Part 36. Makian🔥

229 4 0
                                    

Happy Reading All!!!
Gimana kabar nya? Baik kan?
Kalau sudah baca, vote sama comment nya jangan lupa.

Luv yu!

"Wanita yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri layak diakui cantik."
~Altair Andromeda Abercio Rogger.
.
.
.
🌻

36. Makian

"Al, bibir kamu kenapa, sayang?" tanya Zia seraya memegang bibir Altair. Ia baru saja sampai di depan ruang rawat Gracia, disana ada kedua orang tuanya dan kedua orang tua Gracia.

Zia menatap Elard. "Ayah, kamu tampar Al?" tanya Zia kepada Elard.

"Jangan mulai belain anak pembangkang itu," balas Elard tajam.

"Ayah, jangan terlalu keras didik Al." Zia menarik tangan Altair untuk duduk. "Biar bunda obatin," imbuh Zia.

"Tidak usah bunda, nanti, Al obati sendiri," balas Altair seraya tersenyum.

"Kamu tidak tau, anakmu itu, sedang berduaan dengan wanita lain," ujar Elard yang membuat Zia menoleh kearahnya.

"Sama-sama murahan."

Zia melihat Elard tajam. "Ayah." Zia melihat Altair kembali

"Dia Lyra." Altair berucap datar.

Zia kemudian melihat Elard. "Dia Lyra ayah, guru les privat nya Altair, dia udah nolongin Al, wajar kalau Al jagain Lyra, bukankah ayah selalau ngajarin buat bertanggung jawab dalam segala hal?" Ucapan Zia membuat Altair menyungging senyumnya, ia merasa terbela oleh bundanya.

"Apa susahnya untuk mengantar pulang Gracia dulu Zia, Al juga tau kan kalau dia punya penyakit gagal ginjal?" sahut Ley.

"Maaf tante, saya tidak akan mengulangi," ujar Altair datar, dia sangat tidak suka jika dirinya selalu di kekang seperti itu.

"Memalukan."Elard berucap tanpa melihat putranya itu.

"Saya, akan lebih bertanggung jawab."

"Yang lalu, biar berlalu," ucap Arkan menengahi perdebatan dua keluarga itu, disaat seperti ini, hanyalah Arkan yang bisa berkepala dingin.

"Terimakasih, untuk kedepannya Altair tidak akan mengulangi, bukan begitu Al?" tanya Zia.

"Iya bunda."

"Kamu sudah makan Al?" tanya Zia lembut.

Altair menoleh kearah Zia. "Belum," jawabnya.

"Bunda bawain sandwich," Zia mengambil paperbag disampingnya, mengeluarkan kotak nasi dan memberikannya kepada Altair.

Altir menerima kotak tersebut sembari tersenyum tipis. "Dimakan, jangan pernah telat makan Al, nggak baik," nasihat Zia.

Altair melihat bundanya kagum, hal ini yang membuat Altair begitu mencintai bundanya, dia sangat baik, ia merasa ayahnya sangat beruntung mendapatkan bundanya.

Bundanya menjadi tolok ukur dia memperlakukan wanita, dia akan menghargai wanita sebagaimana dia menghargai bundanya, hanya laki-laki hina yang menjatuhkan harga diri seorang wanita.

Altair tidak pernah mendapatkan kekerasan bahkan gertakan pun tidak pernah bundanya lakukan, jika ia salah, bundanya menasihatinya dengan nada rendah, ia menasihati dengan tutur kata yang baik dan lemah lembut.

Hal ini membuat Altair ingin memiliki sosok istri dengan kepribadian seperti bundanya, bisa berpikir dengan kepala dingin walaupun sedang emosi.

"Dimakan Al, kok malah liatin bunda," ujar Zia membuyarkan lamunan Altair.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang