Happy Reading
*****
Mobil Raden melaju kencang membelah jalanan. Saat ini mereka juga sudah berhasil memasuki daerah lain setelah melewati terowongan dengan sangat lancar _tanpa ada satupun halangan Zombie_.
Bitna dan Roy juga beralih tempat duduk, menjadi Roy di depan dan Bitna di belakang seraya menemani gadis yang saat ini masih tak sadarkan diri itu.
"Kita harus cari tempat untuk sembunyi, karena kayaknya matahari sebentar lagi mulai muncul," ucap Raden secara tiba-tiba yang mana hal itu sukses memecah keheningan di antara mereka.
Bitna yang tadinya hanya diam saja menatapi gadis _yang membaringkan badannya di jog sampingnya_ itu pun langsung menatap Raden. Sejujurnya Bitna tau Raden marah kepadanya, bahkan pria itu sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun setelah mereka semua masuk ke dalam mobil. Bitna sendiri awalnya bingung akan kesalahannya.
Raden jelas bukan marah, ia hanya kesal kepada sahabatnya itu karena Bitna sama sekali tak melayangkan tembakan untuk melindungi diri, padahal nyawanya sendiri hampir melayang begitu saja jika Raden tak cepat datang. Raden juga tak suka dengan sikap Roy yang pergi begitu saja meninggalkan Bitna di belakang.
Tapi ya mau bagaimana lagi, pasti mereka melakukan itu juga bukan tanpa alasan, baik Bitna maupun Roy sudah memutuskan apa yang menurut mereka anggap baik, jadi Raden juga harus menerimanya, toh saat ini mereka juga sudah selamat bukan.
"Kita cari tempat di mana ini?" tanya Roy menanggapi ucapan Raden tadi.
Raden menggeleng pelan, ia kurang tau seluk beluk daerah di sini, jadi kalau di tanyai begitu ia sendiri bingung menjawabnya. "Tapi kita harus cepat, kalo kita terlambat sembunyi akan sangat bahaya."
Setelah itu Roy menggaruk dagunya mencoba berfikir keras, lalu selanjutnya matanya menatap sekeliling. "Dua ratus meter ke depan nanti belok kanan."
"Lo tau daerah sini?" Raden sedikit penasaran dengan Roy yang menyuruhnya, iya harus memastikan jika Roy betul-betul dapat di percaya sebagai penunjuk jalan.
Roy langsung mengangguk mengiyakan pertanyaan Raden, "Gue dulu pernah tinggal daerah sini."
"Oh, okay." Setelah itu Raden benar-benar menuruti ucapan Roy, dan berbelok ketika ada pertigaan di sana.
Masih sama dengan keadaan jalan lainnya, jalanan di sisi itu juga sangat sepi dari Zombie, tapi sudah di pastikan daerah itu sebentar lagi juga akan ramai oleh Zombie, tepatnya setelah mata hari mulai naik.
"Berhenti!"
Raden sontak menghentikan mobilnya secara tiba-tiba saat Roy memerintahkan. Mereka berhenti di samping deretan ruko, eh ralat ada satu rumah juga di sana. Tapi bukannya malah di sini sangat berbahaya, pasti di dalam sana banyak Zombie?
"Gue bakal turun, cek keadaan."
Meski nyatanya Raden sedikit tak percaya kalau tempat-tempat sekitar sini aman, tapi ia menerima-menerima saja kalau Roy hendak turun mengeceknya.
Setelah mendapat persetujuan Raden, yakni anggukan Raden, Roy mulai melancarkan aksi nya.
Ckleeekk...
Roy turun dari mobil Raden pelan, agar tak menimbulkan kegaduhan yang malah akan memancing Zombie.
Raden dan Bitna hanya mengamati pergerakan Roy yang mulai mendekati sebuah tempat yang terlihat tua itu.
Roy yang sudah makin dekat dengan tujuannya pun mulai sedikit cemas, terbukti dari jantungnya yang berdegup tak karuan. Tempat yang Roy hampiri adalah rumah tua, ia tau sejak lama jika itu sudah lama tak berpenghuni, dan pintu-pintu di rumah itu juga tak terkunci, jadi di sana benar tak ada Zombie, mereka dengan mudah bersembunyi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mistério / SuspenseMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...