16

2.2K 191 47
                                    

"Tuan muda Anda baik-baik saja?"

Asael yang keluar dari ruang kerja suaminya berjalan dengan sedikit terhuyung hampir terjatuh jika saja Tobi, asisten pribadi sang suami tidak tepat waktu berhasil menangkap lengan untuk menahannya.

"Aku... Baik-baik saja," ucapnya perlahan.

Asael mencoba berdiri kokoh dengan kedua kakinya setelah menepis halus cekalan Tobi di tangannya.

"Apakah tuan besar melakukan sesuatu kepada Anda?"

Asael menatap Tobi yang bertanya dengan pandangan rumit sejenak sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Dia tidak akan bisa melakukan sesuatu terhadapku untuk sekarang, yang dia bisa hanya menggertak dan mengancam."

Tobi terdiam.

"Aku pikir kamu pergi bersamanya," kata Asael kepada Tobi yang berkedip cepat lalu menggeleng.

"Tidak, tuan besar memerintahkan untuk menjaga tuan muda."

"Menjagaku?"

Tobi menyaksikan ekspresi mengejek yang ditampilkan Asael secara gamblang di wajahnya.

"Aku bukan tahanannya, cih!"

Setelah itu Asael berjalan cepat meninggalkan Tobi menuju ke kamarnya.

Brak!

Membanting pintu kamar hingga tertutup rapat. Asael, kemudian berjalan menuju ke meja riasnya yang berada di sudut ruangan dan menyapu segala benda yang terletak di sana hingga berjatuhan ke lantai.

Beberapa barang telah hancur, pecah berkeping-keping mengotori lantai kamar dan terlihat berantakan.

"Sialan!"

Wajah Asael menggelap karena marah.

"Zayden sialan!"

"Semuanya sialan!"

Hati Asael gatal karena amarah yang besar. Rasanya, dia ingin sekali menghancurkan satu persatu orang sialan yang telah menghancurkannya sampai disini.

Terduduk di lantai yang berantakan, Asael mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya.

Dirinya harus kembali diingatkan bagaimana rencananya untuk menjebak Zayden harus gagal dengan mengenaskan.

Hah!

Jika saja rencana itu berhasil, sudah dipastikan Asael dapat membebaskan dirinya dengan mengkambinghitamkan Zayden sebagai tersangka.

Tapi entah bagaimana dewa keberuntungan selalu memihak Zayden dan terus saja melindungi alpha bodoh itu dari kesialan.

"Ha! Ha! Hahaha! Lihat saja! Kali ini bisa terlepas tapi bagaimana dengan lain kali?!" mata Asael membara dengan obsesinya. "Kamu pikir akan mudah untuk lepas dariku? Haha tidak! Itu tidak akan mudah, Zayden kamu tunggu saja! Haha!"

Tawa Asael pecah menggelegar memenuhi kamar dengan keras seolah dia telah menjadi gila.

-

Mereka telah membicarakan beberapa hal.

Terutama adalah tentang bayi yang sedang dikandung Hael.

Pada awalnya Hael tidak mau mengaku, omega itu bahkan sempat ketakutan dan merasa Zayden akan memaksanya untuk menyingkirkan bayinya. Tapi karena kegigihan Zayden untuk mendesaknya, pada akhirnya Hael mengalah

Hael sendiri tidak akan setuju untuk gagasan penyingkiran itu. Pikirnya, meski dia miskin dia akan tetap berusaha untuk hidup dan menghidupi bayinya yang kelak akan menjadi satu-satunya keluarga untuknya.

Tidak akan menjadi masalah untuknya apabila Zayden enggan untuk memberikan tanggung jawabnya.

Itu tidak mudah untuk memutuskan, Hael dalam sekejap harus berpikir bahwa masa depan bayi ini akan ia pikirkan nanti seiring berjalannya waktu. Ia tidak akan pernah sanggup untuk menyingkirkan nyawa yang tidak bersalah itu.

Perlu beberapa waktu untuk Zayden meyakinkannya.

