29. WDNSDY. 3! + FPB(12, 4). AM.

375 42 8
                                    

Sebelum baca, vote dulu yuk ^^

***

"Udah ada kesepakatan?"

Dari balik tembok, Chiko dan Rasa mendengarkan. Sayang, jarak yang lumayan antara mereka dengan Jingga dan Rey, membuat keduanya tak bisa leluasa menguping pembicaraan. Hanya suara samar-samar yang mereka dengar.

"Belum, nanti." Itu Rey yang bersuara. Laki-laki jangkung itu tampak melihat kanan dan kirinya dengan gelisah –membuat Chiko dan Rasa yang sedang mengintip, langsung bersembunyi.

"Sejujurnya gue masih gak ikhlas lo gantiin gue. Tapi ya udah, mau gimana lagi. Setidaknya masih mending lo daripada bocah yang satu lagi." Rasa berusaha keras untuk mendengarkan baik-baik. Dia cukup mudah untuk mengenali bahwa itu adalah suara Jingga.

"Pokoknya lo jangan ubah kebijakan yang udah gue dan temen-temen gue buat sebelumnya. Selalu libatin gue juga, untuk semua rencana-rencana lo di Himpunan nanti." Jingga mengingatkan. "Berdo'a aja, semoga lo gak apes kayak gue. Udah keluar banyak, tapi malah diberhentiin sebelum masa jabatan habis."

Rey tertawa. "Lo tenang aja. Gue bisa handle semuanya," ujarnya dengan sangat percaya diri.

"Ya, semoga aja." Jingga mendengus, kemudian berbalik untuk pergi.

Melihat Jingga berjalan ke arah mereka, Chiko langsung menarik Rasa dari sana. Mereka berlari di koridor, dan berakhir bersembunyi di bawah tangga. Chiko mengintip untuk mengawasi keadaan. Ketika Jingga sudah melewat dan tak terlihat lagi, barulah Chiko dan Rasa keluar dari persembunyian mereka.

Rasa memikirkan kembali apa yang dia dengar tadi. Perbincangan antara Jingga dan Rey terdengar sedikit mencurigakan. "Kira-kira kesepakatan apa yang Kak Jingga maksud?" Dia bertanya.

"Sepertinya berhubungan sama pesan dari Mr. Black," jawab Chiko menerka-nerka. "Kita harus kasih tahu yang lain tentang ini. Mungkin aja, Hari Rabu jam 10 yang Mr. Black maksud itu berhubungan sama Jingga dan Rey."

Setelah pulang ke asrama, Chiko membersihkan diri dan langsung mengerjakan tugas di meja belajar. Sebelum itu, dia sudah mengirim pesan ke grup Tiga Faktorial untuk bertemu di rooftop asrama nanti –saat jam makan malam. Dengan terpaksa, waktu makan malam yang harus mereka korbankan. Karena hanya di jam makan malam, anak-anak bisa berkeliaran bebas di asrama tanpa dicurigai.

"Jam segini udah nugas aja lo." Kelvin yang baru pulang karena habis mengikuti ekstrakulikuler, menggeleng tidak habis pikir melihat betapa giat teman sekamarnya itu. "Nanti aja kali, abis makan malam."

"Ada urusan." Chiko menyahut malas.

"Cih, sok sibuk." Kelvin meledek. Dia menyimpan tasnya di meja belajar. Diam, berpikir sebentar. "Eh, tapi, iya juga ya. Kadang-kadang lo sering tiba-tiba ngilang waktu jam makan malam?"

Chiko tak melirik, apalagi menyahut.

Mata Kelvin menyipit curiga, menatap Chiko. "Lo sering ngilang ke mana?" tanyanya.

"Bikin konten youtube," jawab Chiko asal, tapi masuk akal. "Gue 'kan Youtuber Matematika SD. Lupa, ya?" Dalam hati Chiko ingin tertawa. "Gue harus menjelaskan materi dengan tenang, makanya kadang gue suka ngilang, nyari tempat yang nyaman."

Mendengar jawaban Chiko, Kelvin manggut-manggut mengerti. "Kenapa gak di kamar aja?"

"Malas. Ada penunggunya."

"Hah?" Kelvin terkejut. Dia berlari menghampiri Chiko dengan wajah takut. Matanya melirik sekitar kamar dengan rasa gelisah. "Poci? Kun-kun? Tuyul?" tanyanya.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang