Chapter 36

520 52 58
                                    

Happy Reading

*****

Selama lebih dari 20 tahun Raden hidup ia tak pernah merasa se-takut ini. Membayangkan Bitna terluka sedikit saja Raden sudah tak tahan, apalagi melihat Bitna mati di depan matanya seperti tadi.

Walaupun alasan Bitna untuk menembak diri sendiri itu jelas, sebab gadis itu tak ingin melukai Raden setelah berubah menjadi Zombie, Raden tetap tak perduli. Mau bagaimana pun Bitna nanti Raden akan bersama gadis itu, intinya ia mendukungnya apapun yang terjadi.

"Raden," Bitna memanggil nama Raden dengan suara pelannya.

Memang sejak beberapa saat lalu mereka kabur dari para Zombie, Raden masih melajukan Mobilnya kencang.

"Raden," panggil Bitna sekali lagi, "Den, gue takut," cicitnya masih sama pelannya.

Mendengar hal itu, Raden menghembuskan nafasnya kasar, lalu ia mengentikan mobilnya di pinggir jalan yang di perkirakan Raden tak ada Zombie di sana.

Bitna sungguh takut sekarang, ia takut berubah menjadi Zombie dan akan menyerang Raden jika ia tetap di sini. Tapi ketika ia ingin membuka pintu mobil, pintunya masih terkunci rapat.

"Raden__" Bitna ingin protes pada Raden yang tiba-tiba menyentuk luka di lengan kanannya, tapi Raden malah memelototinya.

"Den, jangan sentuh."

Semakin di larang Raden malah semakin menentangnya, pria itu menyentuh bagian pinggir luka itu yang ternyata masih mengucur darah tanpa ada rasa khawatir sama sekali.

"Raden__"

"Diem Na!" Sela Raden cepat, setelah itu ia mengambil kotak P3K di dasboard mobilnya, ia akan mengobati luka Bitna meski itu hasil gigitan Zombie.

"Den, please jangan gini." Bitna begitu cemas, tapi yang di cemaskan sama sekali tak demikian, seolah luka Bitna hanya luka biasa.

"Na buka lengan lo!" Perintah Raden tak mengiraukan ucapan Bitna.

Bitna menolaknya dan hendak menarik tangannya dari pegangan Raden, hanya saja tak semudah itu, Raden menahan lengannya jauh lebih kuat.

Karena Bitna tak kunjung bergerak, jadi Raden memutuskan menggulung lengan baju Bitna hingga cukup atas.

Raden menggertakkan giginya melihat luka yang tercetak bentuk gigi di lengan Bitna itu. Pasti Bitna sangat kesakitan mendapat luka itu.

"Den, gue nggak papa." Bitna sengaja mengatakan itu karena menyadari tatapan Raden yang tak menyenangkan. Walaupun terlihat jelas jika ia telah berbohong, ia dan Raden tau betul dirinya tak baik-baik saja.

Raden berdecak tak mau menanggapi Bitna lebih lanjut. Dan mulai membersihkan luka Bitna menggunaan kapas yang sudah di beri cairan warna kuning yakni revanol. Lalu ia memberi antiseptik dan terakhir menutup luka itu menggunakan kasa.

"Den,"

Raden tak menggubris untuk kesekian kalinya, karena ia tau apa yang akan Bitna katakan jika ia menanggapi.

"Den, gue egois dan jahat kalau terus di sini. Please izinin gue pergi." Mata Bitna kembali berkaca-kaca hebat, membayangkan bagaimana jika nanti ia menggigit Raden.

"Gue mohon!" Bitna menyatukan kedua tangannya, agar Raden setuju dengan keputusannya itu.

Raden menatap Bitna yang kembali mengeluarkan air mata itu, Raden sadar jika ia tak melakukan sesuatu Bitna akan terus mendesaknya untuk menurunkan gadis ini.

"Okay, lo boleh turun ...,"

Bitna terkejut tidak percaya dengan ucapan Raden yang terdengar semudah itu.

Zombies: Run Away [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang