13. Publikasi

354 54 21
                                    

Makan malam di asrama berlangsung seperti biasa. Chiko bersama Kelvin dan Bayu lebih memilih nongkrong dulu di meja, menunggu antrean hingga tak terlalu ramai. Tidak takut tak kebagian makanan, karena porsi makan malam mereka tidak pernah kurang. Selalu pas karena setiap anak mendapatkan satu porsi, tidak lebih dan tidak kurang. Kecuali jika ada yang sengaja tak datang makan malam, baru ada yang bisa nambah -mengambil porsi orang tersebut.

"Lo tadi kenapa pulang telat, Cuy?" tanya Kelvin dengan satu kakinya yang nangkring di atas kursi. Matanya fokus menatap ke arah layar ponsel, bermain game online.

"Ada kerkom," jawab Chiko asal.

"Kerkom sama anak kelas lain?" Bayu bertanya dengan satu alis terangkat. "Gue lihat tadi lo pulang bareng ke sini sama anak kelas XI-1, asrama sebelah lagi." Melihat ekspresi kaget Chiko, Bayu memasang wajah usil. "Jangan-jangan pacar lo, ya?"

"Hah? sembarangan lo!" Buru-buru Chiko membantah.

Tadi sore supaya tidak kelihatan pulang bergerombol, akhirnya ia dan anggota Tiga Faktorial yang lain pulang satu persatu ke asrama. Mulai dari Bunga, Elang, Sagara, lalu seharusnya Rasa, dan terakhir Chiko. Namun karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.56, maka Rasa mengajak Chiko untuk pulang bersama, karena waktu mereka hanya tersisa 4 menit sebelum gerbang asrama ditutup. Alhasil mereka berdua lari-lari dari gedung IPS sampai asrama. Untung saja mereka tepat waktu, atau mungkin penjaga asrama yang terlambat menutup pintu.

"Anj-ng, kalah!" Kelvin mengumpat keras saat kekalahan ia terima di permainan yang sedang ia jalankan. "Bangs-t! Aarrgghh!!" Kelvin menyimpan ponselnya ke atas meja dan mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Gue bilang juga apa, mending lo maen game berbie aja biar gak stress," celetuk Bayu sambil tertawa ngakak, yang langsung dihadiahi jitakan maut dari tangan Kelvin.

"Udah, lah. Yuk ngantri. Keburu jam makan malam abis." Chiko memperhatikan jam tangannya, dan segera bangkit untuk mengantre makan malam. Kelvin dan Bayu berlari mengikutinya dari belakang sambil terus rusuh satu sama lain. Mereka berdua menabrak Chiko hingga ia terdorong dan menubruk orang yang mengantre di depannya.

Chiko melotot saat tahu yang ia tabrak adalah seorang kakak kelas. "Maaf, Kak!" katanya langsung, saat kakak kelasnya itu sudah berbalik menghadapnya dengan tatapan tajam.

"Hati-hati," peringat cowok bermata agak sipit tersebut. Ia menatap Chiko dengan pandangan sinis, kemudian kembali menghadap ke depan.

"Sinis amat dah," bisik Bayu yang mengantre di belakang Chiko.

"Dia bukannya Bima Bima itu, ya?" sahut Kelvin pelan. "Anaknya Pak Hendrik."

"Berisik kalian," bisik Chiko geram. Bisa-bisanya dua temannya itu membicarakan kakak kelas mereka di belakang orangnya langsung- dalam arti yang sebenarnya. Jika Bima mendengar itu semua, dan cepu kepada ayahnya, mereka bisa mendapat masalah.

Setelah makan malam selesai, Chiko kembali ke kamar untuk beristirahat lebih awal. Ia tidur di kasurnya yang ada di atas. Sementara kasur yang bawah masih kosong, karena Kelvin sedang nangkring di tangga bersama Bayu untuk caper pada cewek-cewek yang melewat.

Baru saja Chiko akan memejamkan mata, suara notifikasi ponsel membuat matanya kembali terbuka. Buru-buru Chiko beringsut duduk dan turun untuk mengambil ponselnya dari meja belajar. Terlihat satu notifikasi baru dari situs Tiga Faktorial.

.

TUGAS UNTUK KALIAN:

Publikasikan foto diary Rona dan kritisi tindak perundungan serta respon sekolah yang lamban.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang