49

1.1K 107 7
                                    

Selisih empat jam berlalu dan Zayden sama sekali belum beranjak dari tempatnya sedikitpun.

Melalui malam tanpa tidur, Zayden tetap berdiri di samping ranjang sakit tempat Hael berbaring masih tidak sadarkan diri dengan tenang seolah sedang tertidur tenang.

Zayden sempat menjadi gila dan penuh ketakutan. Bahkan dokter perlu menjelaskan dengan hati-hati bagaimana kondisi Hael yang sebenarnya.

Beruntung bahwa tendangan yang dilayangkan Asael tidak benar-benar mengenai perutnya yang kemungkinan besar akan berakibat fatal terhadap si bayi yang belum terlahir. Kata dokter itu hanya sedikit kejang karena kejutan tidak terduga yang diterima oleh si ayah hamil yang membuatnya syok dan pingsan.

Bayi masih bisa terselamatkan dengan aman.

Hael hanya terluka ringan di bagian wajah dan kepalanya.

"Kak semuanya sudah selesai," ucap Zayn perlahan begitu memasuki ruang rawat Hael.

Zayden menoleh.

"Bagaimana dengan bajingan itu?"

Tanpa bertanya siapa yang dimaksud oleh Zayden, Zayn sudah tahu dengan jelas.

Meneguk ludah dengan susah payah, Zayn mulai membuka mulut dengan perlahan.

"Karena dia terbukti bersalah dengan merencanakan pembunuhan, tanpa seorang pendukung di belakangnya, Asael akan resmi menjadi tahanan."

"Tanpa dukungan?"

"Aku juga tidak tahu selebihnya, aku memang ke sana untuk memeriksa sebelum ini, tapi yang aku tahu bahwa suami Asael tanpa terduga malah melepaskan tanggungjawab dan tidak mau perduli dengan istrinya sendiri."

Zayn menggaruk kepalanya dengan ekspresi konyol. "Ah yang lebih mengejutkan, suami Asael malah menyerahkan diri dan meminta untuk ditangkap juga karena terlibat."

Zayden tidak mau tahu soal brengsek yang bersekongkol untuk mencelakai Hael. Jika dia menderitanya maka terima saja itu sebagai balasan. Siapa perduli?

"Kak soal Asael, sebenarnya dia terus mengamuk di dalam penjara bersikeras meminta kamu untuk menemuinya."

"Untuk apa?"

Zayden mengeratkan genggamannya kepada tangan lemas Hael yang tidak terikat selang infus.

"Jika aku menemuinya sekarang, dia akan mati."

Zayn, "..."

"Aku cukup sulit mengendalikan emosiku, jika aku melihatnya sekarang aku hanya akan teringat bagaimana dia memukuli Hael saat itu."

Zayn tidak tahu soal Zayden yang menabrak Asael dan mencekik omega itu dengan kuat seolah ingin membunuhnya akibat dari menyakiti Hael.

"Aku jadi bertanya-tanya, apakah dulu kamu benar-benar menyukainya?"

Zayden menoleh menatap Zayn yang penasaran.

"Entahlah."

Zayn mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi tidak mengerti.

"Sebenarnya aku dulu hanya mengatakan menyukainya untuk menghindari Zella."

Fakta itu berhasil membuat Zayn menganga lebar.

"Apakah selama ini kamu yang bersikap depresi karena Asael menikah dengan orang lain itu adalah akting?"

Jika benar maka Zayn harus mengacungi jempol akting Zayden yang kelewat bagus itu, 'kan?

"Tidak sepenuhnya."

"Ah, jadi maksudmu adalah awalnya kamu hanya berpura-pura tapi lambat laun kamu akhirnya menyukainya juga tanpa sadar?"

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang