi.

Altair berdiri ia tidak menghiraukan perkataan Lyra. Ia hendak berjalan, namun, lengan kirinya langsung dipegang Lyra yang membuatnya berhenti.

"Kok lo cuekin gue Al?"

Altair membuang mukanya acuh. "Harus, gue ramah ke lo?"

"Biasanya lo jawab ya walaupun cuma deheman," ujar Lyra.

Altair tidak menjawab pertanyaan Lyra, ia melangkahkan kakinya kembali.

"Tunggu Al, I love you!" ucap Lyra setengah berteriak.

Altair berhenti. "I hate you."

"Al, gue suka banget sama lo, kenapa lo nggak bisa suka gue?" suara Lyra menggema membuat Altair membalikkan badannya. Ia menatap Lyra datar sedangkan Lyra masih setia dengan senyum manisnya.

"Lo nggak bisa? Kalau nggak jadi murahan satu hari?" tanya Altair yang membuat senyum diwajah Lyra luntur. Ucapan Altair seakan menghunus sampai ke hatinya, sakit.

"Murahan ya?" tanya Lyra sendu.

"Sana sini mau apa namanya kalau bukan murahan hah!"

Lyra mendongak. "Maksud lo apasih Al, gue nggak paham," cetus Lyra jujur.

"Ucapan sayang dan cinta lo murah, lo obral ke semua orang," jawab Altair.

Lyra tertawa miris. "Sayang dan cinta gue cuma buat lo Al," ujar Lyra tegas.

"Mulai sekarang jauhi gue, jangan temui gue lagi," celetuk Altair yang membuat Lyra menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo boleh maki gue, lo juga boleh benci gue, tapi jangan buat menjauh Al, gue belum siap," jawab Lyra.

"Belum siap target lo hilang satu?" tanya Altair.

"Kok lo ngomong gitu Al, lo satu-satunya di hati gue, bukan salah satunya," ujar Lyra.

"Murahan akan tetap murahan," balas Altair.

Lyra tersenyum. "Oke, kalau lo maunya gue pergi, tapi gue bakal tetap disamping lo, perjuangan gue belum selesai," ujar Lyra yang langsung berlari melewati Altair begitu saja.

Lyra berlari memasuki perpustakaan. Ia berhenti lalu menyandarkan tubuhnya di tembok. Tangan kanannya memegang dadanya yang terasa sesak. Air matanya pun jatuh membasahi pipi putihnya.

"Sakit."

"Lo tega Al."

"Sakit banget."

Lyra memukuli dadanya yang terasa sesak karena menahan isakan.

"Jangan persulit buat gue tetep sama lo Al, lo pengen ngejauh, gue bakal tetep dekat sama lo."

***
Altair melempar buku dihadapan Archer yang saat ini tengah duduk di kelas memainkan ponselnya. Archer sempat kaget, lalu ia menatap Altair bingung

Altair berjalan meninggalkan Archer tanpa berkata apapun. "Maksud lo apa Al?" tanya Archer sembari berdiri.

Altair berhenti, ia menatap Archer. "Kembalikan sendiri." Altair melanjutkan langkahnya keluar dari kelas.

Archer duduk, ia menatap buku itu kemudian mengedikkan bahunya acuh seraya mengedikkan bahunya acuh.

"Gak moodnya Al, ngeri."

_____

GIMANA PART INI? KASIH KOMEN YA!

MAU BILANG APA SAMA ALTAIR?

MAU BILANG APA SAMA LYRA?

MAU BILANG APA SAMA AUTHOR?

Q&A DISINI YA...

VOTE SAMA COMMENT NYA JANGAN LUPA SAYANG.

REKOMENDASIIN JUGA KE TEMEN-TEMEN KALIAN. BIAR BANYAK YANG BACA.

SEE YOU NEXT PART!
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA💙

LUV BIRU DARI AKU💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang