Happy Reading
*****
Meski perasaan sedih Bitna masih menyelimuti, nyatanya ia memilih berusaha untuk melawan, dan berniat bergerak kembali. Ia juga masih dapat berfikir waras untuk tak membuang-buang waktunya hanya untuk menangis lebih lama lagi. Mungkin benar Bitna sedih dan menyesal, tapi bukankah ia akan tambah menyesal jika ia malah terlambat melakukan pergerakan.
Setelah mengusap air matanya hingga benar-benar kering, Bitna pun bangkit berdiri dari ranjang diikuti Raden. Sebelumnya ia sudah menyelimuti tubuh Bayu menggunakan selimut _dari kaki hingga kepala_.
Bitna berjalan menuju sebuah lemari kayu yang berada di pojok ruangan tanpa ragu. Sebenarnya itu lemari baju mamanya, tapi dulu ia pernah melihat jika ada sebuah brangkas di dalamnya, tepatnya saat tak sengaja lemari itu ditinggalkan terbuka begitu saja oleh Sinta _mamanya_.
"Kita harus buka brangkas-nya, dan liat apa yang ada di dalamnya Den," ucap Bitna tanpa menatap Raden lebih dulu, lalu segera membuka lemari itu perlahan.
Kriettt...
Lemari itu berbunyi khas lemari tua saat di buka. Dan berhasil, pintu lemari sudah terbuka sepenuhnya.
Ah, benar bukan, di dalamnya menampakkan sebuah brangkas kecil seperti yang pernah Bitna lihat, dan juga yang ibunya katakan tadi.
Bitna pun berjongkok _ karena brangkas-nya berada di bagian slot cukup bawah_, ia menatap brangkas itu beberapa saat, sebelum mengulurkan tangan hendak membukanya.
Raden sendiri hanya diam saja di belakang Bitna _masih dalam posisi berdiri_. Jujur saja Raden juga sangat penasaran dengan isi di dalamnya, tapi ia tak ingin di anggap teman yang lancang.
Bitna menyentuh deretan angka yang memang tempat untuk memasukan password agar brangkas mau terbuka. Tapi tiba-tiba tatapan Bitna beralih pada Raden yang ada di belakangnya, ia mendongak.
Kenapa? Apakah Bitna ragu?
Tidak Bitna sama sekali tak ragu, ua hanya hendak memastikan persetujuan Raden. Akan tetapi karena Raden menginterupsi dengan sebuah anggukan, Bitna pun kembali melanjutkan niatnya yang hendak menekan angka-angka itu sesuai tanggal lahirnya _yang mana itu yang tadi sempat Sinta katakan di sambungan telefon_.
Jemari Bitna menari pelan di atas tombol deretan angka tanpa adanya keraguan.
Tit... Tit... Tit... Tit... Tit... Tit...
Bitna menekannya sebanyak 6 kali sehingga menciptakan bunyi tit juga 6 kali pula.
Setelah itu Bitna menunggu, karena sudah terdengar suara pertanda brangkas akan terbuka.
Tit... Tit... Tiitttttt...
Dan terbuka, brankas itu otomatis terbuka sedikit, yang mana membuat Bitna segera membukanya makin lebar.
Bitna mengerutkan dahinya menatap isi brankas itu. Lalu tangannya kembali terulur untuk mengambil isi di dalamnya.
Raden yang awalnya hanya menatap sambil berdiri pun, segera ikut berjongkok karena sangat penasaran.
"Apa itu Na?" Tanya Raden melihat sesuatu yang Bitna ambil dari dalam brangkas.
Bitna menggeleng pelan sebagai balasan, ia sendiri tak tau, karena di dalamnya terdapat sebuah kunci dengan gantungan rajut warna merah bertuliskan 4 digit angka. Dan lagi juga ada gulungan kertas dengan di tali pita rapi.
Tanpa pikir panjang Bitna membuka gulungan kertas itu. Dan yang pertama kali mereka lihat saat kertas benar-benar terbuka adalah sebuah tulisan besar di bagian atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mystery / ThrillerMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...