50

644 67 3
                                    

Bercerai adalah hal yang tidak pernah Dyana pikirkan sebelumnya. Dan saat ini ketika suaminya datang mengabarkan ingin bercerai dengannya, Dyana tidak bisa untuk tidak merasa hampir menjadi gila.

Selama ini semarah apapun suaminya atas Dyana, dia tidak pernah menanggapi dengan serius atau mengadilinya seperti ini.

Bagaimana bisa semuanya bisa berubah dalam sekejap?

Zain, suami Dyana, duduk tenang dengan wajah suram di luar jeruji besi yang menahan sosok Dyana.

"Kamu... Apakah kamu yakin?!"

Zain tidak menjawab. Matanya dengan tenang menatap lurus pada kondisi lusuh Dyana yang gelisah.

"Fabian, di mana berkasnya?"

Fabian, asisten pribadi Zain, segera maju dari tempatnya semula berdiri dan menyerahkan map dokumen kepada Zain yang meminta.

"Kamu hanya perlu menandatangani dokumen ini dan sisanya aku akan mengurus semuanya."

Dyana menggerakkan gigi. "Kamu gila?! Mengapa tiba-tiba bercerai?!"

Zain tidak langsung menjawab. Matanya masih tetap sama, tanpa emosi menatap lurus Dyana yang merasa gelisah sendirian.

"Apa ini karena rahasia itu?!"

Dyana memiliki ekspresi jelek yang menghina.

"Aku mengakui bahwa aku memang salah karena aku memang menukar bayi asli kita dengan bayi orang lain. Tapi bisakah kamu memaklumiku? Kamu jelas tahu mengapa aku melakukan semua itu kan?"

Dyana terkekeh sinis. Dia menggenggam erat jeruji besi yang menghalanginya sampai buku buku jarinya memutih.

"Itu semua karena kamu! Kamu lah yang memaksaku untuk melakukan hal itu!"

Zain menunduk.

"Mengapa aku memaksamu?"

Setelah sekian lama diam, Zain akhirnya membuka mulutnya.

"Dyana sepertinya kamu sendiri yang salah paham."

"Apa maksudmu bajingan?! Salah paham seperti apa?!"

"Dyana, selama ini aku selalu tulus kepadamu."

"Tulus?! Darimana ketulusanmu itu berasal?"

Zain terdiam.

"Kamu selalu terobsesi dengan ambisimu untuk memiliki anak laki-laki, kamu tidak mengerti posisiku, aku... aku... kecewa padamu!"

"Aku tahu," balas Zain.

"Aku tahu ini juga termasuk salahku, jika saja aku mengungkapkan dengan jelas bahwa aku tidak pernah bermasalah dengan gender anak yang kamu kandung, maka semua ini tidak akan terjadi."

Mata Dyana bergetar.

"Aku tidak pernah terobsesi, aku mengatakan bahwa anak laki-laki lebih baik daripada anak perempuan hanya karena keinginan pribadiku, aku tidak pernah memaksamu sedikitpun karena aku tulus menghormatimu."

"..."

"Jenis kelamin anak yang kita miliki tidak bisa dikendalikan karena bukan kita yang berhak mengendalikan, aku hanya sekedar berharap tapi aku tidak menyangka bahwa kamu menganggap itu serius dan bertindak seperti itu."

Zain dengan sendu menatap Dyana.

"Aku akan memaafkanmu jika saja kamu mengaku sejak awal, aku tidak akan menyingkirkan anak itu, karena bagaimanapun juga anak itu tetap darah dagingku."

Dyana semakin gemetar hebat.

"Kamu rela menukarnya hanya untuk melindunginya sebenarnya dan aku sangat mengapresiasi tindakanmu itu."

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang