³⁸

15 4 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang di pojok bawah⭐
Happy reading 🌷🌷

Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit Kara akhirnya bisa kembali ke rumah. Rasa sakit pada kepalanya perlahan mulai menghilangkan, tetapi rasa sakit pada hatinya mulai terasa.

Selama di rumah sakit bukan hanya bi Inem saja yang merawatnya tetapi Abin juga turut ikut campur dalam merawatnya. Hampir setiap hari ia datang ke rumah sakit, membawa makanan yang Kara inginkan ketika ia sudah bosan dengan makanan yang di berikan oleh rumah sakit.

Namun setelah Kara pulang dari rumah sakit, entah hanya perasaannya saja tetapi sifat Abin kini mulai berubah. Ia Kira Abin hanya lelah saja, tetapi semakin hari jarak mereka semakin jauh. Kara bisa merasakan, Abin kini semakin cuek. Entah apa penyebabnya Kara tidak mengerti.

Kini jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit, dokter sudah mengizinkan Kara untuk kembali bersekolah dan saat ini ia sudah siap dengan pakaian sekolahnya.

Rambutnya yang legam dan panjang ia ikat dengan rapi, menyisakan beberapa helai rambut-rambut kecil di sisi wajahnya. Tas punggungnya bergantung di bahu, sedikit terasa berat karena di isi oleh buku-buku pelajaran.

Hari ini pertama kali ia bersekolah setelah cuti beberapa hari karena sakit. Jadi ia tidak ingin telat di hari pertamanya sekolah. Kara lantas turun kebawah mencari sopir pribadinya, hari ini Abin tidak menjemputnya mungkin masih ada kesibukan yang tidak bisa Abin tinggalkan.

Dalam perjalanan Kara sibuk dengan handphonenya, membalas pesan dari ketiga sahabatnya. Asik dengan handphonenya ia tak menyadari kini mobilnya sudah terparkir di depan gerbang sekolah.

Tangan lentik itu membuka pintu mobil, setelahnya ia lantas keluar dari dalam mobil. Ketika ia sudah berada di luar mobil seketika suasana sudah di penuhi oleh suara derap langkah kaki serta canda tawa para siswa yang baru datang.

Beberapa siswa tampak berjalan berkelompok, saling berbagi cerita, sedangkan beberapa lainnya asyik menunduk sibuk dengan ponsel di tangan mereka.

Mobil-mobil yang berhenti di pinggir jalan terus berdatangan, mengantarkan para siswa satu per satu. Suasana depan gerbang sekolah terasa hidup, penuh semangat untuk mencari ilmu serta kehangatan yang khas di pagi hari.

Namun langkahnya terhenti tak kala tatapannya tak sengaja melihat pada seorang siswi yang sedang berpamitan dengan ayahnya. Siswi itu terlihat tersenyum ceria, memeluk erat tubuh ayahnya. Sang ayah pun membalas pelukan siswi tersebut sambil mencium pucuk kepala putrinya.

Kara hanya bisa memandangi momen hangat tersebut dengan pandangan penuh harap. Momen berharga yang tak akan bisa di tukar dengan harta.

Kara jadi iri.

Kara mulai memasuki area sekolah, menghirup udara pagi yang begitu segar. Namun, ketika asik berjalan fokusnya buyar saat mendengar deru motor yang melintas di sampingnya.

Ia melihat motor itu semakin menjauh dengan seorang gadis yang berbonceng di belakang, tangan gadis itu memeluk erat pinggang si lelaki dengan badan yang begitu menempel. Kara memperhatikan sejenak postur tubuh si lelaki, seperti tidak asing.

Wajahnya masih tertutup dengan helm full face, jadi Kara merasa ragu. Akhirnya motor ninja itu terparkir, perempuan itu turun di bantu oleh si lelaki. Helm si wanita di buka, menapakkan wajah cantiknya.

Hal itu tentu membuat Kara terkejut, namun yang lebih mengejutkan ketika lelaki itu membuka helm full facenya.

"Abin," lirih Kara tak percaya, menatap pemandangan yang membuat hatinya sakit.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang