Beberapa hari kemudian..
Papa dan Mama dari 3A(Alexondra Axelion dan Axelia) sudah pulang mereka berdua menggandeng tangan dengan mesra.
"Wah ramai sekali iya kan sayang?" tanya sang suami.
"Ya nih Pa ramai banget" jawab sang istri setuju.
"Aku ingin muntah mendengar kata sayang dari Papa untuk Mama" ngeri Axelio.
"Heh maksud mu Axel?!" delik sang Papa tak terima.
"Kak Axel jangan begitu dong sama orang tua sendiri nda baik tau! Ih tak patuh" oceh Akira menasehati, gadis kecil itu berkacak pinggang.
"Tuh dengarkan Akira" ledek Axelia.
"Ck berisik! Bawel sekali kamu!" kesal Axelio berdecak, Akira langsung menjewer telinga nya.
"Kak Axel!!" teriak Akira marah.
"My future girl kenapa aku di
Jewer hm? Salah aku apa?" tanya Axelio meringis.
"Karena kak Axel bandel!" jawab Akira.
"Tarik telinga nya Kir yang kencang! Kakak memang bandel! Nanti dia ulangi lagi!" seru Axelia kompor.
"Lia kamu jangan kompor Akira ya!" peringat Axelio geram.
"Ble bodo amat! Darren!!" rengek Axelia mengadu.
"Sut diam dulu Axelia kamu tidak tahu Axel itu galak banget entar kamu di apa apa sama dia" khawatir Darren.
"Kamu pikir aku singa Reynold Darren?" tanya Axelio tajam.
"Lebih dari singa Axel lebih sudah ku bilang kan Lia" jawab Darren agak berbisik.
"Kira setuju sama Darren kak Axel benar benar" rutuk Akira, Axelio memeluk erat tangannya menyelinap ke dalam dress nya.
"Hei tangannya Ridys Axelion!" tegur sang Mama, anak laki-laki itu tidak menggubris.
"Kak Axel lepaskan tangan nakal kakak dari baju Kira! Eugh kak Axel! Tolong jangan!" kesal Akira.
"Mendingan kamu cepetan pulang Kira" suruh Axelia.
"Iya daripada harus seperti itu kamu kita bakal tahan Axel" imbuh Zoya.
"Nda bica lepas! Kak Axel kuat banget!" dengus Akira.
"Sepertinya Akira akan di jemput oleh ayahnya jika melihat dia begini" cetus Cantika.
"Telpon sana bilangin cerewet" titah Daven, Cantika bersiap siap untuk menelepon orang tua Akira tetapi Axelio melemparkan sesuatu sehingga layar handphone nya pecah.
"Tidak! Handphone kesayangan ku kacamata! Hua!" tangis Cantika lebay.
"Sabar cerewet aku belikan ayo jalan jalan" ajak Daven.
"Hiks ayo jangan bohong ya kacamata janji" balas Cantika terisak, mereka berdua pergi.
"Kenapa tidak di perbaiki saja?" tanya Assyifa heran.
"Retak itu sudah sayang tidak bisa" jawab Alexondra lembut.
"Kasihan kak Axel! Gantikan handphone nya kak Cantika!" desak Akira.
"Tidak mau" tolak Axelio santai, Akira menggembungkan pipinya.
"Biarkan saya yang mengganti nya saya sangat prihatin sekali melihat gadis cantik tadi sedih gara gara Axelio" final Papa nya 3A.
"Punya Daven" beritahu Alexondra cuek.
"Hah Papa tau Alexondra" ucap sang Papa menghela nafas panjang.Sedangkan Daven dan Cantika...
"Terima kasih ini dia cerewet lap jangan menangis" serah Daven.
"Handphone ku bagaimana?" tanya Cantika murung.
"Aku akan pikirkan lagian si Axel bisa bisanya melempar gulungan kertas pada handphone mu" jawab Daven.
"Gulungan kertas apanya?! Dia lemparkan batu tau! Hua kacamata!" adu Cantika menangis lagi, sontak saja Daven menutup telinganya.
"Erland! Tiffany sini!" panggil Daven mengalihkan perhatian.
"Ku dengar tadi handphone nya Cantika pecah ya?" tanya Erland.
"Tepat sekali hua!! Padahal aku membelinya pakai uang ku sendiri!" jawab Cantika, Tiffany memberikan tisu padanya.
"Sudahlah sabar ya aku ikut prihatin dengar cerita kamu" prihatin Tiffany, Cantika memeluk dia dengan erat.
"Apa iya Can Can?" tanya Daven juga tak percaya.
"Setengah hehehe" jawab Cantika lagi, ia nyengir manis.
"Dasar kamu ini!" Kekeh Daven sembari mengacak rambut panjang nya.
"Kacamata! Jangan begitu dong rambut aku berantakan! Ih Vian Daven!" cemberut Cantika.
"Tau pengantin hantu?" tanya Daven tiba tiba, seketika Erland Cantika dan Tiffany memasang ekspresi bingung.
"Ga sih memang kenapa? Atau ini cuman akal akalan kamu mau menakut-nakuti kita hayo mengaku!" todong Tiffany.
"Eh jangan asal menuduh dong kamu dan cerewet 11 12 ya" elak Daven.
"Mengapa bawa bawa aku kacamata?! Aku kan lagi sedih!" sebal Cantika.
"Sorry cerewet tidak sengaja sorry" mohon Daven.
"Iss kamu! Ayo Tiffany kita pergi tinggalkan kacamata dan si Erland!" suruh Cantika.
"Setuju! Bye bye tuan Kendrick Erlangga Sanjaya" lambai Tiffany melenggang pergi dengan Cantika.
"Tunggu Priscila Tiffany! Ah ini semua gara gara kamu Daven! Tiffany jadi menjauh dariku" tuduh Erland.
"Kenapa jadi aku? Tapi aku senang sih melihat kamu menderita huahahaha!" tawa Daven menyeringai jahat.
"Cantika salah pilih pasangan kuharap dia tidak tertular oleh kamu" malas Erland.
"Erland jangan membawa bawa cerewet dalam masalah kita ini!" sentak Daven, Erland mengacuhkan.
"Pota pota pota Rio! Pota!" oceh Vanya.
"Iya iya Vanya kalian berdua kenapa mukanya di tekuk gitu?" tanya Rio.
"Gara gara Daven Tiffany pergi dengan Cantika tidak tahu kemana mereka" jawab Erland lesu.
"Ih kok diam aja di sini seharusnya kamu kejar Erland nanti Tiffany nya ngambek" tutur Vanya.
"Aku sedang berpikir Vanya menyatakan cinta pada Tiffany seperti apa?" bingung Erland.
"Di rumah sakit saja Tiffany tertembak kamu di tangkap polisi" usul Rio bercanda, Vanya dan Daven melongo sementara Erland mengeluarkan pistol dari sakunya bersiap untuk menembak Rio.
"Jangan bercanda bisa?" tanya Erland.
"Bisa bisa kok Land" jawab Rio gelagapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love school children[end]
RomanceVanter Alexondra Alaska Vian Daven Alaska Kaiga Galaxsi Gergantara Rayen Alviro Georginz Luca Ravel Demiandios Shera Assyifa Mahendra Sherly Cantika Mahendra Shoujo Zaura Zibrano Jian Kania Violencia Nayeon Salsa Raveena Hei anak kucing Shera Assyif...