Happy Reading
*****
"RADEN!"
Dor ...
Dor ...
Dor ...
Nafas Bitna sampai tercekat, tepat saat Zombie di depan lift berlari cepat ke dalam, lebih tepatnya ke arahnya. Bitna bahkan tak mencoba menghindar dari serangan _yang hanya berjarak satu setengah meter itu_. Tapi untung saja Raden berinisiatif menembak kepala Zombie tiga kali, sehingga membuatnya dapat mengedipkan mata lega.
Dor ...
Sekali lagi Raden menambah tembakannya, hingga mau tak mau Zombie itu pun luruh ke bawah. Tubuhnya sampai tak bergerak, sepertinya Zombie itu sudah mati.
"Graa ... Graa ..."
Bitna yang awalnya fokus melihat Zombie yang tergeletak, sontak mengangkat pandangan mendengar suara itu.
Sial, mereka berdua melupakan lift yang belum tertutup, sedangkan banyak sekali Zombie di basement dan berbondong-bondong lari ke arah mereka.
"Tutup!" Perintah Raden pada Bitna yang memang berada lebih dekat dengan tombol Lift.
Bitna mengangguk cepat dan segera melakukan apa yang di perintahkan Raden, ia bahkan langsung menekan tombol lantai 4 tanpa berpikir dahulu. Yang ada difikirannya hanya bagaimana cara lift harus segera tertutup.
Dor ... Dor ...
Raden sendiri terus melayangkan peluru demi peluru ke arah para Zombie di luar, mencegah agar para Zombie tak mengganggu lift yang mulai tertutup.
Tubuh Bitna berkeringat dingin, menunggu lift dengan harap-harap cemas. Apalagi Zombie di luar sangat banyak, jika lift sampai terbuka kembali, sudah dipastikan mereka berdua akan habis menjadi santapan para Zombie di sini.
Ah tidak! Bitna tidak ingin itu terjadi.
DORRR...
Tembakan terakhir pun Raden berikan pada kepala Zombi bertubuh besar itu, tepat saat jarak antar pintu lift hanya tinggal 3 senti, atau bisa dibilang hampir tertutup sempurna.
Dan, berhasil, pintu lift tertutup dengan tambahan satu mayat zombie yang terkapar bersimbah darah.
Baik Bitna maupun Raden hanya bisa mengucap syukur di dalam hati, karena tuhan sudah memberkati sehingga mereka dapat selamat dari para Zombie.
"Na, lo nggak papa?"
Meski sudah selesai, tubuh Bitna benar-benar lemas hingga ia harus terduduk _luruh_ ke bawah. Ya bagaimana tidak lemas, nyawanya hampir melayang di saat mereka bahkan belum mencapai 10% perjalanan.
"Na," Raden sangat khawatir dengan keadaan Bitna. Tapi saat mendapat gelengan pelan dari sahabatnya itu, perasaan Raden malah makin tak enak.
"It's okay, Den. Serius. Gue Cuma lemes aja." Bitna mencoba memaksakan senyumnya. Ia tau, kalau ia sampai lemah bahkan menyerah, ia pasti akan jauh lebih menyesal nanti. Apalagi ibunya tengah menunggu di rumah.
"Okay." Raden hanya bisa pasrah, toh Bitna memang wanita keras kepala dan gigih jika sudah mengambil keputusan.
Setelah percakapan itu selesai, hanya ada keheningan yang mengisi di sana. Mereka _Bitna dan Raden_ fokus mengamati layar yang menunjukan angka berjalan atau petunjuk _tentang_ sudah sampai lantai mana mereka berada.
Lantai dua,
Lantai tiga,
Nafas Bitna tercekat, ia mulai bangkit dari duduknya. Ia juga menggenggam erat pistol yang tadi Raden berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mystery / ThrillerMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...