Happy Reading
*****
Langkah cepat Bitna yang menjauh mobil langsung di sadari oleh Reya, kerena Raden dan Roy memang berada di sisi yang lain sehingga tak melihatnya. Reya nampak mengerutkan keningnya bingung.
"Kak Bitna mau ke mana?" tanya Reya dengan suara sedikit keras, membuat Raden dan Roy yang berada di sisi lain mobil berlari untuk mengecek apa yang di katakan Reya benar adanya atau tidak.
Dan saat melihat Bitna malah melengos pergi begitu saja tanpa memperdulikan pertanyaan Reya membuat mereka bertiga cemas, mau kemana sebenarnya gadis itu.
"Na, lo mau kemana?" Raden yang tak tahan sediri langsung berlari mengejar Bitna, di ikuti Roy di belakangnya.
Tapi Raden makin merasa aneh sebab Bitna seolah tidak mau di hampiri, sebab Bitna malah makin mempercepat langkahnya.
"Berhenti Den!" perintah Bitna dengan suara serah khas tengah menangis, hal itu sontak membuat Raden terkejut sampai tak memperdulikan perintah Bitna.
Bitna mengepalkan satu tangannya yang kosong dan tangan lain memegang senapan erat. Suara langkah larian Raden masih terdengar, sudah di pastikan pria itu tetap berlari menghampiirinya. "Gue bilang berhenti!" Meski dengan suara yang sangat serak, Bitna jelas terdengar seperti penuh emosi kemarahan.
Setelah mendengar Bitna seperti itu Raden baru memutuskan untuk berhenti di tempat, karena Bitna juga berhenti di depan sana. "Na," Perasaan Raden makin tak karuan melihat keanehan yang makin nyata pada diri Bitna.
"Jangan panggil nama gue, gue nggak sudi!"
Degg...
Kedua tangan Raden terkepal erat, Hati Raden mencelos mendengar ucapan kasar Bitna, seumur-umur meski Bitna sering mengumpatinya kata ini lah yang paling terasa kasar di telinganya. Raden mencoba tetap sedikit tenang, ia tak boleh terburu-buru.
"Na, lo kenapa?" tanya Raden dengan suara mulai melemah, menahan rasa sakit yang benar-benar memenuhi hatinya itu.
Bitna tak kunjung menjawab, hanya terdengar suara isakan pelan dari Bitna.
"Na__"
"Gue nggak nyangka lo bisa seperti ini." Ucapan Bitna benar-benar membuat Raden kelimpungan bingung sendiri. Memang apa yang Raden sudah lakukan?
Raden menelan saliva-nya kasar, "Na, gue__"
"Lo ...," Bitna memotong ucapan Raden begitu saja seraya berbalik arah menghadap ke belakang.
Hati Raden makin mencelos sakit sekali melihat air mata Bitna yang mengalir deras di hadapannya. Rasanya ia ingin berlari menghampiri dan memeluk Bitna erat. Akan tetapi lagi-lagi saat ia baru saja melangkah sekali, Bitna sudah bersuara menginterupsi meminta untuk berhenti.
"Gue bilang jangan mendekat!"
Mau tak mau Raden benar-benar berhenti di tempatnya, "Please, Na, kita bisa omongin baik-baik, kenapa lo seperti ini?" Raden harus berusaha tenang meski dalam hati tak demikian.
Tapi Bitna menggeleng pelan, tidak setuju dengan usulan Raden, "Enggak. Gue nggak percaya sama elo. Lo jahat banget Den, jahat. Gue benci elo!"
Deggg...
Benci?
Bitna benci padanya?
Nggak!
Haha, pasti ini hanya omong kosong, Bitna pasti tengah berbohong, dia cuma berniat menge-prank Raden kan, benar kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mystery / ThrillerMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...