14. Rencana Hendrik

323 48 11
                                    

Heboh.

Dalam waktu singkat, postingan diary Rona di akun Tiga Faktorial viral di kalangan anak-anak SMA Gemilang. Kasus Rona kembali menjadi buah bibir di mana-mana. Akun Instagram Tiga Faktorial yang menjadi pemosting, ikut terkena cipratan. Pengikutnya meningkat pesat. Postingan diary Rona banyak disukai, bahkan sampai saat ini masih ramai dikomentari. Pro-kontra tentu terjadi. Ada yang mendukung, ada yang menuduh hoax hingga panjat sosial. Bahkan ada yang mampir hanya untuk julid-julid semata.

Selain Rona, geng Neo menjadi topik pembicaraan yang hangat. Karena diary Rona, jelas saja citra geng Neo hancur-hancuran. Meski sudah menjadi rahasia umum geng mereka adalah tukang menindas, tetapi karena postingan diary Rona, kini semua orang secara terang-terangan dan berani membicarakan keburukan demi keburukan geng Neo. Awalnya tidak ada yang berani melakukan itu karena takut.

Neo, Zen, Ayumi, Selsa, dan Gia berkumpul di belakang asrama untuk berdiskusi. Mereka berlima tampak panik dan kalang kabut. Untuk pertama kalinya mereka merasa malu bertemu dengan orang-orang, dan lebih memilih bersembunyi.

"Gimana ini? Semua orang ngomongin kita?" Gia bertanya dengan isakan tangis. Di antara mereka semua, Gia yang paling cengeng dan mudah panik.

Ayumi mengepalkan tangannya kuat sambil menggeram marah. "Sialan. Kenapa sih si Rona harus nulis-nulis diary segala? Banyak tingkah banget. Mati mah mati aja!"

Selsa menatap Zen yang sejak tadi hanya diam. Cewek itu berjalan menghampiri, dan langsung menonjok hidung pacarnya itu tanpa ragu. "BERENGSEK LO!" bentaknya tak bisa mengendalikan emosi. "Bisa-bisanya lo berusaha ngelecehin Rona? Gatel banget jadi cowok! DASAR COWOK BERENGSEK! MESUM! MURAHAN!!" Selsa mendorong dan memukul-mukul dada Zen dengan marah, tetapi Ayumi segera menariknya.

"SELSA!"

"APA?!" Selsa berteriak. "Dia ngelecehin cewek, Ayumi! Gue mungkin bukan orang baik, tapi gue juga cewek." Selsa menangis, sambil terjatuh duduk di tanah. "Gue paling jijik sama cowok kayak gitu. Terlebih dia pacar gue sendiri." Selsa menutup wajahnya untuk menutupi wajah menangisnya. Pacarnya melecehkan perempuan lain, tentu saja ia sakit hati. Rasanya sama pedihnya seperti diselingkuhi.

Ayumi membuang napas kasar. Sementara itu, Gia berjongkok, mengusap-usap punggung Selsa pelan.

"Bukannya lo udah singkirin diary itu?" tanya Neo kepada Zen yang sejak tadi hanya bungkam. "Lo sendiri yang ambil diary itu dari teman sekamar Rona, 'kan? Gue udah suruh lo bakar diary itu, tapi lo malah bebal, Anj-ng!" Neo mendorong Zen marah hingga menabrak tembok.

"Gue emang gak bakar diary itu, tapi gue udah sobek dan coret-coret isi dari diary itu!" Zen mencoba untuk membela diri.

"Sebelum ada di tangan gue, isi diary itu emang udah gak lengkap! Ada beberapa halaman yang udah disobek. Ya mungkin halaman itu yang di-posting di sosmed!" Zen mengepalkan tangannya. "Itu udah ada di luar kendali gue. Jadi lo gak ada hak untuk salahin gue!"

"Halah, bacot, anj-ng!" Tanpa aba-aba, Neo melayangkan satu pukulan ke rahang Zen. "Pembelaan aja lo. Bilang aja lo gagal jaga diary itu!" Neo menarik kerah kemeja Zen dengan kasar. "Gara-gara lo sekarang kita dalam masalah!" Kemudian ia memukul Zen lagi.

"Lo juga salah, Bangs-t!" Zen berteriak tidak terima. Ia menarik kerah baju Neo dengan marah. "Lo yang ngajak kita semua buat ngebully si Rona terus-menerus, bahkan setelah dia bukan junior kelas satu lagi. Lo yang pertama kali ngatain dia caper, lo yang pertama kali bilang kalau dia adik kelas belagu yang sok pinter."

Kedua mata Neo membelalak.

"Padahal aslinya lo cuma iri, 'kan, sama dia?" Zen menyeringai, kemudian tertawa seperti orang sinting.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang