Happy Reading
*****
Hidup hanya bersama ibu dan adik laki-laki _yang dulu selalu memuakkan di mata Bitna_ sering menjadikan alasan Bitna jarang mau sarapan pagi. Dia cenderung makan setelah jam 12 siang, malah-malah sore hari. Bitna melakukan hal itu karena jujur saja ia ingin cepat pergi dari rumah, dan karena hal itu lah membuat Bitna jadi terbiasa tak makan pagi.
Dan sebab itu lah tadi pagi Bitna kembali tak sarapan. Awalnya ia memang berniat untuk makan siang di rumah Raden, sebelum akhirnya ia melupakan semua rencananya karena penyerangan Zombie.
Jadi sampai malah hari seperti ini perut Bitna belum terisi apa-apa. Sejujurnya sedari tadi ia juga tak merasa lapar sama sekali, mungkin karena keadaan yang tak memungkinkan serta ada banyak sekali kejadian yang me-mual-kan jika di ingat.
Bitna pun membuka tas ransel Raden, setelah pria itu memutuskan untuk turun hendak mengisi bahan bakar mobil. Meski keadaan sekarang bisa di bilang sangat bau Bitna tak perduli, ia tetap akan memberi makan cacing-cacing di dalam perutnya yang sudah meronta-ronta itu.
Ia mengeluarkan dua buah roti yang sudah di pipihkan _agar memaksimalkan tempat_ juga sebotol air mineral, dari dalam tas ransel Raden.
Sedikit melupakan kejadian-kejadian tadi, serta bau yang menyengat, Bitna langsung membuka bungkus roli, lalu melahap roti itu.
Meski hanya sebuah roti gepeng Bitna nampak sangat menikmati makanannya. Hingga mengabiskan dua buah roti itu dalam sekejap. Lalu berlanjut meminum air mineral yang berada di bolot bening itu, dan menyisakan setengahnya saja.
Setelah setelah dengan makan cepatnya, Bitna hendak mengambili sampah plastik yang ia ciptakan di jog mobil Raden, hanya saja ia mengurungkan niatnya itu ketika mendengar suara _seperti tendangan_ dari arah belakang mobil.
BUG..
"Raden!" Bitna membulatkan matanya, di fikirannya langsung tertuju pada temannya yang tengah mengisi bahan bakar itu.
Dan, tentu saja Zombie. Bitna takut jika ternyata ada Zombie yang menyerang Raden.
"Raden!"
Bitna bergegas membuka pintu mobil kasar dan melompat turun dari sana, tak lupa ia juga membawa senjatanya.
Acungan senjata api sudah siap Bitna tembakan seraya berlari ke belakang, hanya saja saat mencapai belakang, ia malah terpaku melihat adanya sesosok pria muda _mungkin sepantaran mereka atau lebih sedikit_ dengan badan yang bisa dibilang cukup kekar namun begitu lusuh, jangan lupakan wajahnya memiliki beberapa luka gores yang terlihat masih baru.
Pria itu nampak memegangi dadanya yang terlihat menahan sakit, seperti suara keras yang timbul tadi hasil dari Raden yang menyerang pria itu.
"Den ..., dia siapa?" tanya Bitna seraya mendekati Raden perlahan, tidak terburu-uru seperti beberapa saat lalu.
Raden tak menjawab secara gamblang, hanya menggeleng sebagai bentuk isyarat. Sedangkan tangan Raden juga sudah mengacungkan pistol yang sejak awal ia simpan di dalam saku.
Mata Raden masih setia menyipit, ia sangat waspada dengan pria asing itu, bukan hanya khawatir orang itu akan berubah menjadi Zombie, tapi juga takut jika dia ternyata orang jahat.
"Shhh." Pria itu tetap meringis kesakitan, tapi baik Bitna maupun Raden tak ada yang mendekat.
Raden jelas tak akan mudah percaya dengan orang asing apa lagi jika orang itu tadi sempat berjalan diam-diam di belakangnya. Untung Raden memiliki insting yang cukup kuat. Ia juga sama sekali tak merasa bersalah sudah menendang pria itu sampai kesakitan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mystery / ThrillerMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...