Alpha itu tidak berhenti untuk menguarkan feromon penenang yang lembut untuk mengurai ketakutan dan kegugupan omega serta memberinya sedikit kenyamanan.

Zayden banyak menjanjikan banyak hal, seperti dia akan menjaga Hael dan bayinya, berjanji tidak akan menyingkirkan salah satu dari mereka dan yang paling utama dia bersedia untuk bertanggungjawab atas kesalahan yang masih dia anggap sebagai kecelakaan ini.

Lalu setelah menyelesaikan diskusi, disinilah Zayden dan Hael berada saat ini.

Ruang pemeriksaan kandungan.

Zayden berdiri disamping bangsal Hael sambil memegang erat salah satu tangan omega itu dengan mata lurus menatap sebuah layar yang sedang menampilkan gambaran buram yang sedang ditunjuk-tunjuk oleh seorang dokter.

Yah, setelah cairan infus Hael habis, Zayden membujuknya untuk memeriksa kandungannya terlebih dahulu sebelum pulang.

"Ini adalah janinnya."

Pegangan tangan Zayden pada tangan Hael sedikit mengerat. Ada sedikit sentuhan manis yang tidak dapat dimengerti oleh Zayden sendiri ketika ia melihat gambaran buram yang ditunjuk dokter sebagai bayi mereka.

"Untuk saat ini belum dapat dipastikan jenis kelaminnya, namun disini kita dapat melihat bahwa bayi sedang bertumbuh dengan baik di dalam."

Dokter menjelaskan beberapa hal lagi. Lalu setelah selesai, dokter itu akhirnya berbalik dan tersenyum kepada pasangan baik di dekatnya.

"Saya akan meresepkan beberapa vitamin untuk ayah hamil dan bayinya."

Dokter bangkit berdiri. Dia berjalan perlahan tapi pasti keluar dari ruang pemeriksaan meninggalkan pasangan yang masih sama-sama terdiam di tempatnya.

"Tuan?"

Hael sedikit tercengang ketika Zayden tiba-tiba tergerak untuk membantunya menurunkan pakaian di bagian perutnya dan mengancingkan celananya dengan perlahan.

Wajahnya memerah, dia tiba-tiba memiliki pemikiran tak senonoh tentang Zayden yang telah berbuat baik terhadapnya.

Astaga Hael benar-benar tidak terkondisikan dan tidak tahu malu. Bagaimana dia memiliki pemikiran kotor seperti tadi?

"Ada apa?"

Zayden memperhatikan dengan seksama wajah yang sebelumnya memerah dan perlahan berubah menjadi raut wajah sedih.

"Apakah ada yang salah? Ada yang sakit? Kamu bisa katakan padaku di mana yang kurang nyaman."

Hael menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, hanya itu... Sedikit kurang nyaman jika kamu melayaniku seperti itu," katanya dengan nada malu.

Zayden terdiam sebentar sebelum menarik satu sudut bibirnya ke atas dan sedikit tersenyum.

"Tidak masalah, bukan hal besar."

Zayden membantu Hael untuk duduk. Dia memegang tangan omega itu dengan genggaman erat yang hangat.

"Bayi tumbuh dengan sehat, begitu juga seharusnya kamu."

Zayden menelisik penampilan Hael yang terlihat lebih kurus dari pertemuan mereka sebelumnya.

Tidak menahan diri untuk menyentuh puncak kepala Hael dan memberikan elusan lembut pada surainya, Zayden menambah lekungan manis di bibirnya dan berkata dengan nada tegas yang tidak bisa dibantah.

"Setelah kita tinggal bersama, aku akan memastikan bahwa kamu tidak akan merasakan ketidaknyamanan lagi," ucap Zayden penuh dengan keyakinan.

Dia diam-diam merasa bahagia dan melupakan sesuatu yang selalu menjadi poros pikirnya.

Asael, semua tentangnya, tampaknya Zayden telah melupakannya.

---
Tbc

Zayden proses move on ❤💞

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang