26. Rencana Sagara

367 48 9
                                    

 Mendadak menjadi trending topic dengan berita yang tak enak itu menjengkelkan. Sepanjang Sagara berjalan di lingkungan sekolah maupun asrama, dia selalu mendengar orang-orang membicarakan dirinya. Bahkan ada yang secara terang-terangan menggosip di depan matanya sendiri. Sagara pikir dibicarakan orang di belakang itu bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi dibicarakan orang di depan batang hidung sendiri juga terlalu mencolok mata.

Intinya, dibicarakan orang lain itu tidak enak.

Sagara sebetulnya adalah orang yang apatis. Dia cenderung tidak memedulikan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Yang dia pikirkan hanyalah, selama dia tidak terganggu, maka semua baik-baik saja. Namun kali ini, Sagara terganggu. Dia bahkan tidak bisa belajar dengan tenang karena sering tak sengaja mendengar hal-hal buruk tentang dirinya.

Calon ketua Himpunan yang tak bermoral.

Kira-kira begitulah Sagara dicap sekarang.

Padahal dia bisa saja dengan cepat membersihkan namanya dengan menyebar rekaman CCTV di perpustakaan. Tetapi ada sesuatu yang membuatnya harus menunggu. Sagara hanya menanti momen yang pas.

"Bazar buku gratis!!" Suara teriakan itu terdengar dari arah pinggir lapangan. Terlihat Rey bersama tim suksesnya mendirikan stand buku di tengah ramainya orang lalu lalang. Rey menggunakan pengeras suara, memanggil orang-orang untuk berkunjung ke stand bukunya. "Ayo baca buku! Generasi intelektual itu harus rajin baca buku!"

Dari pinggir koridor Sagara dan Elang memperhatikan Rey dan stand bukunya yang mulai ramai. Perhatian Sagara teralihkan pada spanduk yang dipasang di stand bazar buku tersebut. Begini tulisannya, "Bersama Reyza, membangun generasi intelektual". Lantas di sampingnya ada foto Rey dengan seragam formal, sedang tersenyum dengan tangan menyatu di depan ---persis caleg di negeri Konoha saat sedang kampanye.

"Lo udah ketinggalan jauh," ujar Elang kepada Sagara. Sementara Reyza melakukan kampanye setiap hari tiada henti ---dengan mengadakan bazar buku, makan siang gratis, cilor gratis, jasa print gratis, hiburan band gratis, dan berbagai taktik kampanye lainnya--- Sagara masih stuck di tempat, bersama namanya yang sudah kadung kotor.

Tidak ada tanggapan apapun. Sagara hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh, dan berjalan pergi meninggalkan Elang.

"Ayo pilih Reyza. Calon pemimpin ideal kita. Pintar, dermawan, good attitude, good looking, good rekening pula!" teriak salah seorang teman Rey yang merangkap menjadi tim suksesnya. "Ayo coblos Reyza! Jangan mau sama yang sebelah, gak bermoral!"

"BETULL!" sahut tim sukses Rey yang lain.

Rey di tempatnya menggeleng pelan. "Teman-teman, kita gak boleh kayak gitu. Berkampanye boleh, tetapi tidak perlu menjatuhkan yang lain. Jangan turunkan derajat kita dengan mencaci pencalon lain. Ingat, kita adalah barisan yang berintelektual dan bermoral." Dengan amanat kedamaian dan senyum malaikat, Rey mampu menghipnotis publik. Dia mengepalkan tangannya ke atas. "Hidup kampanye sehat!"

"HIDUPP!!" sahut tim sukses Rey dengan semangat.

Salah seorang teman Rey berkata dengan dramatis, "Lihat 'kan teman-teman, betapa rendah hatinya calon pemimpin kita!" Mendengar itu, Rey hanya tersenyum sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

Chiko yang kebetulan sedang melewat dan menyaksikan semua itu, rasanya ingin muntah di tempat. Betapa berbanding terbaliknya antara kenyataan dan citra yang Rey bangun. Kemampuan akting laki-laki itu memang patut diacungi jempol kaki. Dari taktik dan segala caranya, Rey memang seorang bermuka dua sejati.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang