01

5K 298 6
                                    

[Revisi]

Happy Reading!
---

Pada pagi hari lainnya, Zayden berhasil dibuat sakit kepala oleh salah satu karyawan yang cukup lancang bertingkah di hadapannya.

"Atas dasar apa kamu menguarkan feromon omegamu secara tiba-tiba kepadaku?" tanya Zayden sambil memijit pelipisnya sendiri.

"Maaf tuan, anu, sebenarnya saya sedang dalam masa heat," jawab karyawan omega itu menunduk dengan wajah sedikit memerah.

Zayden tidak perduli. Mau wajah itu memerah, menghijau, membiru, atau apapun itu intinya sekarang dia sedang merasa teramat sangat kesal.

Aromanya benar-benar berhasil menganggunya.

Lagipula Zayden juga tahu bahwa omega itu telah berbuat secara sengaja. Tch!

"Tu-tuan!"

Zayden yang menyadari bahwa dia telah kelewatan dan tanpa menyadari telah mengirimkan banyak feromon intimidasi kepada karyawan itu pun segera menghela nafas kasar.

"Hah!"

Zayden menatap jengah kepada karyawan omega yang sedang terengah-engah itu.

"Bukankah kamu sudah tau aturannya bahwa dilarang masuk bekerja sebelum menyelesaikan siklus heat mu itu?" tutur Zayden.

Meski Zayden tidak memiliki banyak pengalaman bergaul dengan banyak omega seperti adiknya yang playboy itu, Zayden masih dapat menilai mana aroma feromon yang dikeluarkan secara sengaja dan tidak.

"Malam itu seorang omega menggodaku, tapi baunya tidak mengangguku sama sekali. Berbeda untuk yang tadi, rasanya aku hampir muntah," batin Zayden dengan kepala yang terasa panas.

Jika dia ingat kembali ini sudah empat hari sejak dia melakukan hubungan semalam dengan omega asing itu. Namun, meski itu sudah cukup lama Zayden masih teringat jelas bagaimana dia menikmati malam bersama omega itu.

Aromanya...

Lekuk tubuhnya...

Ekspresi-- ah, shit!

Zayden mulai merasa dirinya menjadi tidak waras hanya dengan memikirkan omega asing itu.

Dan sebelum kaki ketiganya muncul, mari berhenti memikirkan omega malam itu.

"Maaf tuan."

Jika seandainya Zayden berpikir sangat mudah seperti dia mengucapkan maaf, pasti omega itu akan baik-baik saja. Nyatanya, Zayden tidak semurah hati itu.

"Bereskan semua barangmu dan pulanglah ke rumah lalu jangan kembali lagi," ucap Zayden tanpa memperdulikan ekspresi wajah tidak terima.

"Tuan? I-ini apakah saya telah dipecat?"

Zayden tidak menjawab secara langsung, "Tidak ada pengulangan, keluarlah."

Tidak bisa membantah lebih lagi, akhirnya si karyawan omega itu keluar ruangan kerja Zayden dengan ekspresi wajah marah.

"Hm?"

Tempat ketika pintu ruangan Zayden terbuka karena omega yang keluar itu, seseorang lain muncul dan segera menyelinap masuk.

"Hey bung, kamu memecat karyawan dengan sembarangan lagi?"

Pria alpha yang memakai jaket kulit hitam dengan dalaman kaos putih itu menaikan sebelah alisnya kala ia menatap Zayden.

"Aku tidak memecat dengan sembarangan." Zayden mengerutkan dahinya lalu melanjutkan kalimatnya dengan nada kesal, "Jalang itu yang sudah berani bersikap sembarangan kepadaku."

"Oh, apakah dia menggodamu?"

"Feromon-nya menganggu."

"..." Zayn tidak menjawab lagi. Dia tahu betul bahwa kakaknya sangat tidak menyukai feromon seorang omega. Tidak heran jika Zayden begitu marah.

"Mau apa kamu datang?" tanya Zayden kepada Zayn, sang adik, setelah meredakan sedikit emosinya.

"Ah tidak ada, aku kemari karena aku sedang bosan saja." Zayn mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa ruang kantor.

"Ini kantor dan bukan tempat pariwisata."

"Aku tidak bilang ini tempat pariwisata." Zayn merebahkan dirinya di sofa panjang dengan seenak jidat. "Um, ya, aku akan mengatakan ini tadi pagi Asael datang mencarimu."

Ketika mendengar nama Asael, tubuh Zayden sontak menegang.

"Hm, dia menanyakan mengapa kamu tidak datang ke acara pernikahannya?" Zayn mendengkus kemudian. "Dia juga mengatakan bahwa dia sangat sedih atas ketidakhadiranmu di acara itu."

"..."

"Menurutku dia bodoh, dia tahu kamu menyukainya namun masih terus menarikmu supaya melihat sesuatu yang jelas akan menyakitimu."

"Aku tidak merasa tersakiti, kamu berlebihan." Zayden memutar bola matanya jengah menanggapi Zayn yang berdecih mengejeknya.

"Dasar budak cinta tolol," komentar Zayn. "Tadi dia bertemu dengan ibu, tentu saja ibu yang merasa kesal langsung saja membentak Asael, karena kamu tidak hadir pada acara sarapan tadi pagi, ibu mengambil kesempatan untuk memarahinya."

"Mengapa memarahinya?"

"Kami sama-sama kesal dengan kenaifan Asael," jawab Zayn.

"Kamu tidak melerai mereka?"

Zayn mencebik dengan bahu terangkat tak acuh. "Untuk apa? Aku sibuk saat itu."

"Sibuk?"

Zayn mengangguk. "Sibuk menonton."

"Sialan!" bentak Zayden kesal. "Lalu apa yang terjadi dengan Asael?"

Zayn menatap Zayden dengan tatapan rumit sejenak lalu terkekeh sinis. "Tidak ada, dia baik-baik saja, namun tidak dengan ibu."

"Syukurlah tidak terjadi apapun dengan Asael."

"Aku bilang--"

"Aku tidak perduli dengan ibu." perkataan itu meluncur sukses dari mulut Zayden membuat Zayn terdiam.

"Gara-gara ibu aku tidak bisa menikahi Asael, gara-gara ibu juga aku harus melepaskan cintaku, gara-gara ibu aku--"

"Tutup mulutmu brengsek!" kecam Zayn dengan nada tajam tiba-tiba. "Kamu masih menyalahkan ibu hanya karena Asael?"

"Itu memang salahnya."

"Bajingan bangsat," umpat Zayn.

"Katailah aku sepuasmu, aku tidak perduli." Zayden bangkit berdiri dari kursinya. "Aku akan pergi, keluarlah jika tidak ada keperluan lagi di sini."

"Kemana kamu pergi kali ini?"

"Bukan urusanmu." Zayden tak acuh terhadap adiknya lalu pergi berjalan keluar tanpa menoleh ke belakang lagi.

---

Disini kalian pasti sudah tahu bahwa akan ada cerita cinta bersegi disini :v

Btw yang sudah mampir jangan lupa untuk follow akun penulis dan vote setiap chapter di book iniᕦ( ᐛ )ᕡ

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang