Happy Reading*****
"Kalian mau apa?" Salah satu dari kedua pria paruh baya itu bertanya dengan nada gugup melihat dua orang asing yang tiba-tiba datang dengan senapan di tangannya.
Raden dan Bitna tentu saja saling menyipitkan matanya curiga dengan mereka, apalagi dua pria ini seperti sudah jauh lebih siap dalam menghadapi, terbukti dari tempat seaman ini ataupun semua bahan makanan yang juga sama banyaknya. Mereka pasti bukan orang biasa.
"Kalian__" Pria paruh baya yang sedikit lebih tua dari yang satunya hendak berbicara, tapi Raden lebih dulu menahannya sebab telinganya mendengar sesuatu.
"Graaa.."
Itu suara Zombie, sepertinya matahari benar-benar sudah menampakkan senyumnya dan para Zombie sudah berkeliaran di jalan.
Bitna dan Raden saling menatap satu sama lain. Seolah sedang telepati, dan dalam satu anggukan keduanya langsung memahami maksud masing-masing.
Bitna segera mendorong pintu yang awalnya hendak kembali tertutup itu, mungkin kedua pria paruh baya pikir Bitna dan Raden tengah lengah jadi bisa menutup pintu, tapi nyatanya Bitna dan Raden menyadarinya.
Setelah pintu berhasil terbuka lebar Bitna segera masuk di ikuti Raden di belakangnya, tak lupa Raden juga menutup pintu besi itu agar tak ada Zombie yang masuk. Mereka memang sengaja untuk beristirahat di sana yang bisa dibilang sangat aman dari serangan para Zombie, mereka harus memanfaatkannya.
"Mau apa kalian?" Pria paruh baya yang berjenggot tebal dan nampak takut sedari tadi mulai bertanya masih sama gugupnya.
"Kami?" Bitna menatap Raden seraya mengangkat alisnya lalu kembali beralih pada dua orang yang ia ajak bicara. "Kami tak ada maksud apa-apa sebenarnya. Tapi ...,"
Mata Bitna tertuju ke arah sekitar di mana bahan makanan sudah seperti supermarket saja, dan itu di bagian pojok ruangan ada sebuah benda-benda gelas kaca dan sebagainya yang biasa di gunakan para ilmuan. "Kalian agak mencurigakan."
Kedua orang tua itu makin panik mendengar pernyataan Bitna. Sudah jelas bukan, berarti ada sesuatu di balik mereka berdua.
Raden melangkah maju bersandingan dengan Bitna tanpa menurunkan senapannya sama sekali, takut-takut dua orang tua ini akan berbuat jahat. "Kalian terlalu siap untuk menghadapi Zombie, dan ini listrik? Bagaimana mungkin ada listrik di saat semua kota padam gelap gulita."
Satu orang yang sedari terus berbicara yakni yang memiliki jenggot itu nampak membuka tutup mulutnya seperti hendak berbicara tapi tidak jadi, dia gugup dan panik sendiri.
"Jika anda hendak berbicara, kami akan dengarkan." Bitna tetap berbicara sopan meski wajahnya seperti mengejek, ia dan Raden sengaja bersikap dominan agar kedua pria paruh baya ini merasa terintimidasi. "Kalau enggak juga nggak papa."
Srett...
Bitna mengambil senapan yang di pegang Raden secara tiba-tiba, dan melayangkan ke arah depan, yang mana hal itu membuat dua orang itu terduduk lemas dengan sendirinya.
Bitna melangkah maju ke depan dengan kepala menunduk ke bawah. Meski Bitna mengacungkan pistol, tapi kenyataannya ia tak benar-benar berniat menarik pelatuk atau sebagainya.
Dapat Bitna lihat pria berjenggot itu menghela nafas panjang, sepertinya dia sungguh akan mengatakan sesuatu.
"Sebenarnya kami berdua seorang ilmuan, nama saya profesor Donni." Benar apa kata Bitna, pria paruh baya yang mengaku bernama profesor Donni itu mulai berbicara.
"Dan dia, profesor Han." Lanjutnya seya menunjuk ke arah orang yang di maksud.
Profesor Han sendiri hanya diam saja sedari tadi tak melakukan apa-apa dan tak berbicara apa-apa. Meski di dalam hati tengah merutuki perbuatan temannya yang memaksa untuk membuka pintu. Dan terbukti sekarang mereka berada dalam masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombies: Run Away [SELESAI]
Mistério / SuspenseMengerikan, dengan kulit pucat penuh ruam-ruam hitam menjalar, mulut yang penuh darah, serta luka-luka lebar menganga hingga menampakkan daging dan tulang bagian dalam. Ya, itulah ciri-ciri Zombie. Zombie adalah mayat hidup yang ceritanya hanya ada...