Chapter 30

572 59 8
                                    

Happy Reading

*****

Di usianya yang bisa di bilang cukup muda, hidup sebatang kara memang terasa tidak adil untuk Raden. Tapi nyatanya Raden menerima itu semua dengan lapang dada. Ia tak pernah mengeluh, sama sekali tidak pernah, di mata orang-orang ia selalu menjalani hidupnya seolah ia memiliki kehidupan lengkap nan bahagia, tapi nyatanya tidak begitu, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ada perasaan kosong juga kesepian.

Karena perasaan sepi itu membuat hal dalam hatinya terdorong, yakni mencari semua tentang apa yang membuatnya penasaran sejak dulu, sebab ibunya dan pamannya selalu menutup-nutupi semua darinya _meski tidak terang-terangan tapi Raden tau itu.

Jika kalian penasaran tentang apa yang Raden maksud, dia adalah sosok laki-laki yang seharusnya bisa di panggil ayah oleh anak-anak sebayanya, Raden mencari kebenaran tentang itu semua hanya sekedar penasaran tak lebih, ia juga tak ingin bertatap muka dengan orang itu, mungkin hanya sekedar melihat dari jauh.

Raden mencari bukti-bukti ke sana kemari, ia melakukan itu semua hampir satu bulan lamanya _tepatnya saat libur sebelum menjadi mahasiswa baru_. Dan setelah banyak usaha yang di lakukan terbukti Raden mendapatkan hasil yang ia mau.

Semua fakta yang Raden inginkan dapat ia ketahui, seperti sosok ayahnya pergi meninggalkan ibunya tanpa adanya tanggung jawab sedikit pun, atau ayahnya yang ternyata orang yang sering wara-wiri di televisi,

Ayahnya, apakah pria itu masih pantas di panggil ayah, haha nyatanya sama sekali tidak! Harusnya sejak awal Raden memanggilnya si brengsek saja.

Ya si Brengsek itu adalah salah satu anggota pemerintahan yakni Dewan Perwakilan Rakyat. Dan sepertinya jelas hidup si brengsek itu sangat makmur tanpa adanya beban setelah meninggalkan istri dan anaknya, ah mungkin saja pria itu juga sama sekali tak mengetahui jika ibu Raden sudah meninggal dunia 15 tahun yang lalu.

Setelah mengetahui semua itu nyatanya Raden malah diam saja bersikap seolah-olah i tak mengetahui kebenaranya seperti rencana awal. Mungkin bisa saja Raden menghancurkan si brengsek itu dengan mengatakan kebenaran tentang kebusukannya, tapi lagi-lagi Raden tak mau ia malas. Ia mencoba melupakan semuanya, meski kenyataan di dalam hatinya tak demikian, ada rasa sakit yang selalu membuncah ketika melihat wajah itu di televisi, apalagi mengingat hidup ibunya yang tersiksa selama hidupnya, kadang ada sebenarnya rasa ingin membalas dendam, tapi ya Raden tak ingin kebahagiannya _setelah bertemu Bitna_ hancur.

Setelah semua rasa sakit Raden seolah terkubur perlahan, nyatanya sekarang takdir malah mempertemukan dia dengan sosok si brengsek dalam wujud yang lain, yakni sudah berubah menjadi Zombie.

Meski wajah itu sungguh mengerikan sekarang, Raden jelas tak akan salah mengenali betapa brengseknya orang ini dulu.

"Brengsek!" umpat Raden tanpa sadar, sampai melupakan bahwa sosok di atasnya itu hendak menggigit lehernya.

"RADEN!" Bitna berteriak di dalam mobil dengan raut wajah yang sangat panik, karena temanya itu seolah terpaku di tempat bukannya berusaha menghindar.

"Graaa..."

Bertepatan dengan Zombie yang kata Raden si brengsek hendak menyerang, Roy lebih dulu menahan dari belakang. Dan Roy menarik jas yang Zombie pakai lalu memutar ke depan, hingga jas itu menutupi wajah Zombie itu.

"Graaa.." Meski wajah dan mulutnya tertutup Zombie itu tetap berusaha menggigit Raden.

"Roy, tangkap!" Mendengar suara Bitna itu Roy langsung membalik wajah, dan tangannya secara cekatan mengambil benda yang di lempar Bitna.

Bitna melempar dua buah borgol yang dia ambil dari tas ransel milik Raden, karena saat Raden berkemas di rumah kemaren ia sempat melihat benda itu di meja.

Zombies: Run Away [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang