15. Sabotase 1

326 50 12
                                    

"Wawancara?" sahut Elang tidak mengerti ketika mendengar informasi yang baru saja Rasa sampaikan. "Video wawancara gunanya buat apa?" tanyanya tidak paham.

"Gue juga bingung." Rasa menghela napas dan bersandar ke tembok. "Apa yang lagi Pak Hendrik rencanain sebenarnya?"

Mereka berlima sedang berkumpul di rooftop gedung asrama secara diam-diam. Mereka tidak punya waktu banyak karena jam tidur sebentar lagi akan datang.

"Gue yakin Pak Hendrik saat ini lagi merencanakan sesuatu untuk menyangkal postingan kita tentang diary Rona," kata Chiko berpendapat. "Pak Hendrik gak mungkin biarin berita itu lama-lama. Karena semakin lama, akan semakin ramai."

"Dan itu ada hubungannya sama wawancara Kak Rona?" Bunga menyahut bingung.

"Pasti begitu," balas Sagara sambil menatap ke langit malam yang ditaburi bintang-bintang. Cowok berkacamata itu lantas menoleh kepada teman-temannya. "Supaya tahu, kita harus liat video wawancaranya, 'kan?"

Sagara mengeluarkan ponsel dari saku celana lainnya. Tangannya mengetik, mencari wawancara Rona di pencarian Youtube. Teman-temannya merapat mengelilinginya karena ingin ikut melihat.

Muncul sebuah video berdurasi beberapa menit di pencarian teratas. Sagara memutar video itu tanpa pikir panjang. Mereka berlima menonton wawancara tersebut dengan serius.

Ternyata isi video itu adalah Rona yang sedang diwawancarai tentang pencapaiannya sebagai juara Olimpiade Fisika termuda di jenjang SMA. Namun, lebih dari separuh video itu menceritakan kesan Rona bersekolah di SMA Gemilang. Menerangkan segala keunggulan tanpa cela sekolah tersebut.

Setelah selesai menonton video tersebut, mereka berlima saling menatap satu sama lain.

"Kayaknya video ini mau digunain Pak Hendrik untuk menyanggah isi diary yang kita posting." Chiko buka suara. Ia yakin yang lain juga memikirkan hal yang sama. "Karena isi dari wawancara ini dan isi diary yang kita posting saling bertolak belakang."

Sagara menyimpan kembali ponselnya sambil berdecak. "Posisi kita lemah," ungkapnya. "Wawancara ini jelas menampilkan Rona sebagai narasumber. Sementara postingan diary itu ... gak ada bukti kalau diary itu Rona yang tulis."

"Jadi ... itu yang Pak Hendrik rencanain?" Elang manggut-manggut mengerti dengan satu sudut bibir yang terangkat. Agak takjub dengan rencana kepala sekolahnya.

"Kita harus nyusun rencana balasan baru secepatnya!" Bunga berkata dengan menggebu-gebu. "Jangan sampai anak-anak terpengaruh dan menganggap postingan kita itu hoks. Kita butuh atensi dan kepercayaan orang-orang."

Mereka semua saling terdiam, sibuk mencari akal di kepala masing-masing.

Chiko menghela napas berat. "Ada yang punya ide?" tanya Chiko putus asa. Waktu mereka sangat tipis, dan mereka belum memiliki rencana apapun.

"Tadi lo bilang Kak Jingga yang disuruh untuk edit video itu, 'kan?" Elang tiba-tiba teringat dengan cerita Rasa. Rasa mengangguk membenarkan. "Itu berarti nanti video itu ada di laptopnya dia-"

"Kita sabotase laptopnya?" potong Bunga langsung saat mengerti dengan jalan pikiran Elang. Elang hanya menanggapi dengan anggukan pelan dan senyuman miring.

"Hmm ... kayaknya kita harus main ke ruang CCTV dulu malam ini," ujar Sagara dengan senyum sok misterius. Yang lain menatap Sagara dengan seolah bertanya. "Gue baru aja dapet ide."

Setelah menjelaskan ide yang muncul di kepalanya, Sagara membagi tugas kepada teman-temannya. Tidak ada yang menolak ide Sagara karena mereka tidak punya rencana lain yang lebih bagus. Malam ini mereka berlima akan menyelinap keluar dari asrama.

TIGA FAKTORIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang