38

1.2K 124 11
                                    

Prang!

"Brengsek! Apakah informasi ini benar?!"

Asael tampak gila dengan penampilannya yang berantakan. Dia baru saja menerima sebuah informasi tak terduga dari anonim.

"Tampaknya benar tuan muda, karena saya sebenarnya telah mengawasi gerak-gerik tuan Zayden yang sedang mencari seseorang."

Informasi itu jelas seperti bumerang yang menghancurkannya habis-habisan.

Bagaimana bisa?

Asael tidak menyangka bahwa sebenarnya dia selama ini lah yang sedang dimanfaatkan.

Brak!

Asael menendang kursi rias hingga menghasilkan bunyi yang cukup keras. Untuk melampiaskan amarah dan rasa kesal, menghancurkan sesuatu adalah hal yang paling terbaik.

"Zayden sialan! Siapa yang mengira bahwa selama ini dia sebenarnya tidak benar-benar menyukaiku?!"

Asael gemetar karena amarahnya sendiri.

"Dia mendekatiku mengatakan cinta padaku hanya untuk memanfaatkan aku agar dia bisa menjauh dari bocah haram Zella?!"

Asael tertawa sinis.

"Bajingan itu beraninya dia melangkahi aku untuk memanfaatkan aku terlebih dahulu!"

Tobi, sebagai pengawal yang ditugaskan untuk mengawasi Asael hanya diam di sudut ruang dan memperhatikan bagaimana omega itu mengamuk gila di kamarnya sendiri.

"Tidak bisa aku bayangkan bahwa selama ini aku hanya menghabiskan waktu untuk orang jahat yang memanfaatkanku?!"

Asael mengusap wajahnya dengan kasar. Air matanya mengalir membasahi pipi dan terlihat sangat menyedihkan.

"Lalu apa sekarang? Si bangsat itu bahkan sudah menemukan penggantiku dengan mudahnya, ini... Ini sangat menyedihkan!"

Asael menatap ke luar jendela dengan tatapan suram namun tajam.

"Aku... Aku bersumpah akan membalas semua kesakitanku ini."

Asael menatap lembaran dokumen yang berserakan di lantai akibat diobrak-abriknya barusan.

"Tobi."

Yang dipanggil segera melangkah maju mendekati Asael dengan kepala menunduk patuh.

"Cari omega yang telah menghancurkan semua rencanaku dan hancurkan dia."

Menyadari bahwa tugasnya adalah untuk mematuhi semua perintah tuannya, maka Tobi tidak akan bersikap tidak patuh dan berontak.

Segeralah dia laksanakan perintah dari Asael.

-

"Mengapa kita harus keluar sepagi ini?"

Zayn menatap Hael dengan tatapan penuh tanya.

Sekarang omega itu sedang berjongkok untuk menaruh sebuah kunci di bawah sebuah pot bunga di teras rumah.

"Aku harus pulang."

"Pulang? Ini... Bukankah ini rumahmu?"

Hael menggeleng. "Ini rumah temanku, jika kamu tahu orang yang menjemputmu semalam, nah itu dia lah pemilik rumah ini."

Dan barulah Zayn teringat oleh dua saudara kembar yang menolongnya.

"Ah benar dua bersaudara itu, kemana mereka?"

Zayn memasang ekspresi kebingungan yang jujur. Dia belum mengucapkan Terima karena telah menolongnya dan dia merasa agak tidak sopan jika pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.

"Jika ini rumahnya mengapa dia tidak ikut pulang?" tanya Zayn.

Hael yang sudah kembali berdiri segera berbalik menghadap Zayn dengan mengangkat bahunya sendiri dengan ekspresi tidak tahu.

"Jika Ryuu dia pulang terburu-buru semalam meninggalkanku, lalu Rune..."

Hael berkedip cepat. Teringat lagi bagaimana Rune pergi bersama dengan alpha asing tanpa berkata lebih dan hanya meminjamkan kunci rumahnya kepada Hael.

Dia tidak tahu kemana Rune dan Arion pergi.

"Aku tidak tahu, mereka semua pergi begitu saja tanpa berpamitan semalam."

Bahu Hael merosot lesu.

"Begitu, sepertinya mereka semua sedang sibuk."

Hael mengangguk setuju.

"Ah, ya, kamu mengatakan pulang ke rumahmu, tidakkah kamu ingin aku membawamu kembali ke rumah Zayden?"

Hael tertegun sebentar, menatap Zayn dengan tatapan rumit sebelum menggeleng pelan dengan ekspresi agak kecewa.

"Itu sepertinya sulit."

Tatapan Zayn teralih pada perut Hael yang sedikit terlihat membuncit.

"Apa yang sulit? Aku pikir dia malah akan sangat senang."

"Apanya yang senang?"

Hael berkedip lembut.

"Aku tidak berpikir seperti itu. Bukankah dia seharusnya sudah bahagia dengan pasangannya?"

Zayn agak tercengang. Pasangan? Pasangan siapa?

"Tuan sebenarnya beberapa hari yang lalu aku pernah melihat tuan Zayden di jalan."

Seolah mengerti, Zayn tampak tertegun sebelum menyela Hael.

"Kamu sepertinya salah paham, apakah kamu melihatnya berciuman waktu itu?"

Hael menatap Zayn dengan terkejut. "Kamu bahkan tahu?"

"Aku tahu hal ini, tapi kamu salah memahami sesuatu."

"Apa yang disalahpahami?"

"Orang itu, orang itu bukan pasangan Zayden, dia..."

Apa yang harus Zayn katakan untuk menjelaskan posisi Asael sekarang?

Tiba-tiba Zayn menjadi kebingungan.

"Aku tidak tahu siapa dia juga tidak ingin terlalu tahu, tapi tuan tidak ada orang yang bukan pasangan yang akan berciuman begitu mesra di tengah jalan seperti itu."

Hael telah menahan rasa kesal dan sakit hatinya sejak hari itu sendirian. Dia sebenarnya sadar diri dan tidak seharusnya untuk merasa sakit hati seperti ini.

Tapi perasaan bukan sesuatu yang mudah diatasi.

Mungkin jika ada yang mengatakan Hael seperti ini karena telah menyukai alpha itu, Hael tidak akan menyangkal dan akan dengan jujur membenarkan.

"Tuan tidak perlu menjelaskan lebih banyak lagi, aku akan segera pulang dan untuk tuan itu terserah kamu ingin pergi kemanapun kamu mau."

Hael menatap Zayn sejenak, mengangguk ringan lalh berjalan pergi meninggalkan alpha yang mematung diam tanpa berkata-kata.

---
Tbc

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang