Chapter 37

510 56 30
                                    

Happy Reading

*****

Sudah hampir empat jam berlalu sejak Raden dan Bitna memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan, dan bisa di bilang mereka sekarang hampir sampai tempat tujuan.

Raden menyetir sendiri sedangkan Bitna dia sepertinya ketiduran sejak 2 jam yang lalu, mungkin gadis itu kelelahan.

"Den," panggil Bitna dengan mata yang masih terbuka setengah dan suara serak khas bangun tidur. Ah rupanya gadis itu sudah bangun, setelah 2 jam terlelap.

"Kenapa nggak bangunin gue?" Raden kira Bitna akan merasa lebih baik setelah tertidur, tapi rupanya dia malah tersungut-sungut dengan wajah bantal kesal, seraya membenarkan posisi duduknya _yang tadi sempat Raden turunkan kursi Bitna agar gadis itu nyaman_.

"Raden," Bitna makin kesal saja, ingin sekali menggigit kulit Raden yang menanggapinya acuh. Eits, Bitna bukan ingin menggigit karena nafsu darah dan daging Raden ya, ini hanya murni perumpamaan saking kesalnya.

"Kenapa sih?"

Ck, Bitna tak kuasa berdecak, bagaimana raden bisa bersikap sesantai itu. Padahal sejak awal ia tak mau tidur meski mengantuk ya karena ia tak ingin berubah menjadi Zombie secara tiba-tiba, ia takut menyakiti raden, jadi ia berfikir ketika sudah merasakan tanda-tanda ia bisa bertindak lebih. "Kalau gue berubah jadi Zombie pas tidur gimana? Kalau gue nggak bisa__"

"Stttt, diem."

Bitna mengulum bibirnya kesal, sebab Raden malah menghentikan ocehannya, ini Bitna lakukan juga agar ia bisa waspada.

"Buktinya lo nggak kenapa-napa." Memang sesantai itu Raden mengatakannya, bahkan sejujurnya Raden sama sekali tak ingat jika Bitna telah tergigit Zombie selama dua jam ini.

"Tapi kan___"

"Tapi apa?" Raden kembali memotong ucapan Bitna begitu saja, "Yang penting lo sehat, harusnya bersyukur dong nggak berubah,"

Sebenarnya apa yang di katakan Raden itu ada benarnya, di dalam hati Bitna yang paling dalam ia juga mensyukurinya, bahkan tepat ketika membuka mata melihat Raden baik-baik saja di sisinya tadi, sudah membuat Bitna sangat lega. Hanya saja ia tak suka menjadi ceroboh yang mana ada kemungkinan kecerobohannya akan menyakiti Raden.

"Gue cuma takut lo kenapa-napa." gumam Bitna tapi masih dapat di dengar Raden.

"Gue baik-baik aja, lo juga baik-baik aja. Udah nggak perlu pikir macam-macam lagi." Raden berucap dengan nada tegas, ia tak mau Bitna kembali overthinking, ia malah suka gadis itu tertidur seperti tadi.

Meski sebenarnya Raden juga merasa penasaran dan aneh karena sudah beberapa jam sejak Bitna tergigit, dia belum juga memiliki tanda-tanda. Padahal yang Raden tau jika manusia terkena virus sebab tergigit, virusnya akan dengan cepat menyebar mungkin hanya dalam hitungan menit atau paling lama 1 jam, tergantung seberapa parah gigitannya.

"Tapi kenapa gue nggak berubah jadi Zombie ya Den?" Bitna bertanya bukan karena tak mensyukurinya, tapi ia hanya penasaran.

Raden menggeleng pelan, "Gue nggak tau, dari pengetahuan yang gue tau kita lihat tadi nggak ada yang kasusnya kayak elo Na,"

"Terus gue harus gimana?" Bitna tak punya pengetahuan besar tentang Zombie jadi ia sedikit bingung menanggapi.

"Kita syukuri aja, bukannya malah bagus kalo lo nggak berubah menjadi Zombie sekarang ataupun nanti." Ucap Raden sambil menepuk atas kepala Bitna pelan, setelah Bitna tergigit baru kali ini ia berani menyentuh gadis itu lebih dan tak di balas respon penolakan olehnya.

Bitna sengaja membiarkan Raden menyentuhnya karena hatinya sekarang terasa lega, beban yang ia pikul sejak tadi terasa menguap, ia hanya bisa berdoa semoga ia benar-benar tak berubah menjadi Zombie, setidaknya sampai mereka tiba di tempat yang mereka tuju.

Zombies: Run Away [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang