38. Hasil Akhir

228 29 4
                                    

Panitia pemilihan sibuk menata kembali aula yang berantakan gara-gara insiden alarm kebakaran palsu beberapa waktu yang lalu. Orang-orang tidak diperkenankan masuk sebelum aula benar-benar siap. Jingga berjalan menghampiri kotak suara dan mengecek bagian belakang kotak itu. Helaan napas lega terdengar darinya, ketika dia menemukan ada tanda silang kecil di sana.

Artinya kotak suara aman.

Jingga melihat arlojinya. Lima belas menit telah berlalu. Setelah mendapatkan konfirmasi bahwa aula telah siap, barulah Jingga membuka pintu aula. Terlihat sudah ada kerumunan orang di depan aula yang tak sabar untuk melihat prosesi perhitungan suara.

"Silakan masuk, dan isi kursi depan terlebih dahulu, ya," ujar salah seorang anak Humas, dengan senyuman ramah, mengarahkan orang-orang untuk memasuki ruangan dengan tertib.

Tidak sampai lima menit, kursi-kursi di aula telah penuh terisi. Anggota Tiga Faktorial juga sudah duduk di bangku masing-masing, Mereka sengaja duduk berpisah dan saling berjauhan agar tidak menarik perhatian. Di barisan paling depan, Sagara duduk sambil bersedekap dengan wajah serius.

Rey yang baru saja sampai, duduk di samping Sagara. Laki-laki itu melipat tangannya di depan dengan penuh rasa jumawa. Matanya melirik Sagara sekilas, kemudian dia berujar pelan tetapi begitu yakin, "Lo akan kalah."

Satu alis Sagara terangkat. "Kenapa lo seyakin itu? Seolah-olah lo udah tahu isi dari kotak suara di depan sana?"

Ucapan Sagara itu membuat Rey tertawa. Matanya menatap ke arah kotak suara yang sedang dibuka oleh Jingga. Senyuman tak pernah luntur dari wajah laki-laki itu. Dia sudah tidak sabar untuk maju ke depan dan memberikan sambutan sebagai ketua Himpunan terpilih. Bahkan Rey sudah menyiapkan teks sambutannya sejak kemarin malam.

Suasana aula begitu tegang ketika Jingga mengambil satu kertas suara dan membukanya. Senyap menyerang untuk beberapa detik pertama, sebelum akhirnya Jingga bersuara dengan tegas, menyebutkan nama kandidat yang dicoblos seraya menunjukkannya kepada audiens.

"Reyza!"

Mendengar namanya disebut paling pertama, Reyza bersorak pelan di kursinya. Dia menoleh ke belakang saat tim suksesnya memberi tepuk tangan dan sorakan, membuat aula menjadi gaduh. Reyza tersenyum dan melambaikan tangan kepada para tim hore-nya itu.

Melihat adegan tersebut, Elang memutar bola matanya malas. Dari bangku belakang laki-laki itu bergumam pelan, "Lebay. Nanti juga kalah."

Teman di samping Elang, menyenggol lengan laki-laki itu. "Berani berapa?" tanyanya, sembari mengeluarkan satu uang berwarna biru dari saku seragamnya.

"Taruhan?" Elang menggeleng pelan sambil berdecak. Namun, tangannya mengambil uang kertas berwarna biru dari saku celananya, kemudian diserahkan kepada temannya itu. "Yang menang Kak Sagara."

"Oke, gue dukung Kak Rey."

Perhitungan suara terus berlanjut. Nama Reyza dipilih secara 5 kali berturut-turut, membuat Sagara merasa sedikit cemas. Kotak suara di depan adalah kotak suara asli pilihan siswa SMA Gemilang –bukan settingan sekolah. Jika ternyata di kotak yang asli pun Reyza yang unggul, maka Sagara tidak bisa melakukan apapun. Artinya Reyza adalah ketua Himpunan yang sekolah dan orang-orang pilih.

"Sagara!"

Sagara langsung mengangkat wajahnya. Dia tersenyum senang, meski baru mendapat satu suara. Senyuman itu pun semakin lebar saat Jingga menyebut namanya berkali-kali, membuat poinnya berhasil mengejar poin Reyza.

Kali ini Reyza yang menjadi gelisah. Laki-laki itu mengerutkan kening saat nama Sagara yang terus Jingga sebut di depan. Bahkan poin Rey sampai tertinggal jauh dibuatnya. Tangannya terkepal kuat. Meski perhitungan suara belum tuntas dan segala kemungkinan bisa terjadi, tetap saja Rey takut suaranya kalah dari suara Sagara.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang