Part 14. Sekelompok🔥

303 22 0
                                    

Happy Reading All!!!
Gimana kabar nya? Baik kan?
Kalau sudah baca, vote sama comment nya jangan lupa.

Luv yu!

Sekarang Lyra berada di depan pintu ruang UGD bersama Elara dan Altair.

Lyra duduk di kursi, ia menyugar rambutnya kasar, kemudian menadahkan tangan nya berdoa untuk kesembuhan ibu nya. Elara berjalan menuju kursi sebelah Lyra seraya memeluk kakaknya. Sedangkan Altair ia bersandarkan tembok dengan kaki kanan di angkat sebagai penyangga tak lupa kedua tangan nya ia lipat di depan dada.

Altair melihat Lyra yang terlihat gelisah, dengan tatapan datarnya. "Lo kenapa lagi?" Tanya Altair.

Lyra mendongak melihat Altair. "Nggak pa-pa," jawab Lyra dengan menggelengkan kepala nya lesu.

"Masalah biaya?" Tanya Altair santai yang membuat Lyra langsung menatap nya.

"Udah gue bayar, nggak usah di pikirin," ujar Altair santai yang membuat Lyra menganga tak percaya.

Yang di pertanyakan Altair memang benar adanya, Lyra sedang memikirkan tentang biaya rumah sakit ibu nya yang pasti sangat mahal.

"Nggak usah, gue bakalan muter otak buat cari biaya ibu," balas Lyra tak enak.

"Terlanjur."

"Gue bakal anggap ini sebagai hutang," kata Lyra.

"Biaya nya murah nggak usah, uang gue juga nggak bakal habis," cetus Altair yang kini menurunkan kaki nya.

Murah kata nya? Tidak mungkin rumah sakit mewah biaya nya murah, dari fasilitas nya saja sudah memadai semua, pelayanan nya pun baik. "Tetep gue bayar, tapi bakal gue cicil." kata Lyra.

"Batu."

"Oke, bakal gue cicil tiap bulan,"

"Terserah," ucap Altair malas.

"Bay the way makasih Al," balas Lyra kemudian tersenyum sangat manis.

Altair sempat tersihir akan senyum Lyra yang tidak pernah ia lihat, sebuah senyum manis yang terukir di wajah polos Lyra tanpa polesan make up. "Hmm," balas Altair dengan deheman. Ia segera membuang muka dan menetralkan wajah nya kembali.

"Kakak ganteng, makasi ya udah nolongin ibu," ujar seorang bocah kelas 3 SD di sebelah Lyra yang membuat perhatian Altair tertuju ke arah nya.

Altair sempat diam, ia berfikir padahal pertolongan yang ia berikan tidak banyak, tetapi ucapan terima kasih yang keluarga kecil itu ucapkan berkali-kali. Teman nya saja yang mendapat traktiran baju lebih dari biaya rumah sakit tidak berterima kasih, malah ditagih kapan lagi untuk traktiran nya.

"Iya, sama-sama," ucap Altair lembut, sembari tersenyum tipis.

***

"UNTUK KELAS SEBELAS BAIK IPA MAUPUN IPS BERKUMPUL DI LAPANGAN SEGERA!" Ucap pak Arman berkoar menggunakan mikrofon. Sontak membuat murid kelas XI yang mendengar menghembuskan napas nya kasar, guru yang satu itu berulah lagi.

Semua murid kelas XI berhamburan keluar kelas, untuk berkumpul di lapangan.

"Semua sudah berkumpul?" Tanya pak Arman.

"Sudah pak," jawab murid kelas XI serempak.

"Atlantik kamu jelaskan sebagai ketua osis," ucap pak Arman memberikan mikrofon kepada Atlantik yang kebetulan berada di sebelah pak Arman. Atlantik kelas XI IPA 2 seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, putih, serta karismatik itu adalah adalah ketua osis SMA Galaxy, berpakaian rapi, rambut nya pun disisir begitu rapi.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang