10

3K 229 1
                                    

[Revisi]

Happy Reading

---

Waktu terus berjalan. Dan ini sudah hampir seminggu sejak tragedi kecelakaan pelemparan batu yang dialami Zayden terjadi.

Setelah mengetahui bahwa luka di kepalanya tidak bermasalah dan hanya merupakan luka kecil, Zayden memutuskan untuk melakukan rawat jalan daripada melakukan perawatan intensif di rumah sakit.

Zayden merasa lega karena pikirnya setelah luka di kepalanya sembuh dia akan kembali beraktivitas seperti biasa. Namun, apa yang terjadi berikutnya sangatlah tidak terduga.

Karena setelah beberapa hari itu, Zayden tiba-tiba mengalami mual dan muntah yang cukup parah di setiap pagi.

Awalnya Zayden berpikir ini semua adalah efek dari obat yang dia konsumsi, namun teryata bukan karena dokter telah mengatakan bahwa obatnya tidak bermasalah dan memberikan efek mual parah kepada pengonsumsinya.

Zayden tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan tubuhnya saat ini. Tidak hanya mual, bahkan penciumannya juga terasa semakin tajam dan bisa dengan cepat mendeteksi bau menjijikkan yang berhasil membuatnya mual parah.

"Huwwekk!"

Zayden membungkuk memuntahkan isi perutnya sembari mencengkram erat pinggiran wastafel kamar mandi.

"Arghh!" alpha itu menggeram setengah frustasi. Perutnya benar-benar bermasalah. Rasanya seperti diaduk-aduk brutal membuat gejolak-gejolak tak nyaman.

"Ini menyebalkan!" Zayden meraup air untuk membasuh muka.

"Tuan apakah Anda ingin saya membuatkan teh lemon untuk menetralisir rasa mual Anda?"

Zayden mendongak melirik cermin di atas wastafel yang memantulkan bayangan orang lain selain dirinya.

"Apakah teh lemon baik untuk mengurangi mual?"

"Sepertinya begitu."

"Kalau begitu buatkan satu untukku," perintahnya kepada Julian si pelayan beta yang langsung mundur pergi untuk melaksanakan perintah tuannya.

Selepas kepergian Julian, tatapan suram Zayden mengarah lurus pada cermin di hadapannya. Alpha itu tersenyum sinis ketika melihat wajahnya yang mulai menirus dan pucat sejak beberapa hari terakhir ini.

Zayden mencoba mengatur nafasnya secara perlahan sebelum kembali melotot dan membungkam mulutnya lalu membungkuk kembali muntah.

"Huekkk! Sia-huwekkk!! Uprhh! Wekk-- huh huh, sangat menyebalkan!"

***

"Aku mendengar kamu tiba-tiba sakit, apakah sebegitu buruknya sampai kamu terlihat kurus kering seperti ranting begini?"

Zayn menatap miris pada sang kakak yang duduk berhadapan dengannya di meja makan.

Zayden memijit pelipisnya lalu menjawab pelan, "tutup mulutmu! Jika kamu disini hanya untuk berisik lebih baik pulang saja!"

Zayn melotot tajam. Bagaimana bisa setelah dirinya mendapatkan respon dingin seperti itu setelah menyempatkan diri untuk datang di sela waktu sibuknya demi menjenguk sang kakak yang sedang sakit?

Bukankah Zayden sangat keterlaluan?

"Aku kesini untukmu, mengapa responmu begitu?" delik Zayn.

"Aku tidak memintamu datang, jika mau kamu bisa pulang."

"Brengsek!" Zayn penuh keluhan dan rasa tidak puas melihat Zayden dengan santainya mengusirnya.

"Aku rasa kamu harus memeriksakan ini," tutur Zayn setelah mengabaikan rasa kesalnya akibat respon sang kakak.

"Nanti jika sempat." Zayden berkata dengan acuh. "Aku pikir ini hanya masalah pencernaan saja, suatu saat akan menghilang dengan sendirinya."

"Jangan menyepelekan penyakit, tidak akan ada yang tahu bahwa sebenarnya itu adalah penyakit kronis jika tidak segera diperiksa!"

Saat itu Julian datang meletakan cangkir teh lemon di hadapan Zayden dan menyela dengan suara sopan, "tapi tuan muda Zayden selalu rutin diperiksa dan dokter mengatakan baik-baik saja."

"Benarkah?"

Julian mengangguk mengiyakan membuat Zayn agak mengerucutkan bibirnya lalu terdiam.

Dengan gerakan anggun Zayden meraih cangkir teh lemonnya. "Kamu tidak perlu perduli denganku."

"Hah?! Orang gila ini bicara apa?!" Zayn menggertakkan gigi merasa emosi. "Aku adikmu, kita keluarga, salahkah jika aku perduli padamu?"

"Keperdulianmu terasa menjijikkan."

Zayn melotot tajam kepada kakaknya yang menyesap teh lemonnya dengan ekspresi yang semakin merileks. Hm, tampaknya teh lemon itu benar-benar membantu menetralisir rasa mual Zayden.

Zayden meletakan cangkirnya kembali ke meja makan setelah menyesap tehnya. "Kamu perduli hanya karema suruhan wanita itu, aku tidak suka melihat suatu pemaksaan."

"A-apa?!"

Zayden tidak memperdulikan Zayn. Alpha itu berdiri dari kursinya dan berbalik lalu berkata. "Pulanglah, aku ingin beristirahat."

"Hey!" Zayn hendak berdiri dan mengejar kakaknya yang telah berjalan pergi. Tapi, sebelum dia benar-benar mengejar Julian dengan cepat mencegahnya.

"Tuan muda, sebaiknya Anda tidak mengganggu Tuan Zayden terlebih dahulu."

"Mengapa?"

Julian menatap Zayn dengan tatapan penuh sesal. "Maaf tuan muda, karena akhir-akhir ini tidak hanya mual parah tuan Zayden juga mengalami mood swing."

"Hah?! Sejak kapan kulkas berjalan itu mengalami mood swing?"

"Itu datang bersama gejala mual dan muntahnya."

Zayn mengerut aneh. Entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang janggal.

---
Tbc

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang