18

2K 188 8
                                    

"Apa yang terjadi?"

Zella mengerutkan dahi bingung ketika melihat tampilan wajah bengkak Zayn.

Itu agak menyedihkan jika dilihat terus menerus.

Merasa terganggu dengan tatapan lekat Zella, Zayn mendengkus kesal.

"Pernahkah kamu berpikir bahwa ini semua gara-gara kamu?"

Zella mengkerut tidak mengerti. "Apakah aku pernah memukulmu?"

"Ck, bukan itu! Ini bukan kamu yang memukulku tapi semua ini disebabkan karena kamu!" tuding Zayn.

"Katakan saja secara jelasnya jangan bertele-tele!" desak Zella merasa jengah.

"Ini gara-gara kamu yang memaksa datang ke rumah Zayden, dia mengira aku lah yang menyuruhmu dan dia memukulku!"

Zella mengangkat sebelah alisnya. "Kamu memang pantas untuk dipukul," selorohnya dengan menyebalkan.

Alis Zayn berkedut ketika mendengar itu. Dia meremas bungkusan es batu yang digunakannya untuk mengkompres pipi bengkaknya dengan keras.

Pikirnya, jika saja Zella bukan anak kesayangan dari teman ibunya maka Zayn akan membalasnya dengan mengerjainya habis-habisan!

"Semuanya jahat! Tidak ada yang baik denganku sama sekali!" rajuk Zayn berdecak sebal.

Zella tidak perduli.

"Kamu ke sini mau apa?" tanya Zayn kemudian.

Dia menatap Zella dari bawah ke atas berulang kali. Mengamati si gadis omega itu seolah dia adalah makhluk ajaib yang aneh perlu dianalisis.

"Aku ingin bertemu bibi."

Zayn mengerut. "Ibu? Kenapa?"

Zella mengangkat bahunya. "Urusan wanita omega, kamu pria alpha tidak akan mengerti."

Zayn mencibir sinis.

"Dimana bibi?" tanya Zella melihat ke segala arah sudut rumah besar Zayn.

"Dia tidak ada di rumah, dia sedang pergi bersama ayah."

Zella sebenarnya merasa kecewa karena dia memiliki sesuatu yang penting untuk didiskusikan.

"Baiklah jika begitu aku akan kembali ketika bibi sudah kembali."

Ketika Zella sudah berbalik hendak pergi, tiba-tiba Zayn mengatakan sesuatu yang membuat Zella berhenti melangkah untuk pergi.

"Tahukah kamu Zayden sekarang membawa seorang omega pulang ke rumahnya?"

Apa?

Zella berbalik menatap Zayn yang mendengkus sebal.

"Itu bukan sekedar omega saja, bahkan sebenarnya omega itu sedang mengandung bayi."

Zella, "..." terlalu terkejut sampai tidak tahu harus berkata-kata.

-

"Hueeekkk!"

Zayden membungkuk di depan wastafel untuk muntah.

Pria alpha itu merasa tenggorokannya sedikit sakit hanya karena dia terus memuntahkan seonggok cairan yang bahkan tidak memiliki muatan apapun dari perutnya.

Hael berdiri di sisi. Omega itu cemas, dia memegang tangan Zayden dengan satu tangan sedangkan tangan yang lainnya terulur untuk mengurut lembut tengkuk sang alpha untuk membantunya muntah.

Hael tidak berhenti meringis. Dia tidak berhenti untuk tidak berpikir bahwa semua yang dialami Zayden adalah karena dirinya.

"Tuan apakah kamu..." pertanyaan Hael tidak terselesaikan. Omega itu segera mengatupkan bibirnya rapat karena bingung ingin bertanya apa.

Jika dia bertanya, 'apakah Zayden baik-baik saja?'

Bukankah pertanyaannya hanya akan menjadi basi karena jawabannya sebenarnya sudah jelas Zayden sedang tidak baik-baik saja.

Di sisi lain Hael yang merasa cemas ada Zayden yang merasa kesal sekaligus frustasi.

Pria alpha itu sudah berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan dirinya sendiri agar tidak muntah dengan memalukan di hadapan Hael, namun apa yang terjadi sekarang? Dia tetap saja muntah!

Menyedihkan!

Zayden memandang pantulan dirinya sendiri di cermin di atas wastafel. Ekspresi kusut tertera di sana, benar-benar runyam.

"Tuan apakah Anda ingin sesuatu yang segar yang dapat mengurangi mual?"

Zayden menoleh untuk melihat sepasang mata bulat yang sudah setengah berkaca-kaca hendak menangis.

Menghela nafas sebentar, mengalihkan fokus dari Hael dan kembali menghadap ke depan untuk membasuh wajahnya dengan air, Zayden bergumam perlahan, "suruh Julian untuk membuatkan aku teh lemon asam, aku rasa itu sedikit bisa menekan rasa mual."

"Ah ya! Baiklah a-aku akan segera pergi untuk mendapatkannya."

Hael segera pergi melesat keluar meninggalkan Zayden sendiri yang sedang tiba-tiba terpikirkan oleh sesuatu.

Mata tajam menatap wastafel yang masih basah akibat tersiram air. Berkedip pelan kemudian menarik nafas panjang sebelum menghembuskannya dengan keras.

"Jika bukan aku yang mengalami gejala muntah pagi, akankah Hael yang mengalami ini?" gumamnya bertanya pelan.

"Betapa sulitnya itu jika omega sekecil itu sudah mengandung dan harus mengalami hal-hal berat ini?"

Tanpa terasa feromon suram mulai naik mengelilingi Zayden yang cemberut menatap cermin.

---
Daddy bayi kita sedang dalam keadaan mood swing mohon jangan ganggu, oke? 😁😁

Wkwk akhirnya setelah menyusuri beberapa kesibukan yang pada akhirnya selesai juga aku kembali bisa update lagi gess...

Hehe, ada yang rindu?

Jangan lupa vote dan komen ya!!!

Tengkyuu

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang