9. Membagi Tugas

420 60 23
                                    

Sepuluh menit telah berlalu, tetapi ruangan itu masih senyap. Lima remaja dengan seragam SMA itu sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlalu banyak yang mereka pikirkan. Tiga Faktorial, Mr. Black, misi, mengungkap alasan kematian Rona, dan yang paling menarik adalah imbalan 200 poin.

Bunga yang sejak tadi kesal karena yang lain terus diam, tiba-tiba saja memukul meja dengan keras, membuat empat orang lainnya tersentak kaget. "Kita gak punya banyak waktu, dan kalian semua cuma ngabisin waktu dengan ngelamun?" katanya tak habis pikir. "Waktu adalah uang, dan kalau kita terus diem buang-buang waktu, kita beneran bakal kehilangan uang."

Elang yang duduk di samping Bunga, menoleh kepada gadis berambut sebahu itu dengan kesal. "Berisik banget lo. Emangnya lo udah punya rencana kita harus ngapain?"

"Y-ya, setidaknya gak diem juga, dong!" Bunga terlihat kalang kabut. Ia bersandar ke kursinya sambil melipat tangan di depan. "Mikir, dong, mikir."

"Ini juga lagi mikir," sahut Chiko dengan hembusan napas kasar. "Misi kita adalah mengungkap alasan sebenarnya Rona bunuh diri. Itu artinya ... rumor yang beredar kalau Rona yang bunuh diri karena depresi ayahnya meninggal, itu bohong?"

Sagara memajukan badannya, memandang Chiko dengan mata menyipit. "Jangan bilang lo percaya sama berita yang ada di akun Lambe Turah SMA Gemilang?" Sagara menggeleng tidak habis pikir sambil tersenyum jenaka. "Akun gosip lo percaya."

"Gue sebenernya gak sepenuhnya percaya," bela Chiko. "Gue cuma mempertimbangkan sikap pihak sekolah hapus postingan tentang berita yang bilang kalau meninggalnya Rona ini ada hubungannya sama foto di mading yang Bunga tempel. Tapi, mereka gak hapus berita yang bilang kalau Rona meninggal karena depresi ayahnya meninggal. Itu sebabnya gue menarik sebuah kesimpulan dari sana." Chiko mencoba untuk menjelaskan rasionalisasi mengapa dia berpikir bahwa berita di akun Lambe Turah SMA Gemilang itu mungkin saja benar. "Gue yakin bukan cuma gue yang mikir gitu."

Beberapa detik hanya ada keheningan.

"Berita yang pertama menyeret nama sekolah." Rasa yang sejak tadi hanya diam menunduk, tiba-tiba saja membuka suara. "Foto di mading itu adalah foto dari kasus bunuh diri di sekolah kita 12 tahun yang lalu. Kita semua gak pernah tahu, 'kan? Entah itu kasusnya udah terlalu lama ... atau memang sengaja ditutupi. Yang pasti, Pak Hendrik bahkan gak jawab apa-apa waktu ditanya apa alasan siswa itu bunuh diri. Kalau berita pertama terus dibiarin rame bareng kasus Rona, lama kelamaan kasus itu pasti bakal diungkit-ungkit, dan digali. Kasus yang udah lama terkubur, akan kembali ke permukaan."

"Sedangkan berita kedua sama sekali gak menyeret sekolah." Elang dengan cepat melanjutkan, merasa mulai masuk akal. "Kak Rona yang bunuh diri karena depresi ayahnya meninggal, itu sama sekali gak ada hubungannya sama pihak sekolah. Mungkin, pihak sekolah sengaja gak hapus berita itu supaya murid-murid menarik kesimpulan bahwa berita itu yang benar. Akhirnya gak ada lagi yang mempertanyakan alasan Rona bunuh diri." Elang mengangkat kedua bahunya. "Sekolah mungkin khawatir nama mereka akan ikut terseret karena asumsi dan prasangka murid-murid."

Chiko berdecak kagum sambil bertepuk tangan. "Teori konspirasi yang bagus. Kayaknya lo berdua cocok jadi admin Parodi Lambe Turah SMA Gemilang yang doyan cocoklogi itu."

Elang menanggapi dengan senyuman miring. "Tapi masuk akal, 'kan?"

"Cukup masuk akal, tapi sayangnya semua itu cuma asumsi," ujar Sagara yang tidak begitu percaya. "Asumsi itu bukan fakta." Sagara menegaskan agar teman-temannya tidak tenggelam ke dalam asumsi yang mereka sendiri ciptakan.

Elang mendengus sebal mendengarnya. Masih kesal kepada Sagara yang sempat mengatainya anak bawang.

Bunga memukul meja lagi. "Oke! Daripada kita banyak berasumsi lagi, lebih baik kita mulai cari tahu faktanya!" Gadis itu bangkit dan berjalan menuju papan tulis kecil yang ada di ruangan itu. Tangannya mengambil spidol dan menulis nama Rona di tengah-tengah papan tulis. "Mula-mula, kita harus tahu dulu latar belakang Kak Rona. Mungkin, itu bisa membantu, 'kan?"

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang