³⁹

7 3 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang di pojok bawah ⭐
Happy reading 🌷🌷

Setelah perseteruan kemarin, perang dingin antara Kara dan Abin tak terelakkan lagi, hal itu menjadi pusat perhatian dari warga sekolah. Pasangan yang biasa di juluki Contrastix oleh warga sekolah kini terlihat seperti dua orang asing. Contrastix menggambarkan kepribadian mereka yang sangat kontras, yang satu sering buat masalah yang satunya jadi panutan para murid.

Yang biasanya tak pernah malu untuk mengumbar kemesraan, saling berpegangan tangan, tertawa bersama, namun kini tak ada interaksi antara mereka. Bahkan saat berpapasan di koridor kelas mereka sama-sama saling membuang muka.

Benar-benar seperti orang asing.

Kini jam istirahat tengah berlangsung, para murid tengah berdesak-desakan untuk mengisi perut mereka. Sama seperti Kara dan ketiga sahabatnya, mereka tengah duduk menyantap makanan untuk mengisi kembali energi mereka yang sudah terkuras sedari pagi.

"Makan dulu Ra, berjuang juga butuh tenaga kali," ucap Harsa saat melihat sahabatnya yang hanya menatap kosong pada sepiring nasi goreng di hadapannya.

"Tau tuh, jangan sampai lo sakit gara-gara masalah ini," timpal Aruna sembari mengunyah makanannya.

"Mau seberat apapun rintangannya kalau memang jodoh pasti bakal kembali." Rinai sekali ngomong suka nembus ke jantung dan sekitarnya.

Tapi apa yang di ucapkan oleh Rinai memang benar. Mau seberat apapun rintangannya, mau sesakit apapun jalanya, mau sekuat apapun usaha kita walaupun satu kota kita tidak akan di pertemukan lagi.

Setiap orang ada masanya, jadi jangan takut. Jika memang dia yang di takdirkan untuk kita yakinlah dia akan kembali. Tapi jika tidak kembali berarti Tuhan tau mana yang terbaik untuk kita.

Kara menghela nafas panjang, suasa hatinya sedang tidak bagus. Dengan lesu ia memasuki satu suap nasi goreng ke mulutnya, ia mengunyah dengan pelan butiran nasi tersebut.

"Tuh kan bener apa gue bilang, mereka itu lagi ada masalah buktinya Abin malah ketawa-ketawa bareng anak baru itu."

"Masak sih, kemarin aja mereka baik-baik aja kok."

"Ya kan kita gak tau, kemarin baik eh besoknya putus."

"Mulut lo anjir, kayak gak di sekolahin aja."

Samar-samar Kara mendengar obrolan dari meja sebelah, matanya mengedarkan pandangannya mencari objek yang menjadi pembahasan mereka.

Damn!

Pemandangan yang kembali membuat hatinya sakit, kurang dari 15 langkah kaki terlihat Abin yang tengah makan bersama Aluna. Mereka nampak saling berbagi cerita yang berhasil menghadirkan canda tawa, terbukti dari Abin yang tak berhenti tertawa.

Kekasihnya, ah lebih tempatnya akan menjadi mantan seperti yang di ucapkan oleh gadis di meja sebelah, mereka terlihat saling menyuapi makanan, interaksi mereka persis seperti sepasang kekasih.

Pandangan mereka tanpa sengaja bertemu, tatapan datar yang pertama kali Abin layangkan untuk Kara. Hanya 5 detik mata mereka bertemu, selanjutnya Abin memutuskan kontak mata dengan dirinya.

Rasa kecewa lebih mendominasi hati Kara, Abin terlihat baik-baik saja tanpa dirinya. Hey! Apa yang ada di pikiran Kara, tentu Abin akan baik-baik saja tanpa dirinya justru dirinya yang tak baik tanpa Abin.

"Bentar, gue ke toilet dulu," ucap Kara kepada ketiganya sahabatnya.

"Yaudah ayo gue antar," tawar Harsa namun langsung di cegah oleh Kara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang