Happy Reading*****
Setelah mendapat fakta dan kejadian yang menurut Bitna amat mengejutkan itu, akhirnya Bitna memutuskan untuk kembali begerak, ia tidak mau berlarut-larut dengan keadaan.
Meski sejak awal masuk tadi Bitna dalam keadaan marah dan tak terkontrol, tapi nyatanya dia sudah menyadari sesuatu. Sebuah pintu besi yang di design seperti brangkas terdapat di pojok ruangan sana sangat mencurigakan menurut nya. Jadi Bitna berniat untuk membukanya, apalagi dirinya memiliki nomor-nomor di gantungan kunci, yang sudah ia duga jika itu bukan kode biasa.
Bitna berdiri tepat di depan pintu besi tersebut, sedangkan Raden berdiri tepat di belakangnya.
Bitna menoleh kebelakang sejenak menatap Raden, dan saat Raden mengangguk disertai senyuman akhirnya Bitna menghembuskan nafas panjang. Dan setelah itu ia mulai memasukkan digit-digit angka di benda yang menempel di pintu.
Tut.. Tut.. Tu.. Tut..
Bunyi suara tombol yang di tekan memenuhi semua ruangan tersebut. Ingatan Bitna tiba-tiba kembali kepada Professor Han, memikirkan pria paruh baya itu yang menurutnya cukup bodoh karena sudah bunuh diri, jasatnya di ujung sana juga tak di sentuh sama sekali. Lagi, apa pria itu tidak sadar jika di ruangan ini terdapat pintu lain.
Tittttt...
Suara cukup panjang pun kembali terdengar setelah Bitna selesai menekan semua angka yang seharusnya ia masukkan. Dan dua detik setelahkan pintu itu akhirnya terbuka.
Helaan nafas Bitna kembali terdengar sebelum akhirnya tangannya mulai mendorong pintu besi hingga terbuka.
Cklekkkk..
Pintu yang terdorong terbuka kian lebar seiring Bitna yang mulai melangkah masuk, yang tentu saja di ikuti Raden di belakangnya.
Ternyata itu sebuah ruangan dengan dinding besi yang tertutup rapat, keadaan ruangan juga terang benerang tidak seperti di luar yang tanpa listrik. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi.
Seiring langkah Bitna juga Raden yang semakin masuk saja, mereka baru menyadari jika terdapat banyak benda-benda berbentuk tabung besi yang sangat banyak, banyak sekali, bahkan bisa di katakan jika tabung itu memenuhi sebagian besar ruangan itu.
Bitna yang notabene melangkah di depan pun tiba-tiba mendengar suara bunyi macam alarm yang sangat keras.
Titttttttt...
Bitna dan Raden tentu saja panik bukan main, mereka sampai saling menatap tanpa bisa berbuat apa-apa.
Apa yang salah, pikir keduanya.
Dan saat melihat sekeliling mencari sesuatu, mata Raden menangkap sebuah cahaya merah kecil di dinding kanan dan kiri tempat Bitna berdiri, "Na liat," Raden berucap seraya menunjuk benda-benda di bawah, sepertinya itu alasan bunyi ini terdengar.
Dan Bitna yang menyadari ucapan Raden pun, segera mengikuti arah tunjuk pria itu, yang tenyata benar ada cahaya merah menyala di bagian bawah, yang mana cahaya itu menimbulkan garis melintang yang menyentuh kaki Bitna.
"Kayaknya itu sensor Na, dan lo ngelewatin nya," Raden tak tau pasti apa yang ia katakan benar atau tidaknya, yang pasti cahaya itu benar-benar aneh.
Belum sempat Bitna merespon lebih lanjut apa yang Raden katakan, tiba-tiba bunyi keras itu berhenti seiring dengan suara benda yang berbentuk seperti layar televisi mulai perlahan turun dari lubang panjang di atas sana.
"Den," Bitna menggoyahkan tangan kanannya ke belakang karena merasa sedikit takut, dan sengaja melakukannya agar Raden bergerak maju mendekatinya.
Dan Raden sangat faham dengan kode Bitna, jadi dia pun melangkah hingga berada tepat di samping Bitna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mystery / ThrillerMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...