11. Mencari Tahu (2)

350 49 12
                                    

Empat anggota Tiga Faktorial berkumpul di ruang rahasia (ruangan di balik lemari) pada jam istirahat kedua. Chiko, Elang, Rasa, dan Bunga. Mereka berempat duduk di kursi yang sama seperti kemarin. Kali ini kursi yang kosong ada dua, karena Sagara entah menghilang ke mana. Padahal Chiko sudah membuat pengumuman di grup WA (grup anggota Tiga Faktorial yang dibuat mendadak pagi ini).

"Ada hasil?" tanya Chiko dengan nada pasrah. Ia sendiri gagal mencari informasi dari Neo gara-gara ditolak mentah-mentah untuk masuk ke klub futsal.

Bunga yang duduk lesu sambil memakan permennya, menggeleng. Dia juga gagal mencari informasi dari Kinara karena salah langkah.

Helaan napas berat terdengar dari keduanya.

Elang berdehem pelan. "Tadi gue sempet ngobrol sama Kak Zen," ujarnya, membuat wajah masam Chiko dan Bunga berubah menjadi lebih cerah. "Nggak ada hubungannya sama kasus Kak Rona, sih." Mendengar lanjutan Elang itu, seketika wajah Chiko dan Bunga kembali kusut.

"Pas malam Kak Rona lompat dari rooftop, geng Kak Neo lagi di club, mabok sama ngeganja." Elang berkata sambil mengangkat kedua bahunya.

"Hah? Serius lo?" Bunga menatap Elang tidak percaya. Begitu juga dengan Chiko dan Rasa. Anggukan sebagai jawaban Elang berikan kemudian.

"Kok bisa?" Terlihat raut bingung sekaligus kaget di wajah Chiko. "Peraturan asrama jelas mengatakan bahwa setelah pukul 6 sore, semua murid harus tinggal di asrama, dan baru bisa keluar esoknya buat sekolah." Chiko memandang teman-temannya. "Gimana bisa mereka keluar malam-malam?"

"Hari itu kita juga keluar malam-malam, 'kan?" ujar Rasa, mengingatkan pada misi yang membuat mereka semua harus pergi ke sekolah malam-malam. "Mungkin, penjagaan asrama emang kurang ...."

"Tapi kayaknya beda, deh." Bunga bertopang dagu dengan wajah rumit. "Kita keluar diam-diam secara bergiliran, tapi mereka? Gue rasa enggak. Mereka pasti berangkat bareng-bareng, 'kan? Juga ... mereka mabuk-mabukkan. Gimana caranya mereka bisa pulang tepat waktu sebelum jadwal absensi asrama? Masuk nyelinap ke asrama itu butuh banyak waktu, apalagi kalau keadaannya sadar-gak-sadar."

Ucapan Bunga membuat tiga yang lainnya terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Apa mungkin ... sekolah tahu?" celetuk Elang memecah senyap.

"Hah? Gila aja. Kayaknya gak mung—"

"Bisa aja," potong Bunga, menyela ucapan Chiko. "Kita gak tahu, 'kan? Semua kemungkinan bisa aja terjadi, termasuk kemungkinan yang gila."

Rasa sejak hanya menyimak. Tampak sedang memikirkan sesuatu yang lain.

"Ya udah, kita udahin dulu bahas geng Kak Neo yang narkoboy itu. Mending sekarang kita bahas target yang kedua, Kinara." Chiko merasa pembahasan mengenai geng Neo dicukupkan sampai di sana. Itu sebabnya saat ini, ia menatap ke arah Rasa yang sedang melamun di bangkunya. "Gak ada informasi apapun?"

Rasa mengerjap, lalu menggeleng.

"Nggak satu pun?" tanya Bunga memastikan. Gadis berambut sebahu itu menghela napas. "Padahal tadi lo ngejar dia."

Rasa menggeleng kecil. "Kinara sama gue gak pernah deket. Sulit buat gue ngorek informasi dari dia," katanya. "Tapi gue bakal tetep berusaha. Kinara biar jadi urusan gue aja." Rasa tersenyum meyakinkan.

Rapat —Chiko kekeh menyebut pertemuan mereka sebagai rapat— selesai ketika bel masuk berbunyi. Empat anggota Tiga Faktorial atau lebih mudah disingkat sebagai TF itu, keluar satu per satu dari gudang supaya tak terlalu menarik perhatian. Namun, tentu saja. Kehadiran Chiko dan Rasa di gedung IPS lantai 3 cukup menarik perhatian karena keduanya adalah murid IPA yang tak pernah terlihat di gedung IPS sebelumnya (kecuali di lantai dasar).

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang