3. Menjalankan Misi

499 67 37
                                    

PA : Poin Asrama

*

Peraturan di asrama Gemilang mengatakan bahwa, sebelum pukul 6 sore semua siswa/i harus pulang ke asrama- menyudahi semua aktivitas di sekolah, entah itu ekstrakurikuler, kelas tambahan, atau kerja kelompok. Jika ada anak yang terlambat, maka anak itu akan diberi hukuman dan PA-nya dikurangi. Itulah kenapa biasanya, para anak-anak sering mengingatkan teman se-asrama mereka untuk selalu pulang tepat waktu. Jika PA dikurangi gara-gara kesalahan satu orang, maka orang itu akan jadi bulan-bulanan asrama selama minimal satu minggu. Sanksi sosial yang berat membuat siswa-siswi SMA Gemilang lebih takut dipotong PA alih-alih dihukum membersihkan kamar mandi.

Setelah pukul 6 sore, tidak ada siswa yang boleh keluar dari asrama, apapun alasannya. Gerbang asrama dikunci dan dijaga oleh dua orang satpam. Jika ada yang ketahuan keluar tanpa ijin, maka akan mendapatkan surat peringkatan, hukuman, dan tentu saja PA yang dipotong besar-besaran. Jika dua kali keluar tanpa ijin atau kabur, maka dikeluarkan adalah sanksi satu-satunya.

Sekarang Chiko sedang melamun sambil bertopang dagu di meja makan. Pukul 7 malam, waktunya makan malam di asrama Gemilang. Ruang makan berukuran besar itu kini dipenuhi oleh ratusan orang. Ada yang masih mengantre makanan, ada yang sudah makan, dan ada yang masih nongkrong sambil mengobrol. Chiko masuk ke golongan terakhir. Ia sedang duduk bersama kawan-kawan seasramanya. Mereka semua mengobrol, dan hanya Chiko yang sejak tadi diam melamun.

Kelvin menyadari gestur tak biasa teman sekamarnya itu. Sejak tadi ia bahkan sudah memerhatikan Chiko dengan tatapan aneh. "Lo kenapa, Ko?" tanyanya, mengundang perhatian anak-anak yang lain.

Chiko mengerjap, dan menatap teman-temannya dengan wajah linglung. "Eh? Gimana?"

"Elo yang gimana!" Bayu yang duduk berseberangan dengan Chiko, menjitak kepala cowok itu. "Lo diem mulu perasaan."

Chiko hanya tertawa garing.

"Aneh lu." Kelvin kemudian beranjak dari kursi dan menepuk bahu Chiko pelan. "Ngantri sekarang yuk. Laper gue."

"Eh, ngobrolnya belum selesai, anjir!"

"Ngobrol aja sana sama tembok noh!" Kelvin menggusur Chiko agar pergi dari sana.

Kini mereka berdua bergabung ke dalam antrean yang panjang. Kelvin mengantre di depan Chiko.

"Lo kenapa, Ko?" tanya Kelvin sambil menoleh ke belakang, "Apa gara-gara tadi pagi lo ditangkap polisi sekolah, ya?"

Chiko mengerutkan kening. "Polisi sekolah?"

"Itu loh, para penegak aturan dan keadilan."

"Himpunan, maksud lo?"

"Yo."

Chiko menggeleng pelan. "Himpunan sekolah kita udah kayak intel aja sampe bisa nyiduk gue. Padahal perasaan, gue mainnya rapi. Lu aja gak tahu 'kan sebelumnya kalau gue joki tugas?"

"Emang gila lo, Ko." Kelvin sedikit berbisik, "Kalau sampai yang lain tahu ... lo bisa jadi objek bully asrama kita."

Chiko hanya tertawa.

Tiba-tiba saja ia kembali teringat dengan misi dari situs 3! yang sejak tadi pagi sudah membuatnya kepikiran. Chiko tahu isi misi di situs itu gila dan sangat beresiko. Namun, imbalan yang ditawarkan cukup menggiurkan. Jika 1 poin bernilai 100 ribu, maka 20 poin harganya 2 juta rupiah. Untuk Chiko, mendapatkan uang sebanyak itu tidaklah mudah apalagi cepat. Entah berapa banyak tugas dan makalah yang harus ia kerjakan untuk mengejar angka itu. Chiko sejujurnya, agak tergoda dengan misi gila tersebut.

"Kayaknya gue beneran udah gila, Vin," gumam Chiko membuat Kelvin menggeleng tidak habis pikir.

*

Malam hari yang larut.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang